24.Tahap melupakan

2.6K 193 3
                                    

Happy reading!

*****

J

atuh cinta pada seorang Azka Abgail rahadi tidak pernah ada dalam list kehidupan Marissa,karena bagi perempuan itu membalas semua kebaikan orang tua angkat nya adalah hal paling utama.

Dulu ketika umur nya dua tahun Marrisa di bawa pulang ke rumah,dimana ia mengubah namanya, juga memiliki kedua orang tua lengkap,Marrisa menyebutnya keberuntungan.

Di umur 15 tahun Marrisa di kenalkan pada sosok Azka,lelaki yang lebih tua dua tahun darinya,anak dari atasan ayah angkat Marrisa,keduanya berteman baik meski Azka terbilang sedikit menjaga jarak,namun di saat-saat tertentu Azka menjadi orang yang sangat baik.

Awalnya semua berjalan sebagaimana mestinya,lalu perlahan perhatian yang Azka beri seolah menjadi titik awal dimana rasa sayang itu tumbuh dalam diri seorang Marrisa.

Perawakan Azka yang tinggi,sikap baiknya pada semua orang,juga perangai Azka yang rendah hati membuat rasa itu semakin menjadi-jadi,Marrisa kira suatu saat mungkin Azka akan sadar tentang kehadiran dirinya,atau mungkin keadaan akan membuat mereka bisa bersama,dengan cara di jodohkan.

Marrisa ingin tertawa ketika mengingat kekonyolan itu,nyatanya semua hanya ada dalam novel,buktinya kini Azka menemukan  dambatan hatinya,dan ia masih terjebak dalam sebuah rasa yang eggan untuk segera pergi.

Ketika angin malam menerpa permukaan kulit wajahnya,Marrisa kembali pada masa sekarang,dimana ia sedang duduk di bangku belakang motor Seno,lelaki yang tempo lalu pernah mengatakan satu yang sulit Marrisa artikan.

"Masih sedih?"

Marrisa tidak menjawab,perempuan itu menyapu ujung matanya yang lembab.

"No"

"Hmmm" jalan yang sepi membuat keduanya bisa dengan mudah mendengar meski sesekali kendaraan lewat juga cukup memekakkan telinga.

"Kalau Lo jadi gue,apa yang bakal Lo lakuiin?"

Cukup lama Seno terdiam hingga kini motornya menepi di sebuah taman bermain,"kita duduk di sana nggak enak ngobrol di jalan,bising"

Marrisa setuju,keduanya berjalan lalu duduk di ayunan kayu.

"Sedikit banyak mungkin gue paham apa yang Lo rasaiin,toh gue juga lagi menikmati  hal yang sama kayak Lo"Seno menoleh, pipi Marrisa sembab,Seno tau itu.

"Tapi gue sadar,memaksakan sesuatu itu nggak akan berbuah baik,sama kayak Lo yang maksa pakai sepatu sempit,padahal Lo tau ujung nya kaki Lo bakal jadi korban luka"Seno menghela nafasnya,lalu terkekeh.

"Kita ini dua orang yang lagi di bodohi sama kata cinta Cha"

Mendengar itu Marrisa ikut menoleh,menunggu maksud dari ucapan Seno "kenapa Lo ngomong gitu."

Lelaki itu mengendik bahu nya "orang yang lagi jatuh cinta itu nggak bisa mikir mana yang bener mana yang salah,ketika kita bisa dengan mudah jatuh cinta,kenapa melupakan butuh waktu?bukannya jatuh sama melupakan adalah dua hal yang sama?"

"Beda no,kita bisa jatuh cinta pada pandangan pertama tapi kita nggak bisa melupakan pada titik pertama ketika kita sadar kalau orang yang kita cintai nggak di takdirkan untuk kita"sanggah Marrisa. Matanya nyalang menatap tanah tempat ia berpijak saat ini.

"Lo tau Cha,hati itu benda lunak dia mudah bergetar abnormal ketika Lo jatuh cinta,hati itu sepenuhnya milik Lo,elo yang berhak menentukan ke siapa Lo jatuhin pilihan,dan setiap lon jatuh cinta Lo harus siap dengan konsekuensinya,salah satunya ya patah hati,seharusnya kalau Lo mudah jatuh cinta Lo juga harus bisa dengan mudah melupakan"

Kini Marrisa sepenuhnya menatap Seno,ia meraih kedua tangan seno,senyumnya merekah "makasih ya"

Marrisa mengambil banyak nafas,lalu menghela"maaf kalau gue pernah bersikap salah ke Lo,maaf kalau gue pernah nyakitin Lo secara nggak langsung mungkin,gue sadar sekarang,ketika gue ngejar dan terjatuh sendirian,ada orang yang suka rela mengejar gue balik,nolongin gue dari rasa sakit"

Seno menelan ludah nya,lalu ia kembali terkekeh "Lo nggak niat bikin gue baper tengah malam kan?"

Marrisa ikut tertawa "nggak kebalik? Harusnya gue yang ngomong gitu"

"Yaakan Lo yang mulai megang-megang tangan gue"Seno mulai protes.

Lalu keduanya tertawa bersamaan,Marrisa menunduk ia mulai mengayunkan ayunan pelan.

"Noo"

"Hmmm"

"Ucapan Lo di rooftop kampus itu--"

"Lo nggak perlu pikirin, yang terpenting Lo sembuh dulu,mulai besok lo harus bisa bersikap dewasa lupaiin apa yang mesti Lo lupaiin, nggak seharusnya Lo lama-lama di lingkaran suram yang Lo ciptaiin sendiri"

"Tapi gue---" ucapan Marrisa terhenti,Seno lebih dulu membekap mulut Marrisa dengan bibir nya.

"No ciuman pertama guee" wajah Marrisa cemberut,menyapu bibirnya yang sudah Seno perawanin,meski hanya tempelan semata.

"Sorry,Lo terlalu cerewet" Seno membalas dengan di Seringai menyebalkan.

Marrisa memutuskan kontak mata,ia kembali mengayunkan ayunannya "makasih untuk malam ini".

*•••••*

Motor sport dengan merek ducati bewarna hitam itu berhenti di depan pagar rumah milik Marrisa,dari balik helm full face itu,Seno menipiskan senyumnya ketika sadar bahwa perempuan yang sedang ia bonceng justru tertidur pulas di bahunya.

"Chaa"

"Hey chaaa"Seno mengusap-ngusap pelan lutut Marrisa.

"Euughhhh" Marrisa melenguh ia menyesuaikan penglihatannya dengan lampu jalanan. "Kita udah sampai?"

Seno hanya mengangguk "empuk banget ya punggung gue,bisa bikin Lo nyaman gitu"

Bukannya turun,Marrisa semakin mengeratkan pelukannya dengan mata yang masih terpejam "biarin gini dulu bentar ya no,gue nemuiin hal yang bikin gue nyaman setelah pelukan mama"

"Ini terakhir kalinya gue liat Lo murung ya, besok lo udah harus senyum lagi"dengan susah payah Seno memutar tubuh nya berusaha mengusap pelan rambut Marrisa.

"Jam berapa sekarang?"

"10 lewat 15"sahut Seno dengan mata yang melirik ke arah jam tangannya. "Mending Lo masuk Cha,nggak enak gue sama nyokap bokap Lo sampe pulang larut gini"

Gadis itu menurut,ia loncat turun "makasih untuk semua nya no"senyum tulus Marrisa berikan dengan ujung mata yang lagi-lagi berair.

"Jangan nangis,gue paling males bagian hapus-hapus air mata cewe"

Marrisa mendengus,lalu tertawa kecil "Lo ngelawak?"

"Egga,gue lagi cosplay jadi Sule"balas Seno ngaur,menciptakan suasana kembali normal,namun meski begitu Seno tetap menghapus jejak air mata Marrisa. "Chaa mending Lo masuk,gue nggak bisa prediksi apa yang terjadi kalau Lo masih di sini dengan bibir yang terbuka gitu"

Kedua mata Marrisa membola"SENO SETAN,TERNYATA FIKIRAN LO JOROK YA" Marrisa berteriak kesal,ia menutup bibir nya dengan tangan lalu berlari kecil masuk ke dalam.

Menyisakan Seno dengan tawa kecil,ia sedikit melambai ke arah kamar Marrisa meski tanpa Marrisa di sana "bahagia selalu Cha" ujar nya pada angin malam dan lampu jalanan yang temaram.

To be continue

Aceh21/07/20.

Revisi02-03-22

KHANZA ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang