Tiba-tiba aku jadi teringat perkataan temanku waktu SMA.
"Alpha, kamu itu cuma menang tampang doang. Selain itu, gak ada yang bisa dibanggain."
Dulu, aku tidak mengacuhkan komentar itu.
Tapi sekarang setelah kupikir-pikir, ucapannya benar juga.
Ah ya. Coret kalimat pertama karena segala sesuatu yang diturunkan dari Bapak sama sekali bukan suatu kebanggaan.
Dari akademik, aku tertinggal. Baik saat masih sekolah maupun sesudah lulus. Selalu ada rasa iri saat mendapat kabar jika ada teman yang berhasil mendapat gelar sarjana atau magister. Satu-satunya yang berhasil meredamkan rasa iriku adalah kenyataan bahwa aku beruntung masih bisa mengenyam pendidikan sampai SMA.
Soal keluarga, meskipun tidak lengkap, tidak bisa juga dibilang broken home. Bapak hanya meninggalkan kami dengan setumpuk utang membuat napasku sesak, tapi tidak sampai mencekik. Setidaknya aku dan Ibu tidak menjadi korban kekerasan fisik, dan aku mensyukurinya.
Begitupun dalam hal lain. Pekerjaan, keuangan, semuanya metok di 'rasa syukur'. Sama sekali tidak membanggakan.
Ah, apa yang kupikirkan. Banyak orang yang punya hidup yang lebih susah dari aku. Dibanding mereka, permasalahanku tidak ada apa-apanya. Harusnya aku bersyukur.
...
"Gak usah dengerin apa kata orang... Ibu bangga punya anak seperti Alpha," kata Ibu suatu hari.
Tapi aku gak bangga sama diri sendiri. Gimana dong, Bu?
![](https://img.wattpad.com/cover/204036737-288-k161763.jpg)
YOU ARE READING
Enter Your Ideas Here | RAWS Festival
Teen FictionSi Piyik menemukan sebuah buku tebal. Sampulnya bertuliskan 'Enter Your Ideas Here' Seseorang membisiki kepala kecilnya. "Masukkan ide-idemu di sini." Tapi Si Piyik bergeming menatap kertas yang kosong, seperti kepalanya. Apa yang harus ia tulis?