que sera ╏ 021

525 82 0
                                    

Hari menjelang Ujian Mahasiswa Kedokteran segera tiba, mereka  sangat sibuk belajar dikelas untuk mempersiapkan diri. Berbeda dengan Minkyu yang dengan santai hanya membaca buku ditengah-tengah kecemasan teman-temannya yang lain.

Eunsang, Hyeongjun dan Hyunbin mengintip ruang kelas Minkyu.

“Mahasiswa Kedokteran terlihat sangat tertekan.” ucap Hyeongjun lalu tertawa.

“Ujian besok akan menentukan siapa yang akan menjadi Dokter dan Perawat.” lanjut Hyunbin, “jika mereka gagal, semua yang telah mereka lakukanㅡ”

“Bisa-bisanya kau berkata demikian?” celetuk Wonjin yang baru mendatangi mereka.

“Kau menakutiku!” keluh Eunsang.

“Besok Minkyu akan ujian,  bagaimana bisa kau menyebutkan kata ‘gagal’? Kim Minkyu adalah orang yang jenius, dia akan baik-baik saja.”

Eunsang berdecih, “bahkan seorang jenius juga manusia! Lihat saja apa yang akan terjadi nanti.”

Ia mendengar bahwa ada beberapa teman kelas Minkyu yang menanyakan beberapa pertanyaan pada lelaki itu, “Hei kalian!” jerit Wonjin dan langsung menghampiri mereka, “Memangnya kalian tidak bisa berpikir sendiri? Berhentilah mengganggu Minkyu!”

“Kau kenapa?” tanya Wonjin pada salah satu teman yang saat itu sedang bertanya pada Minkyu, “tidak usah menjadi dokter kalau kau tidak bisa lolos dengan kemampuanmu sendiri!” ia mengulangi ucapan Minkyu padanya semalam.

Sebenarnya Wonjin juga ikut cemas karena ujian yang dihadapi Minkyu sehingga ia mengatakan jika tidak apa-apa Minkyu gagal, mereka dapat lulus bersama tahun depan.

Dengan tegas Minkyu menjawab, “aku tidak mau.”


〰〰〰〰〰



2 hari kemudian, hasil ujian Mahasiswa Kedokteran diumumkan. Kalian sudah tau apa yang Minkyu dapat, ia lulus.

Saat di kampus, Wonjin dan Hyunbin datang menghampiri Minkyu serta Gichan yang sedang makan siang di kafetaria. Mereka memberi ucapan selamat kepada Gichan yang juga lulus dalam ujian nya.

Gichan mengucapkan terima kasih dan, “aku akan menunggu Hyunbin untuk menjadi Perawat.”

“Kenapa kau akhir-akhir ini terus mengikutiku?” tanya Minkyu pada sang istri.

“Begitukah? Kita tidak akan makan siang bersama di sini lagi untuk waktu yang lama, aku ingin membuat kenangan sebanyak mungkin!” jelas Wonjin.

“Baiklah, aku mengerti. Kalau begitu aku pergi dulu.” lelaki itu yang beranjak dari tempatnya, “Profesor Cho ingin bertemu denganku.”

“Kau bukan pengantin baru lagi, tapi mengapa kau sangat mencintainya?” tanya Gichan heran.

“Dia lulus lebih 1 tahun lebih dulu dariku. Dia akan tetap berada di rumah sakit kampus dan aku tetap bisa bertemu dengannya dirumah. Namun aku ingin menghabiskan setiap menit, setiap detik dengannya!”

Seperti yang Minkyu bilang sebelumnya, jika ia memang ada keperluan bersama profesor Cho di rumah sakit.

“Minkyu, ini bukan tawaran yang buruk. Pikirkan tentang hal ini.” ucap profesor Cho sambil mengantar Minkyu keluar ruangannya.

“Ya.” jawab Minkyu lalu profesor pergi meninggalkan nya sendiri, “apa yang harus aku lakukan.” ia pun terlihat bimbang setelahnya.


〰〰〰〰〰



Malamnya dirumah, Irene dan Wonjin sedang menyiapkan makan malam sekaligus merayakan kelulusan Minkyu.

Lelaki itu kemudian menceritakan kepada Irene, Suho, Heejin dan Wonjin kalau ia mendapat tawaran untuk bekerja pada rumah sakit di luar kota. Minkyu menginginkan nya dan ini adalah kesempatan bagus.

“Kota itu sangat jauh bahkan untuk pulang-pergi perlu 6 jam, bagaimana bisa? Tidak mungkin pulang-pergi terus?” ujar Wonjin.

