19:Pengakuan

3.2K 212 8
                                    

Happy reading

Di bawah langit biru itu Marrisa menitikkan air matanya,bukan lantaran cintanya yang bertepuk sebelah tangan,melainkan pengakuan seno yang membuat Marrisa menjadi menangis,ia kira di sini cuman dia yang paling tersakiti,merasa Azka terlalu jahat sudah membiarkan hatinya hancur berkeping-keping.

Namun ternyata Marrisa salah karena seperti kata pepatah di atas langit masih ada langit,di saat marrisa merasa dirinya patah hati,ada Seno yang paling patah hati melihat yang belum juga maju untuk berjuang sudah Marrisa patahkan terlebih dahulu.

Puas menangis seorang diri,Marrisa bangkit,hari sudah terlalu sore ia ingin segera pulang.

Di parkiran kampus,Marrisa menemukan Azka sedang mengobrol dengan dosen pembimbing,Marrisa memilih menunggu sebentar,ada yang ingin Marrisa tuntaskan,bukan ingin meminta balasan hanya agar hatinya menjadi lebih lega.

"Azkaa"panggilnya pada pria yang akan menaiki Vespa matic pink.

"Cha,ada apa?"

"Gue mau ngomong sesuatu sama Lo"

*•••••••*

Azka mengetuk-ngetuk meja bundar di depannya,menunggu apa yang akan Marrisa sampaikan,sudah hampir lima belas menit namun perempuan itu belum juga memulai,Azka bahkan sudah menghabiskan setengah dari kopi yang baru saja ia pesan.

"Lo mau ngomong apa Cha?"

Marrisa mendogak,ia memilin jemarinya ketika gugub lebih menguasai diri Marrisa "gue---"

Sekali lagi Marrisa menarik nafasnya,memilih menatap ke arah manik mata Azka "ka gue nggak minta jawaban Lo,karena gue tahu ini udah sangat terlambat"

"Sekalipun egga juga gue sadar kalau jawaban Lo tetap akan sama,Lo nggak perlu mikirin apapun setelah ini,gue cuman mau Lo tau aja atau justru Lo udah tahu"

"Kaaa" Marrisa menunduk "gue suka sama Lo,dari dulu sampai sekarang,gue tau saat ini Lo udah jadi milik Khanza,gue tahu Lo juga nggak pernah suka sama gue,gue tetap harus ngomong ke Lo biar gue lega,mungkin setelah hari ini gue akan lebih menjaga jarak dari Lo,gue akan berusaha ngelupain Lo"

"Karena gue sadar ketika gue sibuk ngejar Lo,ada seseorang yang juga sibuk ngejar gue di belakang,gue mau berusaha Nerima dia aja,ketimbang bertahan dengan perasaan yang membunuh gue secara perlahan"

Di depannya Azka menghela nafasnya lalu menarik sedikit sudut bibirnya "makasih udah mau jujur,dan maaf gue nggak bisa Nerima Lo,tapi Lo tetap Icha kok,temen gue"

Marrisa kini tersenyum lega "Lo nggak perlu minta maaf,ini bukan kesalahan"

"Siapapun orang itu,mungkin dia bisa jauh lebih baik dari gue,Lo nggak boleh sia-siain dia"

Marrisa mengangguk pasti "salam ya ke Khanza,gue duluan" Marrisa bangkit ia berjalan cepat keluar caffe,tepat di pintu depan perempuan itu berhenti i menarik nafasnya dalam-dalam lalu tersenyum "Lo bisa Cha Lo pasti bisa" katanya pada diri sendiri.

*•••••••*

Azka memarkirkan motornya di depan panti,sebenarnya hari ini Azka tidak berniat ingin ke sini,apa lagi Azka tahu hari ini Khanza sedang tidak di panti,perempuan itu sedang bertemu pak Januar untuk diskusi beberapa hal mengenai pameran lukisan tempo lalu.

"Loh bang,Lo kok disini terus Khanza sama siapa ketemu pak Januar?"ujar Azka,melihat kenzoe yang justru baru saja keluar dari dalam panti.

