PP-24

7.4K 264 4
                                    

*****

"Ini..." Dirly tercekat.

Gian mendesah dramatis sambil menepuk-nepuk bahu Dirly.

"Gue tahu Lo kecewa. Tapi gue dapetin ini dengan susah payah," kata Gian.

Sementara Dirly menatap hampa dua pusara yang ada di hadapannya. Menurut Gian, itu adalah makam kedua orangtuanya. Sangat sulit untuk percaya, tapi Dirly merasakan firasat bahwa Gian mengatakan yang sebenarnya. Masalah darimana pria itu menemukan semua ini, Dirly sudah lama mengenal Gian dan dia tahu bagaimana cara teman lamanya itu bekerja di bawah bayang-bayang.

"Gue tahu dari seseorang yang mengaku sahabat mendiang ayah Lo, Dir."

Dirly tidak begitu menyimak apa saja yang di katakan Gian. Dia fokus pada dua makam di sana. Kedua orangtuanya meninggal di hari yang sama. Tahun di mana Dirly seharusnya masih berusia dua tahun. Dia tidak bisa menangis, tidak ada air mata yang keluar dari matanya mengetahui fakta itu, jika kedua orangtuanya meninggal saat dia masih kecil sekali. Bahkan dia tidak bisa mengingat kenangan kebersamaan atau kasih sayang keduanya...

Gian mendesah dramatis lagi, "mereka... kecelakaan. Entahlah, tabrak lari ku rasa atau sesuatu seperti itu," katanya.

Dirly cuma mengepalkan tangannya. Jika memang karena tabrak lari, dia sangat mengutuk pelaku tabrakan itu, yang membuatnya harus hidup dan besar di panti asuhan selama beberapa tahun sebelum sebuah keluarga mengadopsinya. Itupun tidak lama, karena Dirly tidak betah tinggal dengan keluarga angkatnya.

"Siapa orang itu?" Bisik Dirly nanar.

Gian menggeleng, "gue gak tahu, Dir. Tapi ada kisikan yang mengatakan jika orang itu adalah orang penting. Orang berduit yang bisa menutup rapat kasus ini hingga sekarang."

Dirly menatapnya. Sekali lagi, dia tidak menemukan jejak kebohongan di mata Gian.

Gian menepuk bahu Dirly, "gue tahu sulit buat Lo percaya cerita ini. Tapi gue jujur, Lo tahu gimana gue, kan? Bohong itu bukan level gue," katanya jijik.

Dirly kembali menatap ke arah makam, dia berjongkok dan mulai membersihkan makam itu dari dedaunan kering dan rumput liar. Dia bekerja dalam diam.

"Gue cuma berniat bantu Lo, kok, Dir. Gak ada maksud apapun. Walaupun di masalalu hubungan kita tidak begitu baik, tapi gue gak pernah anggep Lo musuh atau apapun. Tiara bukan apa-apa," tandasnya.

Dirly masih tidak menjawab. Dia tidak sadar jika matanya mulai memerah, basah dan panas. Mengingat lagi kehidupan macam apa yang terpaksa dia jalani sejak kecil.

"Dir, are you okay?" Bisik Gian mulai cemas.

Dirly mengangguk diam.

"Kita tetap teman, kan?" Tanya Gian memastikan.

Dirly mendesah, menatap pria itu dan memaksakan sebuah senyum langka, "mungkin. Jika kamu bisa menunjukkan di mana orang yang mengaku sebagai teman...ayahku," susah sekali kata itu keluar dari mulutnya.

Gian menggeleng tegas, "nggak bisa, gue aja ketemu dia sekali. Dengan cara kebetulan, entahlah..."

Jika sebelumnya Dirly yakin Gian tidak berbohong. Kali ini justru sebaliknya, dia yakin Gian menyembunyikan sesuatu darinya. Tapi dia memutuskan tidak akan mendesak pria itu sekarang. Dia saja masih terguncang karena ini.

Dirly berdiri, "kalau kamu masih mau berteman denganku, jangan ada yang kamu tutupi tentang ini," katanya.

Gian mengangguk cepat. Tapi Dirly bisa tahu jika temannya itu gugup. Oke, dia akan melepaskan Gian saat ini.

Pengantin PenggantiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang