(Trabble) Side L: Zeta, Si Nukleus Kaudatus

52 19 27
                                    

Bagiku, ucapan negatif dari diri sendiri lebih menjatuhkan mental dibanding ucapan dari orang lain.

Aku tidak mau pergi ke psikiater. Nanti dikira kelainan mental. Jadi kucari solusi sendiri.

Kubuat teman khayalan sebagai perwujudan pemikiran negatifku. Seorang anak perempuan yang mengenakan seragam hitam, rambut hitam dipotong sebahu, dan berwajah mirip denganku. Ia kunamai Zeta. Kubayangkan usianya sekitar sebelas tahun karena aku suka karakter loli--eh, bukan. Saat usiaku segitu, Mama bilang aku sangat aktif dan cerewet.

Alasan aku 'membuatnya' adalah... jika yang menggangguku selama ini adalah pikiran negatif dari diri sendiri, kenapa tidak kubuat si pikiran negatif ini berwujud di luar tubuhku? Dengan begitu, bisa kuanggap orang lainlah yang membisikiku, dan itu lebih bisa kulawan dibanding pikiran dari diri sendiri.

Nah, tinggal menyapa seorang teman lagi.

Zeta mengucapkan kalimat pertamanya saat aku sedang menyusun kata-kata untuk pesan yang akan kukirim pada seseorang. Suaranya lembut tapi menusuk. "Gimana kalau kamu dikira orang aneh sama dia?"

Kubalas, "Biarin. Toh gak langsung bertatap muka, buat apa malu. Yang penting udah usaha."

"Gak punya temen juga gak bikin kamu mati, kok. Kamu udah aman, 'kan, sama kehidupanmu sekarang?"

"Aman di zona nyaman itu gak sehat. Kedepannya bakal susah. Dan aku bosen jadi orang no life."

"Temanmu 'kan, sudah banyak di kelas."

"Gak sefrekuensi."

"Emang tahu dari mana kalau yang ini sefrekuensi sama kamu?"

"Daftar bacaannya mirip denganku."

"Itu gak membuktikan apa-apa."

"Itu berarti kami punya kesamaan selera bacaan dan keselarasan pola pikir."

"Bagaimana kalau tidak?"

"Kalau tidak, ya gak masalah. Kami tetap bisa berteman."

"Maksudku... bagaimana kalau dia tidak menjawab pesanmu? Gimana kalau dia merasa terganggu?"

Jempolku terhenti. Kata-kata Zeta mengena di pikiranku. Aku meliriknya yang duduk di meja sambil menggerak-gerakan kakinya yang menggantung. Sorot matanya menyiratkan kekhawatiran.

Tapi hei, bukannya aku sudah bertekad untuk tidak kalah darinya?

"Ah, bodo amat. Kalau belum dicoba, ya belum tahu!"

Dengan jemari yang berkeringat dingin, aku menekan tombol kirim.

Lambda versus Zeta. 1:0.

Enter Your Ideas Here | RAWS FestivalTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang