Bagian Empat: Hinata Ritsu

60 18 14
                                    

"Kupikir kau akan menanyakan jawaban ujian seperti yang lainnya."

Di depan ruang klub, Sachi menatap Allen yang dengan sengaja menghampirinya.

"Yang kuperlukan darimu hanyalah buku catatan," ucap teman sekelas sekaligus sepupunya itu dengan nada datar.

Sachi masuk ke ruang klub untuk mengambil buku catatan sembari melirik Natsuki yang tampak asik bercerita dengan Mister Misteri.

Gadis itu memiliki rambut pendek di atas bahu berwarna hitam pekat yang sangat sesuai dengan bentuk wajahnya. Sikapnya lembut pada siapa pun. Dia menjadi sahabat bagi wanita dan menjadi adik maupun kakak bagi pria tanpa meninggalkan kesan genit.

Sayangnya, untuk orang yang tidak mengerti kemampuan gadis itu, mereka akan menganggapnya kurang waras karena begitu antusias saat berbicara dengan kucing. Antusias yang melebihi pecinta kucing di luaran sana.

"Kau sungguh berteman dengan mereka." Allen menyipitkan mata. Pemuda itu menerima buku yang diberikan Sachi.

"Aku selalu bersama orang-orang ini, ke mana saja kau selama ini?"

"Kupikir kau berpura-pura seperti sebelumnya." Pemuda itu berlalu.

Sachi membalikkan badan dan langsung berhadapan dengan Natsuki. Dia sedikit terkejut, terlebih Mister Misteri berada dalam gendongan gadis itu persis menghadapnya.

"Meow meow."

"Mister Misteri berkata kau tidak perlu setakut itu padanya. Dia tidak akan menyakiti orang yang tidak menyakitiku," terjemah Natsuki.

Sachi tersenyum kecil. "Padahal kupikir binatang pada umumnya tidak benar-benar memiliki akal. Mereka hanya bertindak berdasarkan naluri. Bagaimana kau bisa mengerti binatang itu sebegitu detailnya seakan dia adalah manusia?"

"Kau bisa jelaskan bagaimana kau bisa melihat masa depan?"

Sachi memiringkan kepala dan terkekeh. "Benar juga, ya. Kita adalah orang-orang yang tidak bisa dijelaskan secara logika."

"Aku sedikit lapar," kata Natsuki. "Apa kau mau menemaniku melihat apakah ada kantin yang masih buka?"

"Kenapa tidak sekalian berjalan pulang? Rachel dan Miwa sedang pergi. Jika Yuki dan Kai sudah datang pun mereka tidak akan banyak berbicara."

"Kita ke kedai ramen saja kalau begitu." Natsuki mengangguk. "Tapi meski kita berkumpul pun kita juga tidak terlalu banyak bicara."

Kedua gadis itu mengambil tas dari ruang klub sebelum mengunci pintu.
Sebenarnya, tanpa dikunci pun tidak ada orang yang cukup berani untuk mengacaukan ruang klub mereka.

Alasan paling utama adalah karena rumor ruang klub berhantu.

Ketika klub sastra baru saja dibangun kembali oleh mereka, masih ada beberapa orang yang tidak mengetahuinya dan menganggap ruangan klub itu masih akan terus kosong. Dua pecandu rokok menjadikannya sebagai markas.

Kai mengetahui hal itu dan dia meminta teman-nya untuk mengganggu dua pecandu itu hingga keduanya berhenti merokok. Bahkan mereka seakan menjadi siswa yang baru disucikan. Keduanya lulus sebagai orang baik.

Alasan yang lain adalah Sachi yang terkadang usil menganggu keberuntungan orang lain.

Meski sulit dipercaya, pada hari biasa, mereka yang mengikuti perkataan Sachi akan mendapatkan hasil yang buruk. Padahal jika mereka fokus pada apa yang mereka yakini, mereka mungkin akan mendapatkan keberuntungan.

Dengan banyaknya kejadian serupa, selain menjadi dewi keberuntungan saat akan ujian, gadis itu hanyalah dewi pembawa sial. Akan tetapi, selama kau meminta gadis itu meramalmu dengan imbalan uang, gadis itu akan melakukan tugasnya dengan sungguh-sungguh.

ENDING [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang