33.Papa??

4.4K 247 10
                                    

****

Happy reading!!!

Kepada setiap insan yang memiliki kesempatan bernafas,mereka pasti memiliki masa lalu entah itu buruk atau justru sebaliknya,yang namun setiap masa lalu bukan untuk di lupakan melainkan untuk di jadikan pelajaran,agar tidak ada lagi kesalahan-kesalahan yang akan berujung pada titik terendah penyesalan.

Dalam cerita hidup Khanza,ia pasrah mengikuti jalan takdir hidupnya,ia menerima semua yang sudah terjadi menjadi manusia yang memiliki keterbatasan,ditinggal sejak dini,lalu di paksa beradaptasi oleh keadaan yang tidak sesuai dengan ekspektasi,semua sudah Khanza terima.

Namun ternyata Tuhan belum mau Khanza lepas tangan tentang apa yang pernah terjadi di masa lalu,Khanza di bawa pada satu titik dimana kini meluncur cerita singkat dari bibir kenzoe,tanpa bantahan Khanza hanya mengangguk ia tidak berkata apapun meski hati kecilnya berteriak tidak terima,kenapa baru sekarang ketika Khanza sudah melupakan semuanya bahkan untuk sosok yang sangat anak perempuan lain banggakan.

"Abang nggak maksa apapun keputusan kamu zaa,ini hidup kamu semua keputusan ada di kamu"tutup kenzoe,dengan helaan nafas panjang,lelaki itu bangkit dan duduk di sofa.

Tidak lama pintu ruang inap Khanza kembali di buka menampilkan Azka beserta tiga temannya,datang dengan sebuah parsel buah-buahan di tangan seno.

"Assalamualaikum bidadarinya Azka udah lebih baik kan?" Seno memamerken senyum Pepsodent nya.

"Apaan sih lebai banget Lo jadi manusia"sarkas Raka ia merebut parsel itu dari tangan seno lalu menaruhnya di atas nakas "cepat sembuh ya zaa"

Khanza tersenyum lalu mengangguk kecil,matanya beralih pada Azka.

"Ada apa?" Lelaki itu bertanya meski Khanza hanya menatapnya namun ia tahu jika ada yang ingin Khanza tanyakan.

"Engga ada"

Azka mendekat ia duduk di kursi dekat dengan ranjang Khanza "kamu butuh sesuatu?",

"Aku---"

Isyarat Khanza terputus ketika pintu kembali terbuka,menampilkan sosok yang belum siap Khanza temui,tidak setelah kenzoe mengatakan semuanya.

"Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam Tante,om duduk dulu"kenzoe bersuara ia bangkit memberikan ruang lebih untuk dua orang itu,om zikry dan Tante Samira.

"Gimana kabar kamu kenzoe?baik-baik aja kan?" Sapa Tante Samira ramah.

"Baik Tante"

"Nak Khanza? Gimana keadaannya masih ada yang sakit?" Tante Samira kembali bertanya.

Khanza menggeleng,lalu ia berusaha untuk menghadap ke arah kiri dimana hanya ada dinding yang kosong,Khanza bahkan menarik selimut nya hingga leher,pergerakan Khanza jelas membuat mereka semua diam.

"Zaa"

Khanza menepis tangan Azka "tinggalin aku sendiri" tulis Khanza pada ponsel nya,perempuan itu bahkan tidak menoleh sedikitpun pada om zikry.

Mendapat tulisan itu dari Khanza,Azka menyerah ia menatap iba pada sosok om zikry yang memandang sendu ke arah Khanza,namun om zikry tidak ingin menyerah,lelaki dengan rambut yang sebagian sudah berubah itu melangkah, berdiri di dekat Azka.

"Om"

Om zikry tersenyum "nggak apa-apa biar saya yang ngomong langsung ke Khanza"

Azka mengangguk mengerti,ia bangkit dari kursi itu lalu duduk di samping Tante Samira menatap ayah dan anak itu dari jarak yang tidak begitu jauh,di sudut ruangan ada kenzoe yang menunduk,yang kenzoe takutkan terjadi Khanza nggak bisa dengan mudah menerima orang-orang baru di kehidupannya.

"Khanza"panggul om zikry begitu pelan,tangannya terangkat mengusap Surai hitam Khanza, "maaf,untuk semua yang terjadi di hidup kamu,saya minta maaf"

"Saya nggak berharap kamu menerima saya,karena saya tahu kesalahan saya tidak bisa di maafkan"

Lelaki tua itu menunduk"kamu adalah anak yang saya tunggu bertahun-tahun,demi apapun saya sangat bahagia ketika kehadiran kamu terendus oleh saya dan ibu kamu"

Di balik itu Khanza menutup matanya,ia merasa pernah mendengar itu dari seorang ibu-ibu yang Khanza jumpai di mimpinya.

