(Trabble) Side L: Revive

62 24 45
                                    

Aku bermaksud mengistirahatkan diri setelah menyelesaikan tugas-tugas kuliah dengan kembali menulis fiksi fantasi yang kutulis sejak SMA di sebuah platform menulis online.

Tapi setelah membaca ulang tulisanku, aku hanya bergeming menatap layar laptop.

Tidak bisa kulanjutkan.

Semua tokohku mati, bahkan sebelum ceritanya selesai.

Aku tidak sengaja membunuh mereka. Sepertinya mereka mati karena kubiarkan mengendap di dasar otak, ditimpa ingatan-ingatan materi kuliah yang berceceran. Tanpa asupan nutrisi imajinasi dan inspirasi yang membuat jiwa mereka meredup, kemudian padam sama sekali.

Dari situ aku sadar bahwa suatu tokoh fiktif tidak dikatakan mati hanya karena ia dikisahkan mati dalam sebuah cerita.

Kematian tokoh fiktif yang sebenarnya adalah saat mereka dilupakan oleh si pengarang cerita itu sendiri.

Aku menghela napas.

Kalau sudah begini, aku tidak punya alasan untuk menghidupkannya kembali. Toh, tidak ada orang yang membacanya selain aku.

Ping!

Satu notifikasi masuk. Kukira ada pemberitahuan update bab baru dari cerita yang kuikuti. Tapi bukan.

Seseorang mengomentari ceritaku.

Jantungku serasa melesak ke dalam perut.

α: Ceritanya seru. Aku suka karakter utamanya; seorang pangeran muda yang rela melakukan segala cara demi lepas dari tanggung jawab. Meskipun fantasi, karakternya bener-bener realistis. Paparannya bikin aku ngerti isi pikiran tokoh utama. Sayangnya udah lama gak dilanjut. Aku tahu penulis juga pasti sibuk di real life, tapi alangkah baiknya jika menyelesaikan apa yang sudah dimulai. Tetap semangat nulis, ya :)

Mataku melebar. Komentar singkat itu cukup membuat pikiranku yang bagai dirundung awan gelap mendadak cerah seketika.

Enter Your Ideas Here | RAWS FestivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang