Feng Ru Ai - 36

7.3K 634 41
                                    


Di lantai dua kedai mie yang ada di ibukota MingQi, pangeran Rong masih saja menampilkan raut wajah kesal. Yu Su yang melihat hal itu hanya mampu menghela nafas berat.

Yu Su tidak tahu mengapa sahabatnya itu begitu terobsesi dengan nona muda dari keluarga Feng. Padahal jika sahabatnya itu ingin, ada banyak nona muda dari keluarga bangsawan lainnya yang akan melempar diri mereka dengan suka rela tanpa harus membuat sahabatnya itu membuang - buang tenaganya.

Entah apa yang pangeran Rong lihat sehingga ia begitu tertarik dengan nona muda Feng, sejauh ini Yu Su belum melihat hal menarik apapun dari nona muda Feng kecuali sikap lancang dan beraninya.

"Rong, sampai kapan kau akan seperti itu?" Tegur Yu Su

Pangeran Rong seakan tak peduli dengan teguran sahabatnya. Egonya sebagai seorang laki - laki terluka dengan sikap putri jendral besar Holing. Mengapa? Mengapa Ai sama sekali tidak tertarik ataupun terpesona dengan wajah tampannya dan juga bakat dan kemampuan yang ia miliki seperti kebanyakan nona muda lainnya lakukan.

Mengapa Ai mengabaikan kehadirannya, padahal dari ekor matanya ia melihat nona muda lain yang berada di kedai mie mencuri - curi pandang padanya. Apa yang salah dengan pandangan gadis itu? Mengapa ia bahkan tak masuk dalam pandangan gadis itu? Apa yang kurang darinya? Kekuasaan? Harta? Kedudukan? Posisi? Kemampuan? Ketampanan? Bakat? Semua itu ia memilikinya. Lantas hal apa yang membuat Ai sama sekali tidak tertarik padanya? Ia bisa memberikan Ai apapun jika ia ingin, namun melihat putri jendral Holing sama sekali tidak peduli dan bersikap acuh padanya, ia merasa terluka.

"Apa yang membuatmu begitu tertarik dengan nona muda Feng?" Tanya Yu Su yang menyentak pangeran Rong dari pikirannya.

"Dia berbeda"

"Kau yakin hanya itu? Bukan karena ia dari keluarga Feng yang di segani dan memiliki posisi yang tinggi di pemerintahan pejabat militer?" Tanya Yu Su dengan mata memincing curiga

"Itu juga termasuk!" Jawab pangeran Rong.

Yu Su menghela nafas berat. Selamanya sahabatnya itu hanya memikirkan kekuasaan dan juga pion yang akan ia jadikan batu loncatan untuknya meraih apa yang ia inginkan. Namun jika dilihat, putri dari jendral besar Holing jelas bukanlah gadis yang mudah untuk di taklukan.

.
.
.

Seperti prediksi Yu Su, mungkin ia bisa  menyelamatkan Ai dari amukan kemarahan pangeran Rong sore tadi. Tapi Yu Su tidak yakin jika bisa membantu dan menyelamatkan Ai dari amukan para nona muda yang kini menghadangnya di jalan ibukota MingQi saat Ai baru saja keluar dari kedai mie saat hari mulai menjelang malam

Saat ini baik Guang dan Di Yu tengah meminta izin kebelakang karena keduanya harus menuntaskan panggilan alam yang begitu mendesak. Karena melihat Ai tak bersama pengawal pribadinya, para nona muda yang iri dan juga benci karena keberuntungan Ai yang di sapa pangeran Rong yang merupakan sang pemuda yang mereka idolakan dan idamakan, juga marah secara bersamaan dengan sikap lancang Ai membuat mereka nekat melabrak putri jendral besar yang di sengani di ibukota MingQi.

Para nona muda yang menghadang Ai dengan melempar tatapan tajam dan postur tubuh ingin menerkam dan memakannya secara bulat - bulat sama sekali tidak membuat Ai merasa takut apalagi menciut. Ia sudah pernah di perlakukan seperti ini sebelumnya di masa depan, bahkan ia lupa sudah berapa dan sebanyak apa ia mendapat perlakuan bullying dari teman - temannya.