"Bahkan saya sudah menyiapkan nama spesial baik itu perempuan atau laki-laki,meski saya berharap saat itu kamu perempuan,doa dan harapan saya terkabul,kamu perempuan tuhan amat baik untuk mengabulkan semua doa-doa saya,sampai saya lupa apapun bisa saja terjadi"

"Lalu ketika kamu lahir tanpa suara,ketika kamu lahir berbeda dari bayi-bayi yang lain,saya terkejut saya kecewa dengan kenyataan yang saya terima saat itu,saya merasa Tuhan nggak adil setelah saya di lambung kan hingga tinggi,saya dijatuhkan dengan kekecewaan" om zikry menghapus bulir-bulir yang jatuh.

"Saya bodoh saat itu,saya akui itu,saya terima jika kamu nggak akan menerima saya sebagai ayah kamu,tapi satu yang kamu harus tau nak,saya pernah mencari kamu,namun saya telat kamu pergi seolah memang kita nggak di takdirkan bertemu lebih dulu"

Khanza mendengar semuanya,dengan derai air mata yang terus membasahi bantal,ia terisak dengan bahu yang bergetar,bahkan air mata nya terus mengalir ketika khanza merasakan jika keningnya di cium oleh lelaki yang seharusnya menjadi cinta pertama bagi seluruh anak perempuan.

"Saya pamit ya,nanti saya akan datang ketika kamu mau menerima maaf dari ayah mu ini,cepat sembuh anak ayah"

Om zikry bangkit,ia mengulurkan tangannya pada Tante Samira yang tengah menatapnya dengan raut wajah sedih "nggak apa-apa besok kita kesini lagi"itu bisikan dari Tante Samira.

"Kenzoe"

"Iya pak"

"Jaga Khanza ya,ayah titip dia sama kamu,besok ayah kesini lagi"

Kenzoe mengangguk,ia mencium tangan Om zikry sebelum om zikry keluar dari ruangan.
Untuk bermenit-menit kemudian semuanya masih senyap,bahkan Seno yang baru tahu jika Marrisa dan Khanza ternyata saudara tidak berkomentar apapun.

"Zaaa"

Dan Khanza masih bungkam,ia bertahan dengan posisinya menghindari tatapan semua orang.

"Jangan gini,kamu harus dengerin semua cerita om zikry zaa,abang tahu om zikry salah tapi bukannya kamu bilang kalau kamu nggak membenci dia?"ungkap kenzoe dengan nada pelan.

"Nggak membenci bukan berita aku dengan mudah menerima,setelah aku di biarkan sendirian bertanya-tanya dalam keheningan dia dengan mudah datang hanya dengan kata maaf"

"Aku memaafkan tapi untuk menerima aku butuh waktu" Khanza memberikan catatan itu pada kenzoe lalu ia kembali pada posisi semula.

*••••*

Hujan mengguyur kota,dalam balutan baju khas rumah sakit Khanza termenung menatap hujan dari balik jendela,meski dengan jarak yang terbilang tidak dekat,hawa sejuk dengan aroma petrichor menguap ke Indra penciuman Khanza meski ruang rawat Khanza berada di lantai 7.

Ia terus bertanya-tanya pada dirinya apa yang ia lakukan barusan sudah benar kah? Atau khanza hanya mengikuti insting hatinya yang sedang di kuasai oleh sisi keegoisan.

"Zaaa,makan dulu"

Suara Azka terdengar masuk ke telinga Khanza,perempuan itu menoleh mendapati Azka yang datang dengan nampan berisi bubur rumah sakit.

"Kenapa?"

Khanza menggeleng,ia berusaha untuk duduk dengan di bantu Azka,kakinya masih susah untuk di gerakkan,kata dokter ia baru bisa melakukan terapi ketika tubuhnya sudah di rasa baik-baik saja.

"Beneran nggak ada apa-apa?" Azka kembali bertanya,tatapannya lembut meski ia cukup kecewa dengan perbuatan Khanza barusan,namun kembali lagi Azka tidak bisa berbuat banyak karena sebelum kejadian ini perempuan itu sudah dengan begitu hebat menjalani hari-harinya yang tidak mudah.

"Aku salah ya? Apa yang aku lakukan udah benar?"

Azka tersenyum "tanyakan hati kamu,semua jawaban nya ada di sana"

To be continue

Aceh23/08/20.

Revisi22/03/22

KHANZA ✔Where stories live. Discover now