"Sama bunda Aan,gue kan tadi pagi lumayan sibuk di caffe"sahut kenzoe,memilih duduk di kursi sebelah Azka.

Kedua lelaki beda usia itu duduk dalam keheningan untuk beberapa saat,dengan fikiran yang menerawang jauh.

"Bang"

"Hmm"

"Lo udah dari kapan di sini,maksud gue tinggal disini ya"

Kenzo tidak langsung menjawab ia diam sebentar "sehari sebelum Khanza tiba di sini"jawabnya. Tatapan kenzoe menerawang jauh kemasa dimana dulu dan Khanza tumbuh bersama-sama.

"Orang tua gue meninggal kecelakaan maut,sebenarnya gue ada di sana nyaksiin gimana tragedi yang udah ngerenggut mama papa gue"kenzoe menampilkan senyum pedih nya "saat itu gue mikir kok tuhan tega sih ngebiarin gue sendirian di dunia ini? Ngelewatin masa-masa berat kenapa tuhan nggak biarin gue ikut pergi,gue marah,gue nggak mau tinggal di sini gue mau ikut papa mama gue,malam itu belum genap sehari gue di sini gue berontak mau kabur aja"

"Tapi ketika bunda Aan ngebiarin gue pergi,gue justru ketemu sama Khanza dalam bedong bewarna pink,dia kedinginan menggigil,hebatnya Khanza tetap anteng dia lebih ke kayak tidur lelap aja gitu,seolah dia terima semuanya dengan mudah,dan sejak itu gue janji sama diri gue sendiri kalau gue nggak akan bahagia sebelum Khanza bahagia"kenzoe menoleh ke arah Azka.

"Dia alasan kenapa gue bertahan sampai sekarang,tolong ya jaga Khanza"

Tidak berfikir lama Azka mengangguk cepat "gue nggak bisa janji bang tapi gue akan berusaha"

Kenzoe mengangguk "dulu panti asuhan ini nggak di sini,tempat Khanza di temuiin itu di panti asuhan lama,daerah Bogor,pas umur Khanza 5 tahun panti asuhan kita di gusur mau di jadiin perumahan,tapi yang beli tanah itu dengan baiknya ngeganti panti asuhan kita,beliau ngasih tanah beserta rumah ini untuk kita tempati"

"Berarti kalau pun ada yang mau cari anaknya mereka kehilangan jejak ya?"

Kenzoe kembali mengangguk "apa yang udah di buang nggak sebaiknya di pungut lagi,kita udah ikhlas sama semua yang terjadi,jadi yaudah ini kesempatan kita untuk bahagia tanpa mencari tahu kisah masa lalu"

"Soal orang tua Khanza?"

"Itu hak Khanza,tapi Abang nggak akan biarin mereka ambil Khanza kembali"

"Sekedar untuk tahu aja bang,nggak untuk pergi ninggalin panti"

"Kenapa Lo kekeuh banget soal itu? Lo punya rencana cariin mereka?"todong kenzoe.

Azka mengangkat bahunya "entahlah hidup kan misteri bisa aja kan mereka nyesel terus sekarang lagi cari-cari Khanza"

Kenzoe nggak menyahut ia memilih berdiri "ehmm ngomong-ngomong Kaka Lo apa kabar?"

Azka mendogak memicing matanya tajam "ngapain nanya-nanya kak saya?"

Lelaki yang lebih tua dari Azka itu tertawa ia berbalik badan sedikit menunduk "kalau gue bilang gue adalah orang yang pernah Kaka Lo cintai Lo percaya?"

"Jangan bilang Abang laki-laki yang sering ngasih permen ke kak sya? Laki-laki yang dengan bodoh nya memilih mundur ketika tahu kak sya anak siapa"Azka menatap kenzoe tak percaya.

Sementara kenzoe hanya tersenyum kecil menatap langit sore yang berubah warna "ada hal yang lebih baik di lepaskan,bukan karena nggak saling mencintai tapi karena semesta nggak merestui"

---to be continue---

Aceh28/07/20.

Revisi13/01/22

KHANZA ✔Where stories live. Discover now