que sera ╏ 023

516 79 0
                                    

Ia bertugas untuk mendampingi operasi Dokter Jinhyuk, operasi pertama Wonjin pun dimulai, Jinhyuk terlihat tidak berharap banyak padanya. Lagipula Wonjin juga masih belum biasa melihat darah dan dia akan pusing dan merasa hampir pingsan.

“Pisau.” pinta Jinhyuk dan karena terlalu tegang, Wonjin malah mengoreskan benda iti tersebut ke tangan sang Dokter hingga terluka.

Lelaki kecil itu ketakutan dan akhirnya perawat lain masuk kedalam menggantikan dirinya.

“Maaf, ini salahku. Kau belum siap dengan ini.” Kepala Perawat menyesal dan membuat Wonjin menjadi kecewa dan sedih.

Malam itu juga, Wonjin bertugas jaga malam dan bertemu dengan Minkyu di pantry. Mereka minum kopi bersama, ia menceritakan kejadian yang baru saja di alaminya. “Kecerobohanku bahkan membuatku takut, aku tidak mau menjadi bebanmu.” Ia pun berpikir untuk pindah ke bagian yang lain seperti dermatologi atau otolaringologi.

Walaupun dengan begitu Wonjin akan sedih karena tidak bisa bersama dengan Minkyu, “sebaiknya aku kembali sebelum kembali dimarahi Bu Jiyeon, terima kasih sudah mau mendengar keluhan-ku.”

Tiba-tiba ada panggilan darurat akibat kecelakaan, Minkyu menangani pasien yang patah tulang paha. Wonjin menemani nya untuk merawat pasien tersebut.

Namun, tekanan darah pasien tiba-tiba turun. Ia melapor pada Yuvin namun ia hanya disuruh menunggu karena Dokter itu sedang melakukan operasi.

“Terlalu bahaya kalau menunggu, arterinya perlu dijahit. Akan kulakukan.” ujar Minkyu dan Wonjin mencegahnya agar menunggu Yuvin.

Minkyu bergerak cepat dan tetap bertahan untuk tetap melakukan operasi, “kita tidak punya banyak waktu, cepat ganti pakaianmu. Dampingi aku.”

“Tapi aku tidak bisa, a-ku akan mengacau lagi.” balas Wonjin.

“Jika tidak melakukannya sekarang, kau tidak akan maju.” Wonjin terdiam, “lupakan saja, aku akan memanggil perawat lain.” ujar Minkyu

“Baik, aku akan mendampingimu dan menyelamatkan pasien itu.” Mereka pun bersiap melakukan operasi, Wonjin merasa tegang walaupun ia terus meyakinkan dirinya kalau ia tidak takut.

Awalnya berjalan lancar sampai dimana Minkyu meminta pisau bedah pada Wonjin dan ia tiba-tiba panik sambil mencari benda tersebut sehingga semua alat operasi jatuh ke lantai.

“Pikiranku kacau, aku tidak bisa berpikir. Pasien.. Minkyu.. Semuanya salahku, bagaimana ini?” batin Wonjin.

“Hei! Bangun.” ucap Minkyu padanya, Wonjin segera bangkit dari lantai lalu sang suami menghampirinya lalu menyantukkan kepala Wonjin dengan kepalanya.

“Aduh!”

“Maaf, aku tidak bisa menggunakan tanganku. Apa yang kau takutkan?” tanya Minkyu.

“Kau tidak takut?” tanya Wonjin kembali dan Minkyu menjelaskan bahwa ia tidak takut karena sudah mempelajarinya ini sudah lama, ia juga yakin mungkin dirinya lebih baik daripada Yuvin.

“Dengarkan saja aku.” ujar nya, “ambil dan cucilah peralatan itu.”

“Baiklah.” jawab Wonjin lalu membereskan alat-alat operasi yang jatuh di lantai dan pergi membersihkan alat-alat tersebut.

Lalu tiba-tiba perawat Choi datang dan berkata, “apa yang kalian lakukan?”

Minkyu menjelaskan bahwa ia harus mengoperasi pasien tersebut karena kondisinya tidak memungkinkan untuk menunggu Dokter Yuvin yang sedang melakukan operasi pada pasien lain, tentu saja Byungchan menentang itu namun karena Minkyu bersikeras dan meminta tolong agar membantu untuk mengawasi proses operasi tersebut.

Minkyu melanjutkan tindakan operasi yang dibantu oleh Wonjin, sesekali ia membantu mengusap keringat Minkyu, operasi itu lancar dan selesai dilaksanakan.

“Terima kasih atas kerja kerasmu.” ucap Byungchan pada Minkyu.

Pagi pun tiba, kedua nya masih bertugas dan kembali bertemu di pantry. “Syukurlah semua berjalan lancar, keputusan dan bakatmu menyelamatkannya. Kau memang mengagumkan, aku senang sekali.”

“Saat itu mungkin saja aku akan lari jika kau tidak menghantuk kepalaku, aku takut. Aku tidak tahu harus bagaimana.” lanjut Wonjin.

Selagi tersenyum Minkyu mengusap kepala nya, memeluknya dari belakang. “Aku juga, a-aku juga takut.” kepala Minkyu bersandar pada bahu sempit Wonjin.

“Tapi kau begitu percaya diri.”

“Itu demi kau karena pikiranmu juga kacau kan? Itu keadaan darurat pertamaku.” balas Minkyu.

“Aku terkejut.” ucap Wonjin, “dan aku senang pasiennya selamat, aku juga senang kau menjadi dokter.”

〰〰〰〰〰


Minkyu baru pulang bertugas dan masuk ke kamar melihat istrinya tertidur di meja belajar, ia pun membangunkan Wonjin untuk pindah ke tempat tidur.

“Kau sudah pulang?” tanya Wonjin selagi mengusap pelan kedua mata nya, “mau aku buatkan kopi?”

“Kopi? Sebelum tidur?” Ternyata Wonjin meminta bantuan nya untuk menulis laporan perawat yang ditugaskan oleh Byungchan.

“Poin utamanya saja, ya? Aku mohon.” ujar Wonjin tetapi Minkyu menolak, “Minkyu! Minkyu! Minkyu kumohon!” ia tetap berusaha.

“Dasar, kemari dan duduklah.” balas Minkyu lalu membantu Wonjin mengerjakan laporannya.

〰〰〰〰〰

[✓] que sera ; wonkyuWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu