Tiga puluh tujuh

553 19 0
                                    

Setelah memarkirkan mobilnya di perkarangan rumahnya,aidan memasuki rumahnya dengan langkah gontai.

Sebenarnya dia sangat malas untuk pulang. tapi apa boleh buat, papahnya itu pasti akan mengancamnya kalau dia tidak mengikuti apa kata papahnya.

Baru saja masuk ke dalam rumah, orang tua aidan ternyata sudah menunggunya di ruang tamu.

"Akhirnya kamu datang juga"

Aidan menghela nafasnya. Dia duduk di salah satu sofa dekat papahnya.

"Ada apa sih pah? Sampe aku harus banget pulang tepat waktu gini?"

Papahnya aidan menghadap ke arah anaknya. "Ini demi masa depan kamu aidan"

"Masa depan apaan pah? Papah mau jodoh jodohin aku lagi?" Aidan menatap malas ke arah papahnya.

"Aidan, kalo papah mau ngomong itu dengerin dulu sampe selesai" mamahnya aidan angkat bicara.

"Papahnya aja ngegantung gitu ngomongnya."

Papahnya aidan menghela nafasnya. Susah memang, kalau bicara dengan aidan.

"Papah engga akan ngejodohin kamu lagi. Papah cuma mau ngomongin tentang impian kamu dulu"

"Impian?" Gumam aidan.

"Iya, impian kamu saat kamu masih SMP dulu"

Aidan mengernyitkan keningnya. Dia mencoba mengingat apa yang dia inginkan dulu.

Aidan menegang saat dia tau apa yang dia inginkan. "Mm..maksud papah..."

"Ya, papah akan mengabulkan permintaan kamu itu"

***

"Lan, lu kenapa ga mau bareng Rico aja sih tadi?" Arina melepas helmnya dan mengikuti langkah alana yang mendahuluinya.

"Males aja"

"Lu lagi slek sama si Rico?"

Alana menggelengkan kepalanya.

"Ya, terus kenapa? Apa jangan__"

"Alana!"

Alana dan arina menoleh bersamaan mengetahui ada yang memanggil alana.

Rico menghampiri alana dengan nafas ngos ngosan.

"Lu kenapa sih tadi ga mau bareng gua? Jadinya gua diledek kan sama si bubuk cabe"

"Bubuk cabe? Siapa dah?"

"Ya itu si aida bubuk cabe kan?"

Alana memutar kedua bola matanya malas.

"Aidan?! Ohhh...jadi gituuuu"

alana dan Rico sama sama menoleh ke arah arina yang kini tengah tersenyum misterius ke arah alana.

"Eh, kutu! Ini juga gara gara lu ya. Pake bawa alana seenak jidat"

"Yehhhh! Udah ditolak, Songong lagi lu!"

"Ngomong sekali lagi, sepatu gua melayang ke mulut lu" ujar Rico dengan ancang ancang ingin melepas sepatunya.

"Bidi imit" arina menjulurkan lidahnya, lalu menggandeng alana pergi dari hadapan Rico.

"Woi kutu! Songong lu ya!"
Rico pun berlari kembali mengejar alana dan arina.

***

Sedari tadi aidan masih memikirkan tentang apa yang dibicarakan ayahnya.

Dia memang sangat ingin impiannya dari dulu itu terkabul. Tapi disisi lain dia sangat berat mengabulkan impiannya itu.

Tok tok!

ALANA (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang