04.Dia lagi

5.8K 466 4
                                    

A/N Setiap kalimat miring itu bahasa isyarat.

Happy reading!!


Ada banyak cara untuk menyampaikan perasaan di dunia ini,sebagian orang yang memang memiliki sifat blak-blakan akan dengan mudah mengungkapkan nya langsung tanpa rasa takut.

Namun sebagian orang dengan sifat suka memendam akan memilih menyimpan,hingga berdesakan yang menimbulkan perasaan tertekan,ini bukan tentang cinta,karena arti perasaan itu sendiri begitu luas.

Contoh nya saja khanza,gadis itu memilih diam,menyimpan semua rasa dan perasaan sedih nya sendirian,bohong jika khanza tidak penasaran dari mana ia berasal,seperti apa sosok ibu nya? Apa dia memiliki saudara,atau apa ia memiliki nenek kakek? Paman,tente,keponakan?.

Khanza sangat ingin tahu dimana keluarganya,menjadi seorang anak yang tumbuh tanpa asuhan orang tua,membuat khanza bertanya-tanya tentang asal-usul dirinya.

Tapi ini khanza perempuan yang suka memendam semuanya,perempuan yang hanya akan diam,seolah dia tidak mau tau apa-apa,khanza memilih menyampaikan perasaan nya melalui coretan di atas kanvas.

Melukis memang menjadi salah satu cara penyampaian perasaan, menggambarkan suasana hati,dan melampiaskan segala emosi yang ada,khanza memilih melukis untuk melupakan segala hal yang menjadi tanda tanya untuk dirinya.

Di bawah pohon angsana yang rindang,khanza memgarsir setiap bentuk yang berimajinasi di dalam fikirannya,menyalurkan segala bentuk rasa yang khanza pendam.

Sesekali khanza akan berhenti,menikmati semilir angin yang menghatam wajah nya.

"Khanza"

Perempuan itu menoleh,senyumannya mengembang ia segera menaruh kuas ke dalam tempat nya lalu menubruk tubuh kenzoe dengan pelukan erat.

"Manja"cibir kenzoe.

Khanza mengurai pelukan nya mencebikkan bibir nya lalu berpaling ke arah lain.

"Ada apa?" Tanya kenzoe heran.

Khanza memainkan jemari nya.
"Kemana aja seminggu nggak ke panti abang lupa sama panti?"

"Abang sibuk zaa,beberapa hari yang lalu caffe nya abang yang hendle,si boss lagi ke luar kota"

"Harusnya abang kasih tau Zaa atau ngak bunda Aan,bukan ngilang,di telpon ngak bisa di chat malah centang satu,adel sampe nangis gagara pas dia pergi abang ngak ada" tangan khanza berhenti dimainkan,ia duduk di tempat semula lalu di susul kenzoe.

Kenzoe menggeruk tengkuk nya yang tidak gatal
"Maafin abang ya zaa,janji deh besok kalau ada banyak kerjaan abang ngabarin"

Senyum di bibir khanza merekah
"Gitu dong, zaa sayang abang,di sini cuman abang sama bunda yang paham sama zaa"

Kenzoe mengacak rambut khanza,menatap wajah khanza dalam diam,kini khanza kembali fokus dengan sketsa di tangannya.

Sekilas tidak ada yang aneh dengan khanza,dia sama seperti remaja dua puluh tahun lainnya,hanya saja khanza terlahir kurang beruntung,bibir nya hanya untuk tersenyum bukan untuk berbicara,khanza bisu sejak lahir.

Terlahir dengan keterbatasan fisik tidak membuat khanza larut dalam kesedihannya,ia tumbuh menjadi sosok yang cerdas,khanza bisa mendengar dengan jelas,karena itulah khanza bisa memahami lawan bicara meskipun mereka tidak menggunakan bahasa isyarat.

Khanza bahkan bisa lancar membaca meskipun tanpa suara,itulah yang spesial dari seorang khanza,sedari kecil kenzoe menjadi guru untuk khanza,mengajari khanza pada huruf-huruf alfabet dan mengarahkan khanza pada passionnya tentang dunia seni lukis.

"Zaa mau jalan-jalan bareng abang? Kita makan ice krim mau nggak?" Kenzoe memecah keheningan,dia bisa melihat khanza kembali meletakkan kuas nya.

"Ayo kita berangkat sekarang"

Kenzoe terkekeh melihat betapa semangat nya khanza, ia langsung ikut berdiri mengapit lengan khanza,dan berjalan menjauh.

Sumpah demi apapun kenzoe sangat menyayangi khanza,ia berharap suatu saat akan ada seseorang yang mencintai khanza dengan tulus,tanpa memandang kekurangan khanza.
Kenzoe sudah berjanji pada dirinya sendiri setua apapun dia,tidak akan menikah sebelum melepaskan khanza pada orang yang benar-benar tulus.

****

Bus bewarna biru itu berhenti di halte,kenzoe bergegas menaikinya dengan tangan yang mengapit lengan khanza erat.

Khanza menelisik seluruh penjuru bus yang sepi,hanya ada beberapa orang di dalamnya.

"Pake ini,biar kamu ngak perlu denger suara bising jalanan ibu kota" kenzoe memasangkan sebelah aerphon untuk khanza,dan sebelah nya lagi ia pasangkan di telinga nya.

Khanza hanya diam matanya fokus ke arah luar jendela hingga bus berhenti di lampu merah.
Entah dari mana seseorang dengan motor hitam berdiri tepat di samping bus,khanza menajamkan penglihatannya,dan tanpa sabar bibir khanza mengembang.

"Jangan di liatin terus zaa"

Khanza menoleh lalu tersenyum kikuk,bus kembali berjalan ketika lampu jalanan bewarna hijau,lelaki berhelm itu  pergi menjauh.

Hari ini taman kota begitu ramai di antaranya anak-anak yang sedang asik bermain bola dan juga seluncuran.

"Kamu duduk di sini abang beli es krim dulu,jangan kemana-mana ok?"

Khanza mengangguk, di depan mereka ada sekumpulan lelaki yang sedang sibuk dengan camera di tangan nya bahkan sesekali mereka tertawa terbahak.

Dalam diam khanza memerhatikan mereka seandainya ia normal mungkin dia juga akan berkumpul bersama teman-teman nya.

Merasa di perhatikan salah satu di antara mereka menatap balik khanza,dengan segera khanza membuang pandangannya.
Siapa sangka seorang laki-laki dengan postur tubuh tinggi berdiri menghampiri khanza yang duduk sendirian.

"Hay?" Sapanya ramah.

"Masih ingat gue kan?"

Khanza diam kening nya mengerut,lantas semenit kemudian ia mengangguk,tentu khanza mengenal lelaki itu,lelaki yang memberikan kursi nya untuk khanza duduki.

"Azka" azka mengulurkan tangannya,sebelah alisnya menukik "dan?? Nama lo?"

"K H A N Z A"

Azka tertegun,ternyata benar dugaannya,gadis ini memiliki keterbatasan fisik,namun dengan segera ia mengembangkan senyumannya,dan dengan mahit azka ikut memainkan jemarinya.

"Senang bisa berkenalan sama lo, sampai ketemu lagi" azka segera berdiri lalu kembali menuju ke arah teman-temannya

To be continue

Aceh27/03/20
R

evisi09/09/21

KHANZA ✔Where stories live. Discover now