que sera ╏ 006

802 104 16
                                    

kalian bosen gasih, aku update book ini mulu?








Minkyu mengambil penerbangan pagi dan sampai kerumah dengan selamat, ia menemukan secarik kertas yang berada di atas alas kaki pintu rumah.

surat keterangan dokter, gumam nya. Setelah membaca itu, ia masuk dan melihat Wonjin serta kakak nya sedang bersantai selagi membaca majalah.

“Oh! Selamat datang kembali.” ucap Heejin.

Lalu ia menatap Wonjin dengan lekat, “bisa jelaskan apa maksud dari surat ini?”

“Umm…” Wonjin gugup, “kabar yang kak Heejin beritahu padamu kemarin pagi, hanya harapan saja setelah aku pergi memeriksa sendiri ke rumah sakit.”

“Maaf, Kyu.” ucap Heejin, “aku juga baru mengetahui nya semalam.”

“Seharusnya periksa ke Dokter lebih dulu.” balas Minkyu selagi ikut duduk bersama mereka, “aku yakin Ibu pasti sudah menyebarkannya dengan berlebihan.”

“Dan dugaan-mu itu benar.” sahut sang kakak.

Minkyu bercerita jika saat Heejin memberitahu nya kabar itu, seketika pikiran nya benar-benar kacau. “kakak juga bertanya padaku, apa yang aku lakukan kalau kau hamil.” ia langsung menarik istri nya kedalam pelukan hangat.


〰〰〰〰〰



“Wonjin, ayo pulang.” ajak Minkyu yang datang menjemput dan mengajaknya pulang bersama, mulai sekarang Wonjin bersiap untuk menghadapi ujian kepindahan jurusannya dengan sibuk belajar di perpustakaan.

“Aku tidak mengerti ini, bisakah kau menolongku?” sambil menyerahkan buku tebal kehadapan Minkyu.

“Kenapa aku? Aku pikir kau akan mengurus masalahmu sendiri.” balas Minkyu acuh.

“Sedikit saja....” pinta Wonjin.

“Aku juga sibuk.” mulut dan hatinya berkata lain, walau menolak ia tetap membantu Wonjin. Minkyu tidak bisa mengacuhkan permintaan istri tercintanya itu dan berakhir ia menemani, membantu dan mengajari Wonjin.

“Dia selalu menolak untuk membantuku belajar, tetapi Minkyu tidak pernah setengah-setengah dalam melakukan sesuatu.” gumam Wonjin dalam hati.

Sang suami pun terus mengajari Wonjin hingga merasa kesal dan menegur nya, “kenapa kau tidak mengerti, aku baru selesai mengajarimu bagian ini.”

“Gunakan rumus nya.” lanjut Minkyu.

Dengan polos ia bertanya, “hm, rumus apa?”

Minkyu menepuk keras kepalanya, “kau harus fokus.” Wonjin justru tersenyum memandang lelaki Kim itu, “kenapa?” tanya Minkyu.

“Kau terlihat menggemaskan ketika sedang marah.” jawab Wonjin. Dan waktu berlalu dengan Minkyu yang selalu menegur untuk belajar dengan giat setiap hari.


〰〰〰〰〰



Hari ujian kepindahan Wonjin tiba dan Minkyu ingin menemani nya pergi ke lokasi ujian. “aku sangat gugup.”

Ia meraih telapak tangan Minkyu dan meletakkan tepat di dada nya, “gugup tidak akan membantumu sekarang, lupakan itu.”

“Aku tau, tapiㅡ”

“Apa yang aku khawatirkan sekarang adalah apakah kau ingat jika tidak membawa kartu ujianmu.” ucap Minkyu.

“Tentu aku ingat itu!” jawab Wonjin dengan percaya diri ia merogoh saku untuk mencari kartu ujian nya. Dan tidak dapat ditemukan. “astaga! kartu ujianku!”

