PP-25

7.5K 240 7
                                    

*****

Nadilla menatap Dirly dengan kening berkerut. Pasalnya, sejak pria itu pulang dan sampai tengah malam begini, tak satupun kalimat yang terlontar dari mulut pria itu. Tidak seperti biasanya. Dirly bahkan menolak makan malam cuma dengan gelengan kepala.

Membuat Nadilla bingung.

Saat ini mereka sudah naik ke tempat tidur. Tapi mereka tidak bertukar kata. Dirly cuma berbaring menatap langit-langit dalam diam.

Sementara Nadilla berbaring di sebelahnya dengan kebingungan yang semakin menjadi.

"Dirly...ada masalah?" Bisik Nadilla penuh kehati-hatian.

Dirly menatapnya dengan ekspresi kosong.

Nadilla menggigit bibir, "kamu diam saja sejak tadi. Aku...cemas," katanya lagi.

Dirly menggeleng lemah. Tidak ada yang perlu istrinya cemaskan. Dirly cuma belum siap untuk bercerita pada Nadilla tentang kenyataan yang baru dia ketahui mengenai orangtuanya. Dia masih butuh waktu. Tapi dia juga tidak bisa berpura-pura di depan Nadilla.

Nadilla mendesah, menggamit lengan Dirly dan menyandarkan kepalanya di dada pria itu, "kalau ada masalah, apapun, aku harap kamu mau berbagi denganku. Kita sudah menikah, bukankah hal yang wajar jika aku juga tahu kesusahanmu?" Tanyanya lemah.

Dirly menghela nafas, dia membelai lembut rambut Nadilla dengan pikiran menerawang.

Nadilla mendesah dan mulai memejamkan mata, merasakan pelukan erat dari Dirly, meskipun pria itu masih diam. Setidaknya Nadilla yakin jika suaminya mendengar apa yang dia katakan.

Dirly masih membuka matanya, dia menemukan jika Nadilla sudah tertidur dari deru nafas istrinya itu yang mulai teratur.

"Maafkan aku, Dilla. Nanti, aku janji, aku akan ceritakan semuanya. Hanya saja sekarang aku juga masih belum mengetahui keseluruhan dari cerita ini. Aku janji, nanti. Maafkan aku, hm?" Bisik Dirly yang tentu saja tidak akan di jawab Nadilla.

Dirly berjanji akan memulai mencari tentang keluarganya. Orang-orang menghinanya karena dia memiliki asal-usul tidak jelas. Dirly akan mencari tahu dan membuktikan pada semua orang, bahwa dia juga memiliki keluarga. Yeah, meskipun keluarga itu sudah tidak dia miliki lagi.

*****

Nadira berhenti di ambang pintu apartemen. Menoleh pada sosok yang berdiri tepat di belakangnya. Rillian. Pria itu baru saja mengatakan kalimat yang menusuk ketika dia hendak keluar beberapa saat yang lalu.

Rillian menyeringai, "aku benar, kan?" Sinisnya.

Nadira menggeleng lemah. Pria bermulut tajam begini yang di katakan sebagai 'pria baik' oleh kedua orangtuanya?! Nadira yakin jika Rillian benar-benar memiliki pikat dari dukun!

"Pikirkan apa yang ingin kamu pikirkan, aku tidak peduli," sahut Nadira.

"Kamu tahu status kita itu suami istri, Dira?"

Nadira melotot, "kamu pikir aku tidak tahu?!" Dia mulai berteriak. Sikap dari Rillian sendiri yang membuat Nadira menjadi mudah marah seperti ini. Di tambah, dia juga muak karena pembelaan orangtuanya terhadap pria batu itu.

Kesabaran Nadira sudah semakin tipis!

Rillian berjalan mendekat, "kamu berteriak padaku?" Bisiknya tajam.

Nadira menghela nafas, "kalau kamu tidak mau aku berteriak, maka diamlah!" Tandasnya.

Rillian mendengus, "pergi dan temui pacarmu itu, aku tidak peduli."

Pengantin PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang