que sera ╏ 012

561 90 9
                                    

Mereka memainkan banyak permainan disana. Mulai dari Maximum Tune, Dance Dance Revolution, Street Basketball hingga Time Crisis dan permainan terakhir adalah Punching Arcade Game.

“Jungmo jangan lupa, yang kalah harus traktir.” peringat Eunsang.

Lelaki Goo itu sangat mahir bermain Punching Game berbeda dengan Wonjin yang tidak bisa dan Jungmo mengajarkan nya.

“Kepalkan tangan-mu dengan kuat seperti ini,” Jungmo mengepalkan tangan kirinya dengan erat, “pikirkan sesuatu yang membuatmu kesal dan layangkan tanganmu pada pin itu.”

“Sesuatu yang membuatku kesal?” pikir Wonjin lalu ia memikirkan tentang sikap Minkyu yang dingin padanya, “Minkyu adalah sumber tenagaku.”

Hyeongjun tersenyum selagi menatap Wonjin, “dia benar-benar cinta pada Kim Minkyu.”

Wonjin menghampiri mereka dengan gembira, “aku banyak berteriak hari ini terasa lebih menyegarkan.” ucapnya.

“Kau terdengar lumayan frustasi, ada masalah dengan suamimu?” tanya Jungmo setelah meneguk minumnya.

“Dia belakangan sangat sibuk hingga aku sulit bertemu dengannya di rumah tapi ketika aku bertemu dengannya, mungkin ini hanya perasaanku saja atau dia memang sedingin itu.” jelas Wonjin.

“Masalahmu adalah kau berusaha terlalu keras padanya, santailah sedikit. Aku akan jadi separuh darimu hari ini.” balas Jungmo.

“Aku tidak perlu belas kasihanmu, Jungmo.” tolak Wonjin tidak enak.

“Terima sajalah.” dan mereka selesai bermain. Eunsang pun mengajak untuk karaoke malam, namun Wonjin menolak karena harus pulang ke rumah.

“Aku harus memasak untuk Minkyu.” balas Wonjin.

Mereka tidak sengaja bertemu dengan Minkyu bersama teman-temannya yang baru keluar dari sebuah bar kecil di dekat game center,  Wonjin senang bertemu Minkyu disana dan ia menceritakan tentang kejadian hari ini.

“Aku memikirkanmu dan memukul kuat pin itu, aku harap kau dapat melihatnya.” ucap nya bersemangat dan menggandeng lengan sang suami dengan erat.

Minkyu melepaskan tangan itu dan berkata, “aku harus pergi.” Wonjin terkejut dengan apa yang telah suaminya lakukan, dia merasa kecewa.

Jungmo yang melihat itu tidak dapat diam menahannya, “jika kau punya waktu untuk minum bersama mereka, luangkan juga waktu dengan istrimu.”

“Aku tau kau mencoba untuk membuat Wonjin kagum, tapi aku bosan dengan ceramahmu.” ujar Minkyu.

“Kenapa kau jadi begini?” tanya Wonjin, “dia tau jika aku sedang merasa sedih.”

“Dia sepertinya sangat khawatir padamu.”

“Kim Minkyu bodoh!” Wonjin lalu berlari meninggalkan mereka semua.

“Apa kau tidak ingin mengejarnya?“ tanya Jungmo kepada Minkyu, ia terlampau kesal. “Jika kau tidak mengejarnya, aku yang akan menyusul Wonjin.”

Lelaki manis itu sedang menangis sendiri, entah apa yang dia pikirkan. Jungmo datang menghampirinya, “aku hanya ingin bersama dengannya, apa Minkyu bosan denganku?“ batin nya.

“Maaf, Jungmo. Aku tau ini tidak menyenangkan. Semua karena kami, ini tidak ada hubungannya denganmu.” jelas Wonjin dan dari belakang Jungmo memeluk tubuhnya.

“Ini tidak menggangguku, kau harus meninggalkannya.” ucap Jungmo.


〰〰〰〰〰



Saat di rumah pun, Wonjin dan Minkyu tetap diam. Kedua orang tua Minkyu juga merasa ada yang tidak beres dengan mereka dan berusaha untuk mencairkan suasana. Terutama Irene.

Namun, gagal. Mereka mengabaikan dan tetap menikmati hidangan masing-masing, “aku sudah selesai.” ujar Minkyu lalu bangkit dari duduknya.

“Sudah?” tanya Irene.

Minkyu mengangguk, “aku akan mandi dan tidur.” ia berjalan masuk kedalam kamar.

Tak lama setelah itu, Wonjin juga pun selesai dengan makan malamnya.

“Wonjin juga?” tanya Suho.

“Aku merasa sedikit lelah.” jawab Wonjin lalu tersenyum tipis, “Ayah, bolehkah aku menggunakan perpustakaan?”

“Tentu, kau boleh menggunakan nya.”

Wonjin menjelaskan, “aku akan ujian lagi setelah libur pekan sunyi.”

“Lalu belajarlah dengan Minkyu.” sahut Irene.

Ia menggeleng, “dia akan tidur, aku tidak ingin menganggu nya.”

Irene menatap khawatir pada mereka berdua, Heejin yang melihat itu langsung mengusap bahu Ibunya berusaha menenangkan.

“Ini akan baik-baik saja, aku percaya pada mereka.” ujar Suho.

Wonjin meninggalkan ruang makan dan belajar di perpustakaan milik sang Ayah mertua, setelah hampir 3 jam akhirnya ia merasa penat dan kembali teringat tentang apa yang dikatakan Jungmo yang menyuruhnya untuk meninggalkan Minkyu. Perlahan ia tertawa dan berpikiran positif untuk menganggapi bahwa Jungmo hanyalah bercanda.

“Aku belum pernah berbicara dengan Minkyu sejak itu. Aku ingin berbaikan, tapi dia terus menghindariku.” Wonjin menghela nafasnya kasar dan menutup bukunya, “tidak usah dipikirkan, ayo tidur.”

Dengan takut-takut Wonjin menurunkan knop pintu kamarnya dan melangkah masuk, Minkyu sudah tidur pulas.

“Dia sangat manis.” pipi lelaki Kim itu diusapnya pelan, “kenapa kita menjadi seperti ini? kau dan aku disini, tetapi kita seperti orang asing satu sama lain.” ucap Wonjin sambil memandangi punggung tegas itu dengan mata berkaca-kaca.


〰〰〰〰〰

[✓] que sera ; wonkyuWhere stories live. Discover now