que sera ╏ 009

631 92 4
                                    

Di ruang pelatihan perawat pagi itu Wonjin membuat kesalahan dan berujung ia dimarahi oleh teman-teman nya, “Kau tidak serius.” tegur Jungmo dengan ketus.

“Aku serius, a-ku ingin membantu Minkyu!” balas Wonjin.

Mendengar itu, teman-temannya menjadi bingung dan Hyeongjun lantas bertanya, “kenapa kau bahas Kim Minkyu?” Wonjin mengerutuk kesal dalam hatinya karna dibuat keliru dengan ucapan nya sendiri.

Walau gugup, “a-aku...” ia meneguk ludahnya lalu dengan lantang mengucapkan, “Kim Minkyu adalah suamiku!” sehingga seisi ruangan dapat mendengarnya.

Semua orang pun menertawakan nya, jika menganggap ia hanya berkhayal dan bercanda. “jangan tertawa!”

Eunsang mengusap dada nya selagi mengatur agar nafasnya kembali stabil, “baiklah, semua orang bebas mau berkata apa. kalo begitu Kim Minkyu juga adalah suamiku.” sambil melanjutkan tawa nya.

Ketukan pintu ruang pelatihan itu membuat mereka sontak menoleh bersamaan, “permisi, Wonjin!” panjang umur, baru saja mereka membahas Minkyu dan sekarang lelaki itu melangkah masuk ke dalam ruangan.

Semua orang terkejut.

“Kau lupa ini, Ibu menyuruhku memberikan nya padamu.” ucap Minkyu lalu memberikan dompet berwarna biru pastel padanya. Wonjin terdiam dan tidak mengucapkan apa-apa.

“Sampai bertemu nanti.” pamit sang suami, setelah itu semua mata tertuju pada Wonjin yang memeluk erat dompet kesayangan nya.

“Kau...?” ujar Hyeongjun.

Pemuda berkacamata itu menghela nafasnya, “aku sudah bilang itu benar.” kepala Wonjin tertunduk, “maaf.”

“Kau tidak perlu minta maaf, kami tidak marah. Kalau kau istrinya, kami masih ada harapan.” goda Hyeongjun, alis Wonjin menyerit bingung.

APA MAKSUD NYA?

Abaikan sajalah, mereka masih harus melanjutkan pelatihan dan tibalah saatnya latihan menyuntik pasien. Wonjin sangat gemetaran sewaktu melakukan latihan kali ini, karena sebenarnya ia takut darah.

Berkali-kali Wonjin mencoba tapi gagal, tidak seperti teman-teman nya yang berhasil di percobaan pertama mereka. “ayo semangat kau pasti bisa melakukannya!”

Dan hari semakin sore dan Wonjin masih belum juga berhasil melakukannya, tanpa mereka sadari Minkyu dan Gichan mengamati cukup lama dan akhirnya datang menghampiri, “Wonjin, jika kau tidak bisa mengatasi ini. aku harap kita tidak usah bekerja bersama.” ujar Minkyu.

“Aku ragu sewaktu kau bilang kalau dia lulus ujian masuk.” sahut Gichan.

Jungmo yang menjadi kelinci percobaan Wonjin pun merasa kesal, “lakukan sesuatu! kalau seperti ini terus, dia tidak akan pernah menjadi Perawat.” ia menatap tajam Minkyu, “kau jenius kan? tolong lakukan sesuatu.” tegas nya.

“Aku tidak menjadi dokter untuk kepentingannya. Kalau dia tidak bisa melakukan itu, biarkan saja.” jawab Minkyu, “kenapa bukan kau saja yang melakukan sesuatu?” lalu pergi meninggalkan ruangan.

Rasanya sungguh menjengkel kan, “apa masalahnya? apa kau tidak merasakan sesuatu dari ini?” tanya Jungmo, “lagipula kenapa kau menikah dengannya? karena penampilan? atau status?”

“Dia memang seperti itu, aku sudah terbiasa.” lirih Wonjin, “Minkyu memang tidak pernah memanjakan aku.”

“Itu bukan maksudku.” Jungmo emosi, “pasangan yang sudah menikah seharusnya menyemangati satu sama lain dan saling mendukung.”

“Aku rasa Jungmo terlalu meng-ideal-kan sebuah pernikahan.” ejek Hyunbin, “lagipula aku lega. Minkyu sepertinya tidak terlalu mencintaimu.”

“Tidak! Dia mencintaiku.” tegas Wonjin.


〰〰〰〰〰



Saat malam tiba, Wonjin membantu Irene menyiapkan makan malam. Ia kepikiran mengenai teman-teman yang meminta untuk mengatur pertemuan dengan mahasiswa Kedokteran.

“Wonjin, kenapa menangis?” Irene tertawa karna baru melihat jika Wonjin sedang memotong bawang, “jadi perawat memang tidak mudah, Ibu terharu karena kau melakukan sesuatu yang menantang dan belum pernah kau coba sebelumnya demi Minkyu.”

Irene berusaha membuat Wonjin untuk melupakan waktu sulitnya selama belajar menjadi perawat, “oh iya! Ayah mempunyai lahan di daerah kecil dekat pedesaan dan disana belum ada dokternya.”

“Mungkin kerja di rumah sakit besar memang bagus, tapi bukankah bakal lebih menyenangkan untuk kalian berdua membuka klinik kecil bersama?” lanjut nya dan membayangkan hal romantis antara Minkyu dan Wonjin.

“Ibu.” tegur Minkyu yang ternyata sudah lama mendengarkan Ibu nya berkhayal.

“Lho? Kapan kau pulang? Mengapa tidak ada suara?” balas Irene.

“Aku rasa Ibu yang memang tidak sadar, karna terlalu asik bermimpi.” ujar Minkyu, “siapa yang mau buka klinik dengan Perawat yang bahkan tidak bisa menyuntik pasien.”

“Minkyu! Jangan begitu, Wonjin sudah belajar keras agar bisa menyeimbangi antara tugas rumah dan tugas kuliah, seharusnya kau senang mempunyai istri pekerja keras seperti Wonjin.” tegas Irene sambil mengusap bahu menantu kecilnya.

Minkyu mengangguk asal, membenarkan ucapan Irene. Lalu ia memberitahu jika besok tidak ikut makan malam bersama, karena mahasiswa Kedokteran akan pergi minum.

Sang Ibu merasa heran, “biasanya kau tidak pernah mau ikut pergi.” Wonjin yang sangat penasaran akhirnya bertanya pada Minkyu untuk mencari informasi,

“Berapa orang yang ikut?”

“Enam atau tujuh orang.” jawab Minkyu.

“Dimana?”

“Sepertinya tidak begitu jauh dari rumah.”

Wonjin ber-OH ria menanggapi jawaban suami nya, “di restoran mana?” Minkyu mulai kesal dan menjawab,

“Aku juga tidak tau, aku hanya ikut-ikut saja.”


〰〰〰〰〰

[✓] que sera ; wonkyuWhere stories live. Discover now