Bagian Dua: Terjatuh

33 12 17
                                    

Seakan kejadian kemarin tidak pernah terjadi, hubungan Arisa dan Rachaela tidak berubah. Saat mereka berpapasan di sekolah, tidak ada yang berinisiatif melirik satu sama lain.

"Aku tidak bermaksud mengatakan ini, tapi apakah wisata sekolah akan dibatalkan?"

Rachaela memukul punggung Miwa dengan buku yang sudah dia gulung. "Kau sangat tidak punya hati, ya!"

"Bukannya begitu. Hanya saja, aku sangat ingin menikmati keindahan pantai bersama kalian. Bersenang-senang."

Natsuki memutar pandangan pada kelas yang berisi, tetapi sepi. Padahal guru pelajaran selanjutnya belum datang. "Kupikir setelah kita lulus, semua murid akan berhati baja."

"Aku malah curiga kalau tidak akan ada pendaftar saat tahun ajaran baru." Yuki melirik Sachi.

"Aku meramalkan kalau umur sekolah ini tidak akan lama. Tahun ajaran baru yang akan jadi penentu. Jika pendaftar tidak sampai setengah dari yang seharusnya, sekolah ini hanya bisa ditutup. Siapa yang mau bersekolah di tempat pembunuhan berantai." Gadis itu mengedikkan bahu.

"Itu mengerikan juga. Aku kagum karena masih bertahan di sini."

"Aku dengar Paman Weifler mengeluh tentang Allen dan Sachi yang seharusnya pindah sekolah."

Keempat orang lainnya melirik Sachi sebelum menatap Miwa, meminta penjelasan lebih.

Jika itu adalah wali murid lain yang mengeluh, mereka akan memakluminya. Namun, ini Allen dan Sachi. Kedua saudara sepupu berhati dingin. Terlebih Allen. Mereka tidak menduga pemuda penuh sarkasme itu memiliki ayah yang sangat perhatian.

"Apa orang tuamu tidak pulang bersama Paman Weifler, Sachi?"

Seakan batu telah menimpa hatinya, wajah Miwa memberat. Yuki menyipitkan mata saat melihatnya.

Guru datang, jadi pertanyaan itu terputus.

Ketika Sachi dan Allen pulang bersama Weifler, Miwa menatap keempat temannya dengan penuh pertimbangan.

"Jika tidak ada acara, aku ingin mengajak kalian ke suatu tempat."

Walaupun masih ada rasa ragu di hati, Miwa tetap membawa mereka ke makam orang tua Sachi. Dia mengatupkan bibir sebelum berkata, "Aku tidak tahu mengapa Sachi merahasiakan ini dari kalian. Yuki mungkin tahu, tapi kupikir kita tidak perlu mengetahuinya, 'kan?"

Natsuki dan Rachaela saling melempar pandangan. Mister Misteri yang dibawanya mengeong lesu.

Selama lebih dari setahun mereka memercayai bahwa orang tua Sachi berada di luar negeri, bersama ayah Allen.

"Lalu, wanita saat pertemuan wali murid?" Natsuki bertanya.

"Itu istri Paman Weifler. Meski mereka sudah bercerai, Bibi Kanaya cukup dekat dengan Sachi." Miwa menyadari ada tarikan napas yang berat di sekitarnya.

Kelimanya hening sampai Yuki menyatukan kedua telapak tangan dan berdoa, diikuti yang lain.

Rachaela dan Natsuki pulang terlebih dahulu, meninggalkan tiga lelaki di sana.

Selain Yuki yang bisa melihat banyak hal, Kai bisa mendapatkan informasi dari teman hantunya. Hanya Rachaela dan Natsuki yang tetap dalam kegelapan hingga sekarang. Mungkin kedua gadis itu sadar, tetapi mereka tidak mengatakan apa-apa.

"Apa Sachi baik-baik saja?" tanya Kai.

"Bukankah kau bisa melihatnya?"

"Tidak jika di rumah."

"Heh ...." Mata Miwa penuh kecurigaan.

"Allen memasang jimat atau sesuatu."

Pengakuan Kai membuat Miwa maupun Yuki menahan tawa.

ENDING [✔]Where stories live. Discover now