10:Lengkapnya sebuah Keluarga

4.5K 355 0
                                    

Happy reading.

Acara kumpul-kumpul yang di namai embel-embel syukuran telah selesai,karena sudah terbiasa khanza ikut membantu membereskan beberapa piring kotor,bunda sudah melarang namun khanza kekeuh tetap ingin membantu.

"Butuh bantuan?"

Khanza menoleh,ia tersenyum pada lelaki berhoodie kuning itu dengan gelengan kecil.

"Nggak apa-apa biar gue bantu bilas,gini-gini gue tukang nyuci piring kalau di rumah" ujar seno lagi dengan nada mendumel.

"Gabung aja sama yang lain,nggak apa-apa kok"

Seno mengerjab beberapa kali,ia tidak mengerti dengan apa yang khanza gerakkan melalui bahasa tangan,sadar jika seno tidak paham,khanza menepuk jidat nya lalu terkekeh tanpa suara.

Untuk pertama kalinya seno dibuat takjub,bagaimana bisa orang tertawa bahkan tanpa suara namun bisa memikat orang di depannya.

"Cantik,manis,apa yang lo nggak punya khanza?"

Ucapan seno membuat khanza mengatupkan bibir nya,meninggalkan senyum tipis,khanza meraih hp nya lantaran notbook nya tertinggal di tas

"Aku kira cuman azka yang jago ngegombal,ternyata teman-temannya juga"

"Bukan ngegombal zaa,tapi fakta" seno selesai membilas piring yang sudah khanza sabunin tadi,ia mencuci kedua tangannya lalu kembali menatap khanza "pantes azka tergila-gila sama lo,kalau dia jahat sama lo,gue siap kok ngegantiin" lanjut nya dengan kedipan genit seno.

"HEH SIAPA YANG NYURUH LO GODA-GODA KHANZA??" Seru azka yang baru saja masuk dapur,wajah nya datar tidak terima seno yang mendekati khanza dengan alasan apapun.

Seno memutar bola matanya malas,"pawang lo datang,gue balik ya,males gue berurusan sama macan tutul kayak dia".

"GUE BISA DENGER"

"GUE NGGK PEDULI"

"TAI,PULANG SANAA" murka azka ingin melempari seno dengan gelas di tangannya, seno tidak peduli,ia berjalan santai ke ruang tengah.

"Lo nggak di apa-apaain sama buaya darat macam dia kan?"

Khanza menggeleng ia meraih tangannya azka,untuk pindah ke ruang tengah tempat di mana semua berkumpul,azka mesem-mesem sendiri ketika menyadari tangannya yang tidak juga di lepaskan.

"Oh iyaaa,bentar lagi ayah pulang,jangan pada pulang dulu yaa" ujar bunda dewi. Mereka semua mengangguk patuh.

"Bun kak sya mana?" Tanya azka tiba-tiba,ketika tidak mendapati alisya di ruang keluarga,selesai makan tadi alisya seperti buru-buru belum sempat azka bertanya perempuan cantik itu sudah menghilang.

"Ada di kamar,mungkin lagi meeting,dia pulang ke sini bukan berarti lepas tanggung jawab gitu aja" ujar bunda dewi pelam.

Azka mengangguk mengerti,matanya kini menatap arief dan raka yang sedang asik bermain game sambil selonjoran. "Lo berdua" tunjuk azka "kapan mau pulang? Rumah gue bukan tempat wifi gratisan".

"Lo nggak denger? Bunda barusan ngelarang kita pulang" sahut arief santai,"jadii terserah kita kapan mau pulang,ya nggak no" lanjut arief sembari menyenggol bahu seno.

"Udah lah Ka,terima nasib aja kalau punya teman yang sebelas dua belas sama parasit" timpal alisya yang sedang meneuruni tangga.

"Kita bukan parasit ya kak" dumel seno.

"Lagian ya kak kalau bisa dapat yang gratis kenapa mesti pake yang berbayar,ya nggak rief" alis raka terangkat satu memimta persetujuan arief.

"GRATIS DI ELO,BERBAYAR DI GUE" teriak azka dengan nada jengkel.

Ketiga nya mana peduli,mereka justru membalas dengan cengirangan.

