que sera ╏ 011

618 94 4
                                    

Hari ujian menyuntik pun tiba. Wonjin sangat gugup karena masih takut dengan darah, ia pun sampai tidak nafsu menatap sarapan yang Irene siapkan.

“Wonjin, setidaknya minum dulu ini.” ucap Suho yang menawarkan jus yang berwarna merah. Melihat itu, Wonjin langsung membayangkan darah dan seketika kepala nya pusing.

“Tidak, terima kasih. Aku pergi Ibu, Ayah.” jawab Wonjin dan pergi menghindar.

Ia masuk kedalam ruang ujian praktek setelah mengganti pakaian dan yang menjadi kelinci percobaan nya untuk ujian menyuntik hari ini adalah Jungmo, lagi.

Karena panik tangan Wonjin tidak sengaja tergores dengan jarum suntik, wajah nya memucat dan pingsan setelah itu. Teman-teman ikut panik, dengan khawatir Jungmo langsung menggendong Wonjin untuk membawanya menuju klinik Kampus.

Minkyu yang kebetulan lewat di koridor dan melihat Jungmo berlarian sambil menggendong Wonjin.

“Menyingkir! Cepat menyingkir.” teriak Jungmo yang menggema selama perjalanan nya menuju klinik. Sesampainya ditempat tujuan, ternyata sedang tidak ada Dokter yang berjaga.

Ia pun menaruh lelaki manis itu di atas tempat tidur, menatap Wonjin. “dia terlihat sangat damai, membuatku ingin pingsan. kau selalu tertidur di dekatku.” ucap Jungmo.

Lalu ia mendekat pada Wonjin.

“Apa yang sedang kau lakukan?” Minkyu datang, “huh? kau lagi?”

“Aku tidak melakukan apa-apa.”

Minkyu menggangguk, “jadi dia pingsan dan kau membawanya kesini, terima kasih sudah melakukan itu untuknya dan aku disini sekarang. kau bisa kembali.”

Jungmo berdecih kesal, “lagi pula aku juga sudah mau pergi.”

“Goo Jungmo,” panggil Minkyu sehingga Jungmo menghentikan langkahnya untuk keluar dari klinik, “kau paati mengetahui bahwa kami sudah menikah, jangan coba lakukan apapun pada Wonjin.” lanjut nya.

Lelaki itu membalikkan badan nya menghadap Minkyu, ia merasa emosi mendengar perkataan itu. “Baiklah, aku baru sadar. Aku menjaga Wonjin lebih baik daripada kau.” tegas Jungmo.

“Benar begitu?” selagi menatap nya dengan remeh.


〰〰〰〰〰



“Kalian tau, jika saat aku pingsan kemarin Minkyu menungguku hingga sadar didalam klinik.” Wonjin heboh menceritakan kejadian yang di alami nya saat pingsan sewaktu latihan menyuntik.

“Minkyu mungkin pria satu-satunya di hatimu,” balas Dongyun, “tapi melihat betapa paniknya Gooㅡ atau siapalah namanya, aku merasa ada yang tidak beres.”

Alis Minhee terangkat sebelah, “cinta segitiga maksud mu?” Namun Wonjin mengabaikan perkataan teman-temannya itu, mereka lantas membicarakan rencana libur pekan sunyi yang akan datang.

Dongyun maupun Minhee sudah mempunyai rencana mereka masing-masing, lain lagi dengan Wonjin yang belum memikirkan sama sekali.

Dan sebelum tidur, Wonjin menawarkan berbagai macam liburan untuk merayu Minkyu agar ikut bersama nya.

“Tergantung penelitianku.” jawab sang suami.

“Benarkah?” ia tersenyum senang, “yeay, berlibur!” sorak Wonjin bersemangat.


〰〰〰〰〰



Setelah kelas selesai, Wonjin pun menceritakan tentang rencana pekan sunyi nya bersama Minkyu kepada dengan teman-teman dan Jungmo ikut menyahuti, “apa kau lupa tugas kelompok?”

Kedua manik matanya terbelalak kaget, “aku sudah menduga jika kau pasti lupa, kau benar-benar berpikiran sempit. kelompok kita harus menulis dan mengumpulkan laporan.” lanjut Jungmo.

“Tapikan kita tidak banyak bacaan.” balas Wonjin.

“Maksudmu semua ini?” Eunsang menunjuk tumpukan buku tebal yang harus di baca untuk menulis laporan.

gagal sudah rencana liburanku.

Ponselnya bergetar dan memaksanya untuk keluar kelas, karena ini telpon dari sang kakak ipar. “bagaimana rencana nya apa sudah siap?”

“Tidak, itu semua gagal.” rengeknya.

“Sayang sekali.”

Lalu ia mendengar suara Minkyu di ujung sambungan, “dia sendiri yang memaksakannya, aku tidak pernah bilang jika aku akan pergi.”

Dan Heejin menjawabnya, “Wonjin sangat berusaha untuk merencanakan liburan denganmu, kau tidak boleh bilang begitu.”

“Baiklah, semoga laporanmu berjalan lancar.” balas Minkyu dengan suara lantang dan sambungan telpon itu terputus.

“Minkyu nampak tidak kecewa sama sekali, apa aku satu-satunya yang menantikan ini?” gumam Wonjin selagi menunduk kecewa.

Ia pun mengerjakan laporan kelompok bersama teman-teman di perpustakaan, Wonjin sempat tertidur dan membuat Jungmo harus membangunkan nya berkali-kali.

Setelah seharian menghabiskan waktu membaca tumpukan buku tebal, akhirnya mereka selesai juga. Dan berencana untuk bermain di game center, kecuali Hyunbin karena ia harus kerja paruh waktu.

“Kami akan kesana lebih dulu agar kalian saat sampai kita bisa langsung bermain, mengisi kartu saldo disana lumayan lama. Antri nya sangat ramai.” jelas Hyeongjun dan dibalas anggukan oleh Eunsang.

Lagi-lagi, Wonjin harus bersama Jungmo dan ditengah perjalanan keluar gedung kampus. Tanpa di sengaja Minkyu melihat keakraban antara keduanya, ia hanya mengamati mereka dari kejauhan.


〰〰〰〰〰

[✓] que sera ; wonkyuOnde as histórias ganham vida. Descobre agora