Bagian Dua: Omemoto Yui

45 11 21
                                    

Dengan kecepatan super sonic, klub teater menyelesaikan properti dan kostum mereka dalam empat hari sebelum ujian sekolah dimulai. Saat hari minggu mereka menghela napas sejenak, keesokan harinya masa krisis sekolah dimulai.

Sekolah menekankan agar mereka tetap fokus mengerjakan apa yang harus mereka kerjakan dan menyerahkan penyelidikan kepada polisi dan detektif yang telah disewa. Meskipun di permukaan mereka tampak acuh tak acuh, di dalam pikiran mereka terdapat badai berkecamuk.

Siapa korban selanjutnya?

Mereka terus menanyakan hal itu pada diri mereka sendiri.

Ruangan ujian berbeda dari ruang kelas. Kai dan Miwa satu ruangan, Rachaela dan Natsuki masing-masing sendiri, dan Sachi bersama Yuki. Mereka akan terpisah sampai jam ujian selesai dan akan berkumpul di ruang klub setelahnya.

Mengenai Nagisa Hanatsuki yang datang tempo hari ... pemuda itu belum muncul lagi setelahya.

"Sachi-sensei, apa kau tidak menjual lebih banyak jawaban?" Pemuda di depan Sachi bertanya selagi jam istirahat berlangsung. Dia bernama Yoshikawa Hamura.

"Bisa gawat jika kau juara satu karena ramalanku," jawab Sachi.

Hamura tertawa lepas. "Aku akan curang, tetapi tidak sampai juara satu. Itu keterlaluan."

"Sssh ..., Yoshikawa." Gadis di sampingnya melempar tatapan memperingatkan. "Jika kau tidak menjaga omonganmu, kau bisa dihantui Yoshimura-san."

"Aku tidak memercayai hal semacam itu." Hamura berdecak. Pemuda itu kembali beralih pada Sachi. "Sachi-sensei, apa kau bisa meramal siapa korban selanjutnya?"

Gadis di sampingnya menendang kursinya. "Kau tidak percaya hantu, tetapi percaya ramalan!"

Sachi menghela napas dalam hati. Kenapa gadis itu tak katakan saja bahwa dia cemburu jika Homura berbicara dengan gadis lain? Apa karena status mereka hanyalah teman? Gadis yang malang.

"Sachi-san, kau tidak boleh memalangkan gadis lain." Yuki datang dengan dua kotak jus anggur.

Sachi menusuk tutupnya dengan sedotan. "Kau sebelumnya tidak melihat mataku, kenapa kau bisa tahu apa yang kupikirkan? Jika kau mengambil peranku sebagai peramal, aku tidak akan memiliki peran lain."

"Aku menghafal setiap kebiasaanmu." Yuki tersenyum manis.

"Sachi-sensei." Panggilan penuh penekanan Hamura mengembalikan perhatian Sachi "Jika kau tidak bisa meramal korban selanjutnya ..., lalu bisakah kau meramal siapa pembunuh Yoshimura-san?"

Sachi diam selama beberapa saat, menggigit sedotan.

"Kau selalu bisa meramal banyak hal. Keberuntungan, cinta, pertemanan, dan kau bahkan bisa meramal jawaban ujian, sesuatu yang diinginkan semua orang. Kau pasti bisa meramal pelakunya, 'kan?" Hamura mengecilkan suara. "Kau beritahu aku dan aku tidak akan mengatakannya pada siapa pun. Atau hanya katakan apa kau mengetahuinya."

Sachi baru akan membuka mulut saat pengawas ujian selanjutnya memasuki kelas.

Hamura menghela napas kesal dan membalikkan badan sementara Sachi diam memperhatikan punggung pemuda itu.

"Kenapa kau sangat penasaran?" tanya Sachi pelan.

Pemuda itu tidak mendengarnya.

.

.

"Yousei-san."

Sachi menghentikan langkah saat baru akan berjalan menaiki tangga menuju ruang klub.

ENDING [✔]Where stories live. Discover now