"Oh iya bun,marrisa udah pulang?" Alisya kini duduk di dekat bunda rima.

"Udah"

"Hnmm, za" panggil alisya.

Khanza yang mrasa di panggil menoleh.

"Kapan-kapan kalau kaka ada waktu,ke tempat kamu ya,kebetulan kaka punya banyak barang koleksi yang udah nggak kepeka,kayak buku,alat tulis,alat gambar,di sana ada yang suka gambar?"

"Aku suka gambar kak,senang aja kalau bisa mengaplikasiin sebuah imajinasi ke dalam bentuk lukisan,kayak sedikit beban bisa terangkat" tulis khanza di nootbook.

"Wahhhh,jago ngelukis?? Pokoknya kalau kaka ke tempat kamu,kamu kudu harus nunjukin ke kaka lukisan-lukisan kamu"

Alisya berseru senang,ia memang bisa menggambar tapi untuk membuat sebuah lukisan alisya belum pernah mencoba,alisya hanya tertarik menggambar sebuah gaun lalu di jadikan nyata oleh nya.

Kedua perempuan itu asik bercerita tentang kegemaraan khanza yang suka ngelukis,di tempatnya azka lagi-lagi di buat kagum,semua bisa khanza capai meski dia tanpa suara,azka juga baru tahu jika lukisan khanza pernah beberapa kali di pajang pada pagelaran seni lukis.

"Apa yang nggak khanza bisa lakuiin?" Ujar seno pelan ia menyikut bahu azka yang masih menatap lekat wajah khanza.

"Kayak nya nggak ada,dia sempurna dengan kekurangan" azka menyaut masih dengan senyum di bibir nya.

"Kita tukeran posisi bisa? Gue pengen milikin perempuan kayak khanza"

Perkataan seno membuat azka sukses melotot "nggak usah ngada-ngada,lo bisa nemuiin orang yang lebih dari khanza,jangan pernah berfikir untuk menukar posisi,karna lo belum tahu seberapa banyak orang yang pengen berada di posisi lo".

Seno kicep,niat hati hanya bercanda tapi malah di sambut serius "iya iyaa maaf,gue becanda doang"

"Assalamualaikum"

Semunya menoleh,lantas senyum bunda rima mengembang,perempuan paruh baya itu segera berdiri,menyambut uluran tangan suaminya.

"Wahh kayak nya ayah ketinggalan banyak cerita"

"Makanya jangan keseringan jadi bang toyib" sahut azka.

Ayah berdecak lantas menatap sengit putra bungsunya "mentang-mentang punya pacar kamu bebas gitu sombong sama ayah?"

"Yeeee,aku cuman ngomong kenyataaan"

"Udah udaaah,malu di liat khanza" bunda dewi menengahi pertengkaran kecil mereka,jika tidak bisa panjang ceritanya.

Malam itu khanza di buat merasakan indahnya sebuah keluarga yang utuh,mereka orang-orang baik yang memperlakukan khanza dengan begitu baik pula,khanza ingin sekali menangis ketika pelukan bunda dewi terasa begitu hangat.

Saat itu khanza kembali bertanya-tanya apa pelukan ibunya juga sehangat pelukan bunda rima?.

"Kapan-kapan main lagi ya nak" bunda dewi memeluk khanza sambil mencium kedua pipi khanza.

Khanza membalasnya dengan senyuman hangat.

Malam ini,khanza nggak akan pernah melupakannya,Semua tawa yang tercipata,cerita yang mereka lontarkan,dan ucapan terimakasih,khanza sungguh bahagia bertemu dengan mereka.

Seakan apa yang khanza cari selama ini ia temui,mengisi ruang kosong yang membuat khanza sering terbebani,kini semuanya telah lengkap,khanza tidak pernah tahu ujungnya.

Tapi jika semesta mengizinkan semoga kelengkapan ini tidak akan pernah  sirna.

"Tuhan khanza ingin selalu bersama mereka,terima kasih telah menghadirkan orang-orang ini di kehidupan khanza"

To be continue.

Aceh17/04/20
R

evisi05/10/21

KHANZA ✔Where stories live. Discover now