2

2.1K 348 205
                                    

Saat tinggi Choi Soobin di bawah lutut Huening Kai.

.

.

"Apa dia sudah bisa kumakan?"

Di suatu hari di musim semi, Kai bertanya pada Beomgyu dengan raut wajah serius. Beomgyu tersedak teh earl grey yang disesapnya—cepat-cepat meletakkan kembali cangkir teh dan menimbulkan suara dentingan nyaring.

"Apa? Tidak boleh!"

"Kenapa tidak boleh? Bukannya kau bilang kita membawanya ke kastil ini untuk dimakan?"

Beomgyu mengusap wajahnya sambil mendesah frustrasi. Seharusnya sejak awal dia bilang kalau manusia bukanlah sumber makanan mereka. Padahal Kai tahu itu, tapi kenapa tetap bertanya?

Apakah hati Kai tidak tergerak saat melihat bagaimana bayi manusia yang mereka temukan setahun yang lalu kini sudah bisa melangkahkan kakinya?

Padahal bagi Beomgyu itu lucu sekali.

Seperti sekarang. Bayi manusia itu ada di ruangan yang sama dengan mereka—sibuk berusaha melangkah di lantai sementara Kai dan Beomgyu menikmati teh mereka di sofa ruang kerja Kai.

Racauan entah apa sesekali keluar dari bibir Choi Soobin—menampilkan gusi tanpa gigi saat ia menyerigai lebar. Langkah kakinya yang lambat dan sepatah-patah itu terlihat pasti walau pelan.

Bruk!

Bayi manusia itu mencium lantai. Kai membeku, sementara Beomgyu sudah tiba di depan Soobin sedetik kemudian, meraih Soobin yang matanya berkaca-kaca dengan seluruh wajah mulai memerah hingga ke leher dan telinga.

"Oh, jangan—"

"—Huweeeekk."

Terlambat. Bayi manusia itu lebih dulu berteriak kencang—membelah keheningan kastil ini. Beomgyu meringis, menutup telinganya dengan sebelah tangan sementara tangan yang lain menopang pinggang Soobin yang menangis hebat.

Sedetik kemudian, bayangan Beomgyu dan Soobin lenyap. Suara tangisan bayi pun begitu—membuat ruang kerja Kai menjadi senyap seketika. Kai menipiskan bibirnya. Ia tak pernah benar-benar menyentuh bayi manusia itu sekalipun. Kai hanya melihatnya saja saat Beomgyu sesekali membawa Soobin di sekitarnya.

Beomgyu sudah terlihat seperti pengasuh bayi sungguhan. Kai heran tangan kanannya itu betah membawa buntalan yang hanya bisa tertawa dan menangis itu kemana-mana. Dan menyebut-nyebut tentang lucu, imut, dan menggemaskan. Kai bahkan tidak paham korelasi antara tiga kata itu dengan seorang bayi manusia.

Sejak mereka memungut bayi manusia itu, ada banyak hal yang terjadi di sekitar Kai. Kastilnya yang tersembunyi di tengah hutan ini bertambah penghuni berbeda jenis dengan mereka berdua. Suasana juga cepat berubah. Kastil yang sepi dan mencekam ini terasa lebih ramai dan 'hidup' sejak kedatangan Choi Soobin.

Tapi tetap saja, Kai masih menjaga jarak dengan bayi mungil itu.

___

Saat tinggi Choi Soobin sejengkal di atas lutut Huening Kai.

___

Kai tersentak saat merasakan celananya ditarik-tarik pelan. Saat ia menunduk untuk memastikan makhluk apa yang menghampirinya, Kai malah menemukan sepasang mata yang menatapnya dengan pandangan berbinar. Sejenak Kai membeku.

Haruskah ia langsung menghilang dari hadapan manusia ini, atau meladeninya karena ia tampak sangat penasaran dengan Kai.

Akhirnya Kai memutuskan untuk berjongkok, menyamakan tinggi tubuhnya dengan makhluk kecil di hadapannya yang kini tersenyum senang hingga kedua matanya menyipit sempurna. Ah, ada lesung di kedua pipinya.

COSMOS | SooKaiWhere stories live. Discover now