1 (Prolog)

4.3K 366 140
                                    

"Pertemuan pertama kita adalah di tengah lautan salju. Meski mungkin kau tak akan ingat."

.

.

by

I X O R A K I M

© 2020

.

.

HUENING KAI merapatkan jaket tebalnya saat angin musim dingin menerpa. Meski ia akan baik-baik saja meski hanya memakai pakaian tipis, tapi orang yang melihat akan bertanya-tanya kenapa ia tidak terpengaruh akan badai musim salju yang sangat brutal.

Tentu saja, ia tidak boleh menarik atensi siapapun—dan tidak boleh dikenal siapapun.

Sembari menunggu tangan kanannya keluar dari minimarket kecil di sudut kota, Huening Kai mendongak, menatap langit yang kelabu—beberapa butir salju mendarat di wajahnya.

Kapan ya, terakhir kali dia merasa 'hidup'?

"Tuan?"

Huening Kai menoleh, menemukan Beomgyu berjalan ke arahnya dengan dua buah kantung besar di kanan dan kiri tangannya. Wajahnya tampak memerah—ini pasti karena udara yang sangat dingin. Huening Kai bisa melihat kabut tipis di mulut Beomgyu setiap kali ia berbicara.

"Ayo kita kembali ke kastil, Tuan. Semua bahan makanan ini bisa bertahan sampai akhir bulan nanti."

Huening Kai mengangguk samar, menarik topinya ke bawah guna menutup wajahnya. Tanpa suara, mereka berdua berjalan pelan meninggalkan pinggir kota, masuk ke dalam hutan berpohon lebat. Bahkan sinar matahari saja tidak akan bisa menyusup diantara dedaunan yang lebat. Karena sekarang adalah puncak musim dingin, hutan seolah dibalut kapas putih—salju. Suasana hutan menjadi sangat mencekam.

Suara gesekan sepatu dengan tumpukan salju di tanah, suara gemerisik dedaunan, dan juga ranting-ranting yang terpijak menjadi melodi kala Huening Kai dan Beomgyu berjalan semakin masuk ke dalam.

Lalu langkah kaki Huening Kai terhenti, begitu juga dengan Beomgyu yang sedari tadi berjalan tiga langkah di belakang Tuan-nya. Ia menatap sekitar, lalu bersuara pelan, "Ada apa Tuan?"

Huening Kai mengangkat tangannya, menunjuk ke depan. Beomgyu yang pandangannya terhalang tubuh Kai kini berjalan lebih mendekat, menatap ke arah yang Tuan-nya tunjuk, lalu terkesikap.

Ia meletakkan kantung besar di tangannya dan langsung berjalan cepat menuju pohon besar yang tak jauh dari mereka berpijak. Di bawah naungan batang pohon yang sangat besar dan lebar itu, ada satu bayi mungil yang terlelap diantara balutan kain putih yang cukup tebal, terletak begitu saja di bawah naungan akar pohon yang menghalaunya dari butiran salju.

"Siapa yang meninggalkan bayi disini?"

Beomgyu, dengan raut wajah yang sangat khawatir menatap sekitar. Tapi tidak ada siapapun di sana. Semua orang tahu kalau hutan ini berbahaya, karena itu tidak ada yang berani mendekat ke sana—terlebih saat musim dingin. Konon, orang yang terlalu ingin tahu dan masuk ke hutan ini akan berakhir hilang di tengah kabut, dan takkan pernah kembali.

Tapi kini, seorang bayi mungil ada di sana, tertidur tanpa tahu kalau ia bisa saja menjadi santapan hewan-hewan buas.

"Benda itu... akan kau apakan?"

Beomgyu yang sekarang memeluk 'benda itu' menoleh ke belakang, mengenyitkan dahinya. Tuan-nya yang satu ini... benar-benar payah.

"Ini bukan 'benda itu', Tuan. Ini manusia. Apa Anda tega meninggalkannya disini?"

Beomgyu bisa melihat raut wajah Tuannya yang sedang berperang dengan diri sendiri.

"Apa dia bisa kita makan?"

Beomgyu hampir tersedak ludahnya sendiri. Tapi ini adalah Tuannya, dia harus bersikap sabar.

"Ya, Anda bisa memakannya kalau kita membawanya lebih dulu ke kastil dan menghangatkannya."

Beomgyu akan menjelaskannya nanti. Yang terpenting sekarang adalah dia harus menyelamatkan bayi mungil yang malang ini dari mati kedinginan. Siapa pula manusia tanpa otak yang meletakkan bayi di tengah-tengah badai salju seperti ini? Kalau mereka telat menemukannya... mungkin yang Beomgyu peluk saat ini bukanlah bayi, melainkan mayat mayi yang sudah beku.

"Ah, ada kalung bertuliskan namanya."

Huening Kai berjalan mendekat, tampak sangat penasaran dan mendekatkan sedikit wajahnya ke arah kalung perak yang ditunjuk Beomgyu. Bibir merah bergerak pelan membaca tulisan timbul yang ada disana.

"Choi Soobin," gumam Huening Kai. Ia kemudian menatap wajah bayi yang terlelap itu, tampak sangat damai. Atau sudah mati? Pikirnya.

Beomgyu tersenyum sedih. "Choi Soobin. Malang sekali nasibmu, manusia."

.

.

.

Hey, yo!

Siap dengan cerita baru?

COSMOS | SooKaiWhere stories live. Discover now