8

1.7K 274 59
                                    

Sehari kepergian Soobin, Kai masih beraktivitas seperti biasa.

Seminggu kepergian Soobin, Kai mulai kebingungan.

Sebulan kepergian Soobin, Kai sadar kalau ia merindukan laki-laki itu.

___

"Kau ingin meninggalkan kastil ini?"

Beomgyu bertanya dengan nada tidak yakin. Mereka sudah hidup berpuluh-puluh tahun lamanya, bersembunyi di balik kabut tebal yang melingkupi kastil. Kabut itu tidak hanya untuk mengelabui manusia agar tidak mendekat, tapi juga untuk makhluk lainnya.

Kai dan Beomgyu memilih hutan ini bukan tanpa alasan. Keberadaan mereka jauh dari hiruk pikuk kota, dan hutan ini adalah yang paling baik untuk bersembunyi. Cukup banyak binatang buas kalau-kalau ada manusia nakal yang mempunyai keingintahuan yang besar, kadang Beomgyu tidak perlu turun tangan hanya untuk mengurusi mereka—walau pada akhirnya dia yang harus mengurus mayat-mayat itu.

"Kai, kau tahu 'kan, Ibukota itu tidak pernah aman untuk kita—untukmu?"

Kai tidak menjawab, tapi raut wajahnya sudah menjelaskan kalau ia paham yang Beomgyu katakan adalah benar. Selain kastil ini, tidak ada tempat yang aman untuk Kai.

"Sekali aromamu tercium, mereka akan memburumu. Kau sudah bersembunyi sejauh ini, Kai."

Menghela napas kasar, Kai menatap Beomgyu dengan mata berkaca-kaca, "Maksudmu, aku harus bersembunyi seumur hidup? Aku merindukan Soobin!"

Beomgyu menelan ludah. "Kau... merindukannya bukan karena sesuatu 'kan Kai?"

"Apa maksudmu?" pandangan Kai menajam, tak suka saat Beomgyu bertanya dengan nada curiga seperti itu. Mereka bertatapan beberapa saat. Tahu kalau melanjutkan pembicaraan hanya akan membuat Kai marah, Beomgyu menyerah.

"Seperti sumpahku pada Tuan Yeonjun—" Beomgyu menggantungkan ucapannya karena raut wajah Kai menegang akibat nama itu tersebut, lalu ia melanjutkan, "—aku akan mengikutimu kemanapun, Kai."

___

Soobin sudah berada di titik jenuhnya.

Ralat. Ia bukan jenuh pada pekerjaan yang diberikan—karena ini adalah pekerjaan semudah membalikkan telapak tangan bagi Soobin. Yang membuat ia jenuh adalah, ketiadaan Kai disekitarnya. Tidak ada suara Kai. Tidak ada wajah Kai. Tidak ada pelukan Kai. Tidak ada aroma Kai. Ia merasa sesak.

Soobin menggeram. Andai ia memutuskan untuk tidak pergi, mungkin saat ini dirinya sedang menikmati teh di halaman belakang kastil berdua dengan Kai—atau mungkin bertiga dengan Beomgyu. Yang jelas, kegiataan menghabiskan waktu dengan Kai tidak akan pernah membosankan bagi Soobin.

"Apa yang kau lakukan disini, Aparatur Muda?"

Soobin menoleh mendengar suara yang sangat dikenalnya—ia menghabiskan belasan tahun mendengar suara cempreng yang menjengkelkan ini. Ralat, dulu suaranya cempreng, sekarang sudah lebih bagus untuk didengar.

Bukannya menjawab, Soobin malah membalas dengan kalimat bernada sama, "Apa yang Anda lakukan disini, Yang Mulia Pangeran?"

Taehyun memukul punggung Soobin cukup keras hingga laki-laki bersurai hitam itu mengaduh pelan dengan bibir bersungut.

"Selama belasan tahun aku tidak pernah mendengar kau memanggilku dengan sebutan itu. Rasanya menggelikkan."

Soobin mendengus, "Kita berbagi kamar sejak masuk ke akademi hingga lulus dan tidak pernah satu kalipun terlintas di kepalaku kalau kau adalah anak Raja."

Soobin dan Taehyun berbagi kamar asrama di akademi, dan sampai mereka lulus, Teehyun menyembunyikan identitas aslinya dari semua orang termasuk Soobin. Itulah yang membuat Soobin kesal setengah mati.

COSMOS | SooKaiWhere stories live. Discover now