18

1.4K 226 169
                                    

Saat membuka mata, rasa sakit di kepala Kai sudah berkurang. Ia mengerjab-ngerjab, berusaha mendudukkan dirinya. Kendati kepalanya terasa lebih baik, ternyata tubuh Kai masih sedikit lemas. Ia menoleh ke kanan dan menemukan Soobin terlelap, menyamping dengan sebelah tangan terlipat yang ia gunakan sebagai bantal.

Kai tersenyum lemah saat melihat ada handuk kecil di tangan Soobin. Pasti laki-laki itu yang menjaganya sepanjang malam. Lihat, tidurnya nyenyak sekali. Kai mengangkat tangannya menyelusuri pipi Soobin dengan ujung telunjuknya—nyaris tidak menyentuh. Tapi ternyata Soobin terbangun. Bola mata di balik kelopak bergerak pelan, lalu perlahan membuka.

"Kai? Kau baik-baik saja?"

Soobin mendudukkan dirinya cepat—menyentuh pipi dan leher Kai, sedikit terlihat panik namun kemudian menjadi tenang saat merasakan suhu tubuh Kai tidak sepanas tadi malam.

"Tadi malam kulitmu membara."

Kai berdehem. "Terima kasih telah merawatku, Soobin-ah."

Soobin menggeleng, "Jangan berterima kasih untuk hal yang normal dilakukan oleh pasangan. Kau lapar? Biar aku ambilkan makanan. Ah, cosmos?"

Kai mengangguk lemah, menuruti Soobin yang mendorong bahunya agar kembali berbaring. Ia menatap punggung Soobin yang menghilang di balik pintu, menutup mata kala rasa pusing kembali menyerang.

Sedang di balik pintu, Soobin tersenyum sedih. Masih ia ingat bagaimana semalaman suntuk ia mengompresi Kai yang terlihat kesulitan dalam tidurnya. Kulit Kai di bawah telapak tangan Soobin benar-benar panas, dan laki-laki cantik itu mengigau dalam tidurnya. Menyebut hanya satu nama, berulang-ulang.

Yeonjun.

___

"Sekarang jelaskan padaku kenapa Vee menuduh Kai membunuh Yeonjun?"

Karena tahu Kai akan seharian berada di mansion, Soobin memilih untuk berbicara empat mata dengan Beomgyu di halaman belakang istana saat jam istirahat siang. Beomgyu tentu saja bisa memasuki istana tanpa pemeriksaan. Hanya menjentikkan jari, dan ia langsung berada tepat di hadapan Soobin.

"Tuan Muda dibunuh oleh sekelompok orang yang menginginkan kedudukan penerus klan. Mereka pengecut, hanya berani mengeroyok Tuan Muda saat ia lengah. Vee tiba saat adiknya sudah mati. Yang ia lihat di depan matanya adalah sayap Tuan Muda di punggung Kai. Disitulah letak kesalahpahamannya, Vee mengira Kai sengaja membunuh Vee untuk mendapatkan sayap beserta kekuatannya."

"Dan apa Kai tidak pernah berusaha menjelaskannya pada Vee?"

Beomgyu menggeleng kecil, "Untuk apa? Iblis yang membunuh Tuan Muda adalah orang kepercayaan Vee. Kau pikir dalam keadaan seperti itu, siapa yang lebih Vee percayai? Bahkan kenyataan ini hanya aku dan Kai yang tahu."

Soobin tergugu. Di satu sisi, ia merasa lega luar biasa saat tahu apa yang Vee tuduhkan hanyalah kesalahpahaman belaka. Tapi disisi yang lain, Soobin juga dipenuhi segala perasaan buruk yang bermuara pada satu kata; cemburu.

Lalu wajah Beomgyu berubah sendu. Ia mengeluarkan sesuatu dari balik jubah panjang yang dikenakannya. Sebuah buku bersampul hitam yang pinggiran kertasnya sudah menguning dan terobek-robek kecil. Beomgyu mengulurkan buku itu pada Soobin.

"Apa ini?"

Soobin menerima buku itu dengan tatapan bingung. Ia memandangi sampul depannya, seperti tidak asing. Dimana pernah ia melihat buku ini?

Gelap dan terang.

Ah, samar-samar ingatan Soobin bermuara pada ingatan masa kecilnya saat ia sering bermain-main di ruang kerja Kai. Pastilah ia melihat buku ini disana.

COSMOS | SooKaiWhere stories live. Discover now