Walaupun Ai jelas kalah jumlah dengan mereka, Ai sama sekali tidak takut dengan mereka. Sebagai gadis yang lahir dari keluarga konglomerat, keselamatannya juga kadang kala terancam. Oleh karena itu kepala pelayannya dulu menuntut Ai mengambil sekolah bela diri, baik suka atau tidak, Ai sadar ia di tuntut menjadi gadis yang sempurna walaupun ia tak tahu untuk siapa kesempurnaan itu ia lakukan.

Namun Ai tetap melakukan semua yang kepala pelayannya minta, ia mengambil ekskul karate, taekown do, anggar, akido dan juga kung fu karena ia tahu alasan ia di minta mengambil pelajaran tambahan seperti yang ia sebutkan, semata - mata hanya untuk pertahanan diri dari segala hal yang mengancam nyawanya di masa depan.

Ai baru menyadari jika ia kembali kemasa lalu dengan tubuh aslinya, bukankah itu berarti kemampuan dan bakatnya dalam bela diri masih tetap sama bukan? Ai tak masalah melawan mereka semua selama hal itu tak mengingatkannya pada kejadian yang selalu menghantui dan membayanginya ketika mengingat kejadian itu.

"Menyingkirlah, atau kalian akan menyesal" kata Ai datar namun penuh nada memperingati.

"Cih, kau pikir kami takut?" Tanya nona muda bertubuh paling besar di antara nona muda lainnya.

"Mungkin jika salah satu dari kalian kulempar dari sini" balas Ai dingin

Para nona muda yang berjumlah lima orang itu lantas tertawa saat mendengar penuturan Ai. Mereka jelas merasa lucu dengan tidak percaya dengan apa yang putri jendral Holing katakan saat mereka mengukur tubuh Ai yang jelas lebih kecil dan mungil dari mereka.

"Tak usah membual untuk menakut - nakuti kami, kami sama sekali tidak akan merasa takut dengan ancamanmu!" Kata nona muda bertubuh sedikit berisi yang mengenakan hanfu berwarna kuning yang sangat tidak cocok dengan kulitnya yang sedikit gelap.

"Aku sama sekali tidak membual!" Kata Ai tajam.

Ai menatap mereka dengan tatapan tajam, aura gelap dan mengintimidasi menguar dari tubuh Ai. Hanya dengan itu, tapi entah mengapa mereka kesulitan menelan saliva mereka, tubuh mereka tak mampu bergerak, bahkan kaki mereka seakan mati rasa. Bulu kuduk mereka meremang saat Ai kembali mengeluarkan aura mengintimidasi yang pekat serta membawa hawa dingin yang membuat mereka mengigil. Dengan gerakan yang sangat cepat, Ai membanting nona muda bertubuh yang paling besar dari mereka hingga terlempar beberapa Chi dari posisi mereka saat ini

Buk!

Suara kerasa benda yang menghantam meja penjual sayuran segar hingga patah terdengar begitu nyaring. Para penduduk yang berlalu lalang atau hanya sempat melirik mereka tanpa niat membantu atau ikut campur dengan masalah mereka kini terkejut.

Hingga suara rintihan kesakitan dari nona muda yang baru saja Ai lempar menggema dan menyentak mereka dari lamunan. Guang dan Di Yu yang berada di ambang pintu kedai setelah menuntaskan panggilan alamnya mengerjap beberapa kali, mereka bahkan mengucek matanya karena tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka lihat.

Bagaimana bisa, seorang nona muda yang bahkan tubuhnya lebih kecil dan mungil mampu membanting dan melempar nona muda yang tubuhnya dua kali lipat dari dirinya? Baik Guang ataupun Di Yu tidak bisa untuk tidak melongo mengetahui fakta itu. Guang lantas menatap nona mudanya dengan tatapan dalam.

Siapa sebenarnya gadis yang memunggunginya kini?

.
.
.
.
.

TBC

Written on Nov 1th, 2019

My Destiny : Feng Ru Ai (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang