5

1.9K 337 125
                                    

Dua jam kemudian, Kai terbangun dengan jantung berdebar kencang dan wajah memerah.

Dia yakin semuanya yang terjadi hanyalah mimpi. Namun saat mendapati Soobin ada di ranjang dan ikut terlelap sambil memeluknya, secepat kilat Kai menarik tubuh—berdiri di sisi ranjang, bingung harus melakukan apa.

Kenapa, kenapa Soobin disini?

Kai meremas rambutnya saat bayangan Soobin mengecup kedua kelopak matanya kembali terbayang di benak. Wajahnya semakin memanas. Sebelum Soobin terbangun dan mengatakan hal-hal yang dapat membuat Kai malu, ia lebih memilih untuk kabur.

Hal yang sial adalah saat ia menemukan Beomgyu di depan pintu kamar dengan postur tangan hendak mengetuk—karena Beomgyu tahu Kai tidak suka diganggu saat sedang tidur, jadi dia harus melakukannya secara manusiawi alih-alih langsung muncul di dalam kamar.

Kai bisa saja langsung tiba di ruang kerjanya, di dapur, di halaman, ataupun di mana yang ia mau tanpa harus membuang-buang waktu untuk berjalan. Cukup dengan jentikan jari. Tapi saat ini kepalanya seperti tidak bisa digunakan dengan baik. Jadi saat ia membuka pintu dengan wajah memerah, Beomgyu bertanya dengan nada curiga, "Kau baik-baik saja, Kai?"

"Ya!"

Mendengar jawaban Kai yang terlalu cepat dan dengan nada yang tinggi—berikut napas yang ngos-ngosan, Beomgyu semakin curiga. Ia berusaha melongokkan kepala ke dalam kamar yang gelap dan temaram, tapi Kai lebih dulu menarik pintu di belakang punggungnya.

"Apa? Kenapa kau ke sini? Ada apa?"

"Hanya memastikan kau baik-baik saja. Matahari sudah setinggi ini tapi kau belum memakan cosmos sejak kemarin. Ya kan?"

Kai memejamkan matanya sesaat—mengangguk samar. Benar. Karena itulah ia merasa sangat lelah dan mengantuk.

"Ah, iya. Omong-omong, dimana Soobin? Aku juga sudah memasak makanan untuknya. Apa dia di kamarnya ya?"

Beomgyu sudah berbalik, tapi Kai menahannya cepat, "S-soobin bilang di ke desa. Ya, ke desa! Jadi mungkin dia akan terlambat." Mendapati Kai yang panik, kening Beomgyu berkerut samar. Tadinya dia tidak merasa ada yang aneh, tapi melihat gelagat Kai yang sangat mencurigakan, mau tidak mau Beomgyu melemparkan bomnya.

"Kalian tidur bersama, ya?"

"APA—tidak!"

Beomgyu tertawa, "Tenang Kai. Tidak usah panik begitu. Aku bisa merasakan keberadaan Soobin di balik pintu kamarmu itu."

Kai menelan ludah. Lupa kalau mereka berdua sama-sama bisa merasakan keberadaan manusia—dalam hal ini adalah Soobin. Padahal Soobin dan Kai berdua tidak melakuan apa-apa, kecuali 'mengecup kelopak mata' masuk ke dalam kategori 'apa-apa'. Ah, apakah kecupan di sepanjang leher juga termasuk 'apa-apa'?

"Aku tahu Soobin menyukaimu."

Kai melongo. Beomgyu kembali melanjutkan, "Sejak kecil dia selalu mengikutimu kemana-mana. Menatapmu dengan pandangan memuja. Dan bahkan menangis di malam akan berangkat ke akademi. Jadi yah... itu bukan hal yang aneh."

Kai berusaha menampik, "Tapi di mataku dia masih bayi manusia yang kau pungut kemarin."

"Dan sekarang bayi manusia itu tumbuh lebih tinggi daripada kita, Kai. Walaupun sebenarnya itu menyebalkan."

"Oke, berhenti. Aku ingin cosmos, sekarang."

Dengan jentikan jari Kai, tubuh keduanya menghilang dari pintu—muncul di dapur dengan meja yang sudah terhidang berbagai makanan di atasnya. Kai tidak bersuara, sibuk mengunyah daging sambil menyisipkannya dengan cosmos. Ia juga tidak sekalipun menatap wajah Beomgyu, berpura-pura seolah daging yang ada di hadapannya adalah hal yang paling menarik di dunia.

COSMOS | SooKaiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang