9

1.6K 284 91
                                    

Selama sebulan berada di ibu kota, Soobin diberikan tempat tinggal di sebuah gedung khusus untuk pegawai baru istana—semacam asrama, tapi Soobin tidak berbagi kamar dengan orang lain. Namun sejak Kai dan Beomgyu menyusul ke Ibukota, otomatis Soobin pindah ke mansion milik Kai.

Dan, tidak pernah ia bayangkan mansion itu berkali-kali lipat lebih mewah daripada kastil tua mereka yang ada di tengah hutan itu.

"Kai... kau tidak mengubah batu menjadi emas, 'kan?"

Kai tertawa pelan, "Mana mungkin."

Soobin menghela napas lega, namun Kai melanjutkan, "Daripada emas, aku bisa mengubahnya menjadi berlian langka."

"Kai!"

"Aku bercanda. Ini semua tentu saja hasil kerja kerasku selama bertahun-tahun menjadi tuan tanah penjaga perbatasan. Aku menimbun semua harta karena memang tidak perlu kugunakan."

Penjelasan itu kembali menenangkan Soobin. Mereka berjalan menuju bagian belakang mansion. Layaknya kastil di tengah hutan, mansion ini juga terlihat sangat sepi dan lenggang.

"Bagaimana dengan makananmu? Cosmos?"

Soobin bertanya dengan penasaran. Ia tahu Kai juga memakan makanan manusia. Tapi cosmos itu... lebih seperti makanan utama yang harus ia telan. Berbeda dengan Beomgyu yang tidak pernah Soobin lihat memasukkan cosmos ke dalam mulutnya.

"Kau tahu, Soobin-ah. Aku ini dewa bunga. Sumber utama kekuatanku berasal dari bunga. Dan di antara semua bunga, aku sangat suka cosmos. Tapi bukan berarti aku tidak bisa memakan yang lainnya."

Saat mereka akhirnya tiba di halaman belakang, barulah Soobin bisa melihat ada banyak sekali jenis bunga yang tumbuh di sana. Berwarna-warni, indah sekali. Kai memetik setangkai mawar yang tumbuh tak jauh dari tempat mereka berpijak dan memasukkan satu kelopak kecil ke dalam mulutnya.

"Mawar juga enak. Aku bisa makan bunga apa saja."

Soobin mengangguk, termagu. Ia baru tahu tentang hal ini. "Apa tugas dewa itu berbeda-beda, Kai?"

Akhirnya Soobin bertanya sesuatu tentang perbedaan mereka. Kai tentu saja menjawab dengan senang hati, "Ya. Ada banyak sekali dewa dengan tugas yang berbeda-beda pula. Aku hanyalah satu di antara dewa yang memiliki kekuatan yang lemah. Tidak seperti dewa matahari, dewa perang, dan dewa-dewa superior lainnya. Tugasku sederhana, hanya menumbuhkan bunga dan merawatnya."

Soobin membulatkan mulutnya, mengangguk mengerti.

_

_

_

Soobin melangkahkan kakinya ringan. Akhirnya ia bisa melakukan banyak hal dengan Kai—setelah satu bulan penuh tanpa perjumpaan. Hari-harinya yang berat dan menjemukan telah berakhir dengan kedatangan Kai. Saat berangkat dari mansion dan dihadiahi satu ciuman manis di bibir, Soobin tidak bisa menghilangkan senyuman di wajahnya.

Bahkan saat seseorang menubruk bahunya keras, Soobin tidak marah. Ia hanya tersenyum simpul dan berniat untuk meneruskan langkah. Namun suara barithon yang sangat dalam itu menahan langkah kaki Soobin.

"Kau... aku mencium aroma dewa bunga dari tubuhmu."

Tubuh Soobin menegang. Ia membalikkan tubuh dan bertatapan dengan seorang laki-laki bersurai gelap yang menyerigai ke arahnya. Soobin menoleh ke kanan dan ke kiri. Mereka berada di tengah-tengah keramaian jalanan ibukota, tapi jelas sekali laki-laki itu berbicara padanya. Pun dengan kalimat yang tidak mungkin dilontarkan oleh manusia biasa.

Laki-laki itu menjentikkan jari—sedetik kemudian mereka berpindah dengan sangat cepat—ke salah satu gang sempit tak jauh dari tempat mereka sebelumnya berpijak.

COSMOS | SooKaiWhere stories live. Discover now