14

1.6K 245 85
                                    

Ps : gigitan Kai engga membuat Soobin menjadi iblis atau dewa yha :v

.

.

.

Huening Kai tertidur setelah menenggak darah Soobin.

Soobin ikut berbaring di sebelah Kai, mengusap-ngusap punggung sang kekasih yang sesekali bergerak dalam tidurnya—mencari posisi nyaman. Rasa sakit masih terasa dari bekas gigitan Kai—pun pening yang melanda kala Kai melepas taringnya. Soobin tak menyangka selain warna mata yang berubah menjadi emas, Kai juga punya sepasang taring kecil yang berhasil menembus kulitnya.

Ia tidak mengerti. Kenapa Kai yang mengaku dewa perlu darah untuk sumber kekuatan? Bukankah Kai hanya butuh bunga? Dan... sayap Kai yang berbeda warna itu, pasti ada sesuatu. Soobin yakin itu, tapi objek tempatnya bertanya masih terlelap. Yang artinya... Soobin bisa bertanya pada Beomgyu.

Soobin bergerak pelan-pelan, merangkak dari tempat tidur agar Kai tidak terbangun. Setelah kakinya menapak di lantai, Soobin merendahkan tubuhnya, mengecup pelipis Kai dan mengusap sudut bibirnya yang sedikit bernoda darah.

Seperti yang ia duga, Beomgyu ada di balik pintu kamar, bersandar di dinding dengan raut cemas yang sangat kontras.

"Kau baik-baik saja?" tanyanya sambil melirik leher Soobin yang kini mempunyai dua titik kecil, plus samar-samar noda darah. Sebagai jawaban untuk pertanyaan Beomgyu, Soobin mengangguk singkat.

"Aku ingin bertanya."

"Tidak sekarang," sela Beomgyu cepat. Ia menggeleng dengan bibir menipis. "Aku tahu ada banyak sekali pertanyaan di benakmu itu. Tapi aku ingin kau mendengarnya dari Kai, bukan dariku. Maafkan aku."

Soobin tersenyum tipis. Harusnya begitu. Soobin harus sabar menunggu Kai terbangun dan mendengar semua hal yang ingin dia tau langsung dari mulut Kai. Beomgyu berusaha menghormati Kai, Soobin yakin itu.

Mengendikkan bahu, Soobin mencairkan suasana dengan tawa. "Baiklah, aku mengerti. Jangan tampilkan raut wajah susah seperti itu, Beomgyu." Tapi kemudian tawanya terhenti, ia mengaduh sambil menyentuh lehernya.

"A-aw, sakit"

____

Kai mengerjab, menemukan langit-langit kamar yang berpelitur emas. Saat menoleh ke samping, ia menemukan Soobin menumpukan kepala dengan siku tertekuk, berbaring menyamping dan tersenyum lebar. Senyum itu tertular. Akibatnya, ujung bibir Kai ikut tertarik.

Ada spasi di antara mereka. Mungkin Soobin lakukan agar ia tidak mengganggu tidur Kai—atau mungkin untuk menjaga dirinya sendiri agar tidak menerjang Kai. Bagaimanapun juga tiap kali melihat wajah Kai, jantung Soobin seolah terpacu cepat dan ikut mengalirkan darah ke area pusat tubuhnya. Yang barusan adalah definisi lain dari padanan kata mesum.

Kai membunuh spasi di antara tubuh mereka, melingkarkan tangan kirinya di pinggang Soobin sementara sang kekasih langsung membuka lipatan tangannya untuk ia jadikan penyangga kepala sang Antheia. Mereka bertatapan dalam jarak yang sangat dekat. Soobin bahkan sampai bisa melihat refleksi dirinya di dalam mata Kai.

Laki-laki berlesung itu melarikan tangannya yang terbebas ke pipi Kai, mengusap pipi sang kekasih dengan ibu jari sementara kedua netra mereka saling menyapa. Soobin sadari kalau iris mata Kai kembali menjadi coklat terang—indah, dan Soobin tidak bosa untuk mengulang-ulang kata itu.

"Maafkan aku," gumam Kai saat melirik leher Soobin yang kini tertempel sedikit kain kasa. Soobin tersenyum kecil, memajukan wajahnya dan mengecup ujung bibir Kai secara tiba-tiba. Saat rona merah menjalari pipi pucat Kai, senyum Soobin semakin lebar. Matanya kian menyipit dan muncul lesung di kedua pipinya.

COSMOS | SooKaiWo Geschichten leben. Entdecke jetzt