PP-16

8.1K 286 5
                                    

*****

Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif, atau berada di luar jangkauan. Cobalah beberapa saat lagi atau tinggalkan pesan setelah bunyi berikut...

Dirly memutus sambungan. Menatap nanar ponselnya. Dia tidak mengerti kenapa nomor Dilla tidak aktif. Dia pulang ke kontrakan dan berharap bisa menikmati makan malam yang biasa. Meskipun masakan Dilla masih tidak mengalami kemajuan yang pesat, tapi Dirly selalu bahagia.

Tapi sore ini, kontrakan sepi. Tidak ada jejak Dilla sedikitpun. Dia tidak tahu kemana gadis itu pergi!

Dirly mencoba menelpon kembali. Tapi sial, masih saja tidak aktif. Pria itu bergegas memeriksa lemari pakaian mereka dan mendesah lega ketika melihat semua pakaian Dilla masih berada di tempatnya. Berarti gadis itu tidak kabur.

Dirly menunggu sambil duduk di teras. Terus menunggu...

Sementara di lain tempat, Dilla sedang berusaha melupakan semua masalah tentang Tiara entah siapa itu. Dia mau melegakkan sedikit perasaannya yang terus di landa gelisah. Jadi dia memutuskan untuk jalan-jalan sebentar. Meskipun tidak lama lagi dia menikah, itu tidak mengurungkan niatnya. Dilla membeli beberapa lembar baju di mall menggunakan uang milik Nadira. Dia bersumpah kelak dia akan membalas semua hutang budi yang dia miliki pada gadis itu. Selama ini Nadira sudah terlalu baik padanya.

Nadilla pulang setelah jam menunjukkan pukul delapan malam. Dia sedikit tersentak ketika melihat Dirly tertidur di teras. Hatinya berdenyut lagi, mengingat Tiara... Dilla sangat mencintai Dirly, dia percaya pada pria itu. Tapi jika mendadak masalalu muncul di kehidupan mereka berupa mantan kekasih, hati Dilla jujur saja tidak bisa damai. Meskipun beberapa kali Dirly meyakinkannya jika gadis itu bukan siapa-siapanya lagi. Bahwa pria itu cuma mencintai Dilla. Tapi Dilla merasa...takut.

Takut jika Dirly akan meninggalkannya dan kembali ke masalalu...

Dilla mendesah, berusaha melupakan hal itu dan mendekati Dirly, "hei...bangun..." Bisik Dilla, menoel-noel pipi Dirly hingga pria itu membuka matanya dan langsung duduk.

"Kamu darimana saja?" Tuntut Dirly.

"Jalan-jalan. Maaf aku tidak kasih kabar," sahut Dilla tenang, dia berdiri di ikuti Dirly.

"Kamu baik-baik saja kan?" Tanya Dirly, dia melirik ke arah kantong belanjaan di tangan Dilla.

"Aku baik. Aku cuma pergi menggunakan uang adikku, itu saja," sahut Dilla, menolak memandang Dirly.

Dirly diam saja.

"Kamu belum makan kan? Ayo masuk, tadi aku beli makanan di luar," ajak Dilla, melangkah masuk terlebih dulu.

Dirly mengikuti dalam diam. Ada sekelumit perasaan tidak nyaman ketika Dilla seperti ini. Belanja dengan menggunakan uang orang lain. Dia merasa tidak berguna sebagai seorang pria. Tapi dia diam saja karena dia yakin, jika dia protes, Dilla akan...

Aaaarrrrggghhh...!!! Dirly cuma bisa meraung dalam hati sementara Dilla sibuk menyiapkan makanan di atas meja kecil mereka.

"Ayo di makan, ini enak loh," kata Dilla.

Dirly berusaha tersenyum, "iya, keliatannya enak."

Dia makan...dalam keadaan semakin gamang.

*****

Nadira tengah menikmati tontonan di televisi pagi itu setelah dia sarapan sendirian karena si Rillian tidak kunjung keluar kamarnya. Dia teringat jika besok adalah hari besar. Hari di mana sang kakak akan menikah. Ketika dia menawarkan diri untuk membantu mengurus segala sesuatu, Dilla menolak. Karena memang tidak banyak yang di lakukan.

Pengantin PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang