06.Bertukar Cerita

4.9K 417 3
                                    

A/N setiap kata yang bercatak miring adalah bahasa isyarat.

Happy reading!!


Cuaca hari ini cukup mendung,langit dengan gradasi warna abu-abu menggelantung bak permen kapas,kata orang mendung belum tentu hujan,namun mereka kembali berkata sedia payung sebelum hujan,penuh persiapan demi menghindar dari bulir-bulir air yang hendak menyirami bumi.

Tapi mereka lupa jika hari yang cerah pun bisa tiba-tiba hujan, manusia pintar namun mereka tidak akan pernah bisa menebak kejadian yang akan terjadi esok.
Hidup di bumi selayaknya bermain drama musikal,sudah ada yang mengatur skenario-NYA. Tugas kita hanya bermain.

Khanza berdiri di etalase depan toko buku,ia baru saja membeli beberapa buku untuk adik panti juga beberapa cat yang di perlukan,khanza menatap ke arah langit yang mendung siap menumpahkan air dengan begitu deras,helaan nafas panjan khanza keluarkan,ia berjalan cepat menuju halte berharap bis segera datang sampai khanza tiba di halte terdekat dengan panti.

Senyum khanza mengembang ketika melihat bus bewarna biru tua itu melintas mendekat,seakan semesta tau keresahan khanza,ketika bus berhenti,khanza segera menaiki dan memilih kursi dekat jendela,kursi andalan khanza.

Bus kembali berjalan dan berhenti tepat di halte berikut nya,beberapa penumpang kembali menaiki,dan salah satunya duduk di dekat khanza.

"Hay" sapa lelaki itu dengan senyum andalannya.

"Sendirian?"tanya nya lagi.

Khanza hanya mengangguk,karena memang khanza sendirian,sebelum lelaki itu duduk beberapa menit yang lalu.

"Cowok yang kemaren?" Azka menggantungkan kalimat nya,menunggu jawaban yang akan khanza berikan.

"Bang kenzoe?"

"Abang lo?"

Khanza mengangguk lagi,lalu ia kembali fokus dengan jalanan sekitarannya.

Azka ikut diam,ketika khanza sudah tidak lagi menatap ke arah nya,karena terlanjur menyebur ya azka sekalian basah,ia kembali membuka suara yang mungkin akan sangat menjengkelkan untuk seseorang yang sering diam"Suka musik?"

Bukan tanpa alasan azka bertanya demikian,ia melihat telinga khanza yang tersumpal dengan aerphon putih.

"Lumayan"

"Apa aku berisik?" Azka memainkan jemarinya dengan wajah yang dibuat sesedihmungkin.

Barulah khanza tersenyum "lumayan?" Jawaban yang seperti sebuah pernyataan.

Azka terkekeh "gue terbiasa cerewet,sorry"

Khanza hanya tersenyum sambil mengangguk kecil.

"Halte berikut nya masih lama kan?" Kerandoman seorang azka keluar,membuat khanza mengerutkan kening nya.

"Ada banyak hal yang pengen gue obrolin bareng lo,akan sangat menyenangkan kalau halte nya berada sedikit jauh" azka tersenyum kecil di akhir kalimat nya.

"Apa yang mau kamu obrolin?"

"Hmmm,sebelum nya gue mau muji dulu,nama lo bagus banget"

"Iayakah? Khanza menatap azka tidak percaya "khanza,abang yang ngasih nama itu ke aku".

"Kenzoe khanza,kayak serupa tapi beda"

Khanza mengangguk "abang bilang aku terlalu istimewa untuk di buang,selagia dia mampu,maka dia akan mengusahakan segala cara untuk kebahagian ku,abang juga bilang,kalau malam itu aku ngak datang,mungkin abang nggak akan bertahan sampai sekuat sekarang" jelas khanza panjang ia terlihat sangat lihai dalam memainkan jemarinya.

KHANZA ✔Where stories live. Discover now