Minkyu lalu berpikir untuk pindah ke luar kota, Wonjin mengatakan bahwa ia akan ikut pindah bersama Minkyu. “Tidak, kau harus menyelesaikan kuliah-mu lebih dulu. Baru kau bisa menyusul.”

Tetapi Wonjin bersikeras tetap tidak mau berpisah dari Minkyu walau hanya setahun, Irene berusaha menengahi mereka.

“Kau tidak akan mengerti karena aku mencintaimu lebih dari kau mencintaiku, kau tidak akan mengerti perasaanku.” kedua manik Wonjin berkaca-kaca, “betapa sulitnya berpisah darimu karena kamu akan baik-baik saja tanpaku, saat kau memutuskan keputusanmu tentu kau tidak pernah memikirkanku kan? Akulah satu-satunya yang akan merindukanmu!” suara tangisan nya pecah dan dengan cepat Wonjin masuk ke kamar.

Melihat kondisi nya malah jadi seperti ini semakin membuat Minkyu bingung dan ikut terlihat sedih.


〰〰〰〰〰



“Sampai kapan kau akan berdiam di atas kasur?” tanya Minkyu selagi menarik selimut yang menutupi tubuh istrinya itu.

“Aku mengantuk, selamat malam.” Minkyu menyerah dan kembali keluar dari kamar.

Heejin yang melihat itu pun mengusap pundak sang adik, “dia tergila-gila padamu.”

Minkyu menghela nafasnya kasar, “aku sudah siap dengan reaksi buruk yang akan kalian beri, tapi melihatnya seperti ini..”

“Aku berencana mengajak Wonjin juga untuk pergi karena aku juga sekarang masih bisa mencari kampus perawat untuknya. Namun, dia tidak kenal siapapun dan sendirian.” lanjut Minkyu, “apa dia bisa menetap dan belajar? Mungkin aku akan sibuk, aku tidak yakin bisa memikirkan kesejahteraannya. Aku ingin dia jadi perawat. Mungkin lebih baik berpisah selama setahun.”

“Dia sepertinya tidak menyadari kalau aku juga mencintainya.” dan Wonjin mendengar apa yang Minkyu ucapkan, kini yang ia rasakan hanya bisa bersedih.


〰〰〰〰〰



Di hari kelulusan Minkyu membacakan pidato nya. Ayah, Ibu, serta Wonjin juga ada di dalam aula dan mereka larut dan rasa terharu. Wonjin seolah bernostalgia, mengingat kenangannya bersama Minkyu di masa sekolah.

Selesai dari acara tersebut, Wonjin pergi menuju ruang dan tempat-tempat kenangannya bersama Minkyu selama di kampus. Hingga akhirnya ia berada di ruangan kelas Minkyu, tempat dimana ia suka memandangi sang suami dari kejauhan.

“Kenapa kau kemari?” ujar Minkyu, Wonjin segera menoleh kearah daun pintu. “Aku mencarimu, ada yang ingin aku bicarakan,”

Ia memotong pembicaraan Minkyu, “a-aku akan menjadi Perawat dalam setahun lalu aku akan menyusulmu, aku janji! Jadi tunggu aku, jangan membohongiku, jangan marah jika aku menelpon setiap hari. Dan...” gantungnya.

“Danㅡ” ujar Minkyu mengulangi ucapan Wonjin.

“Dan saat luang, aku akan kesana.” Wonjin tersenyum lalu memeluk Minkyu erat.

“Terima kasih sudah mengerti.”

Dan Wonjin mengantarkan Minkyu ke stasiun, ia masih merasa berat untuk berpisah dan terus memegangi lengan pakaian Minkyu.

“Bisa aku pergi sekarang?” tanya Minkyu.

Ia segera melepas lengan Minkyu, “i-iya,”

Sebelum lelaki itu melangkah pergi, ia berpesan kepada Wonjin untuk belajar dengan giat. Jarak mereka semakin jauh dan Wonjin mulai menangis lagi.

Minkyu berbalik sebentar dan melihat istrinya yang menundukkan kepalanya, ia ingin mengulas senyum tipis walau hatinya juga merasa sedih. Tak lama, Wonjin juga melihatnya.

Lelaki gembil itu menghapus air mata nya dan berteriak, “Berjuanglah, Kim Minkyu!!”

Dengan tulus, kedua sudut bibir Minkyu terangkat selagi melambaikan tangan dan melanjutkan langkah kakinya.


〰〰〰〰〰

[✓] que sera ; wonkyuWhere stories live. Discover now