Minkyu mengeluarkan kartu ujian milik Wonjin dari dalam jaket nya, “kau meninggalkan itu di atas meja makan.” Wonjin mengusap dada nya lega, “apa kau akan baik-baik saja?”

“Tentu! Serahkan saja padaku!” jawab nya dan mulai melangkah pergi memasuki gedung, “Minkyu, aku mencintaimu.” ucap Wonjin pelan.

Lelaki itu mengangguk dan tersenyum, “aku juga.”

〰〰〰〰〰



Dongyun serta Guanlin datang menghampiri Wonjin dan Minkyu di kafe milik Heejin, setelah mengetahui bahwa lelaki gembil itu ikut ujian perpindahan ke jurusan Keperawatan untuk mengikuti Minkyu.

“Bagaimana hasil ujianmu?” tanya Guanlin dan dengan senang hati ia menunjukkan kertas hasil kelulusannya, Wonjin masuk ke jurusan yang dia inginkan.

“Syukurlah, nasib mu tidak seperti Minhee.”

“Minhee? Ada apa dengan nya?”

Dongyun menjawab, “dia menangis seharian setelah pengumuman tes itu karena tidak lulus.”

“Kasihan sekali.” Wonjin merasa iba.

“Jangan berlagak seolah kau merasa lebih pintar dari nya.” sahut Minkyu pada sang istri.

“Aku hanya kasihan, pasti dia giat belajar karena tes ini.” balasnya, “seharusnya dia ikut belajar bersamaku dan Minkyu waktu itu.”

Minkyu menggeleng berkali-kali, membayangkan jika benar Minhee ikut belajar bersamanya dan Wonjin. “sangat mengerikan.”

“Hm, Minkyu..” panggil Wonjin, “kita belum pernah kencan sungguhan.”

“Kita kan selalu bersama-sama.” balas lelaki itu.

“Tapi aku belum pernah merasakan kencan.” Wonjin menaikkan suara nya, ia merasa sebal. “aku ingin datang ke festival yang akan buka hari sabtu nanti.” ia merengek.

Minkyu mengalah, “baiklah.” dan Wonjin bersorak senang mendengar nya.


〰〰〰〰〰



“Untunglah tesnya berjalan baik, kau pasti belajar sangat keras agar bisa lulus.” ucap Irene.

“Tidak seburuk itu, sebenarnya itu lumayan mudah.”

“Benarkah?” sahut Minkyu yang baru masuk ke dalam kamar, “lumayan mudah?”

“Hehehe,” Wonjin hanya tersenyum pahit dan mengalihkan pembicaraan, “Festival nya baru dibuka sore, sebelum kesana kita mau pergi kemana?”.

“Aku serahkan padamu saja, aku akan mengikuti mu.” jawab Minkyu.

“Bagaimana jika menonton film?” ucap sang Ibu, Wonjin langsung mengangguk antusias.

Minkyu menghela nafasnya, “kau seharusnya menggunakan waktumu untuk belajar untuk menjadi perawat.”

“Turuti saja apa yang dia inginkan.” ucap Irene sebelum keluar kamar mereka.

“Aku tidak sabar dengan kencan kita nanti, apa kau menantikannya juga?” ucap Wonjin yang tidak bisa tidur akibat memikirkan rencana kencannya yang akan datang.

“Ya, selamat malam.” jawab Minkyu singkat, ia ingin segera tidur. Namun Wonjin masih saja berceloteh ria masih membahas nya, “tidurlah.” ia sampai berbalik badan membelakangi Wonjin karena terganggu.

Tidak lama kemudian, suasana kamar menjadi sunyi. Istrinya telah tertidur pulas dan tangan yang melingkar di pinggang nya dari belakang. Minkyu yang belum tidur itu lalu berbalik badan, menghadap Wonjin dan memeluk tubuh mungil sang istri selagi tersenyum berusaha untuk tertidur pula.


〰〰〰〰〰

[✓] que sera ; wonkyuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang