Bagian Tiga: Terjatuh

40 11 19
                                    

Rachaela menatap permukaan danau yang tenang, milik taman yang mereka berdua datangi. Natsuki yang berdiri di sampingnya sibuk berfoto bersama Mister Misteri. Keduanya tidak berbicara, hanya menikmati ketenangan yang ada.

Beberapa pengunjung taman tampak melirik mereka. Mungkin karena seragam SMA Hikaru. SMA yang menjadi terkenal dalam waktu singkat karena kasus pembunuhan. Setelah beberapa menit dan merasa tidak nyaman dengan tatapan orang-orang, keduanya berjalan pergi.

"Rachel, apa kau kesal?" Natsuki menyimpan ponselnya yang kehabisan daya.

"Sedikit. Mungkin."

"Jawaban tidak jelas macam apa itu?"

"Aku hanya ... tidak tahu apa yang harus dilakukan saat bertemu dengan Sachi besok."

"Tentang itu, ya." Natsuki memeluk Mister Misteri lebih erat. Kucing itu mengeong protes dan melompat turun dari tangan Natsuki. Gadis itu tersenyum canggung. "Maaf, Mister Misteri."

"Wajah seperti apa yang harus kutunjukkan pada Sachi besok?"

"Bisakah kita seperti biasa saja? Dan, kau tidak menambahkan –chan lagi?"

Sejak kecil, Rachaela sudah terbiasa menjadi tomboi, menyukai hal-hal yang laki-laki sukai. Dia kasar dan sembrono. Namun, sejak bertemu Natsuki, dia mulai berpikir untuk berubah sedikit. Hanya sedikit. Sebagai contoh, menambahkan honorifik –chan pada teman perempuan.

"Berbicara seperti itu terlalu imut untukku." Gadis itu bergumam.

"Rachel, kau kecewa? Karena Sachi-chan menyembunyikannya dari kita?"

"Dia memang tidak banyak bicara kecuali pada pelanggan, sih."

"Kita juga tidak bertanya lebih banyak." Natsuki tersenyum. "Kita sama-sama berpiki kalau kepribadian Sachi-chan memang seperti itu. Kita berpikir untuk tidak mengganggunya. Berpikir itu adalah hal yang tepat."

"Kupikir Kai dan Yuki sudah tahu lebih awal, tapi mereka tidak mengatakan apa-apa."

"Mungkin ... lebih baik kita tidak tahu."

"Mungkin."

"Rachel, mau main ke toko hewan keluargaku? Kita bisa mengobrol lebih lama."

"Ide yang bagus."

.

.

"Kuroki-sensei, apa jika seseorang itu merasakan rasa sakit, maka dia bebas melakukan apa pun?"

"Aku seperti pernah mendengar pertanyaan yang sama dari seseorang."

"Dari Yousei-san."

"Kau memang tahu segalanya, ya."

Yuki menggembungkan pipi dengan cemberut, menonton televisi di hadapannya. Dia tidak tahu mengapa Sachi menyukai acara "Kehidupan Binatang Peliharaan", tetapi karena gadis itu menontonnya, dia juga harus menonton. Dia harus memahami semua yang Sachi bicarakan.

Kuroki, pemilik rumah yang pemuda itu tempati saat ini, duduk di sampingnya merapikan bulu kucing peliharaan.

Setelah acara itu selesai dan lagu latar dimainkan, Yuki bertanya, "Apa kau percaya bahwa aku bisa melihat segalanya?"

"Cukup percaya."

"Kenapa? Bisa saja aku menebak dengan asal dan kebetulan benar."

"Jika kau hanya asal menebak, kau tidak akan memiliki tatapan yang berat sepanjang hari. Itu membebanimu, bukan?"

"Dulu aku senang karena dapat menebak hadiah yang ayah dan ibu siapkan, tapi setelah ibu sakit, aku tidak bisa memalingkan wajah dari ayah setiap kami bertemu, mengetahui keparahan kondisi ibu. Semua kata "baik-baik saja" yang ayah katakan adalah kebohongan. Betapa aku berharap tidak mengetahuinya."

ENDING [✔]Where stories live. Discover now