10

1.8K 275 149
                                    

Ps: Ixora juga punya kehidupan dan kesibukan di real life.

.

.

"Kai...?"

Kai menoleh—masih dengan bibir dan dagu yang berlumuran darah. Matanya melebar kala melihat Soobin berada di antara bayang-bayang pohon—melangkah mendekat dengan raut wajah terkejut.

Ujung jemari Kai dirayapi rasa dingin. Rasa takut yang begitu besar masuk menghantam dadanya.

Soobin melihatnya! Soobin melihatnya dalam wujud yang sangat menjijikkan!

"S-soobin-ah..."

Kai melepaskan tangannya yang mencengkram leher rusa—gemetar dan mengepal. Kakinya tanpa sadar ikut mundur seiring Soobin yang semakin mendekati Kai dengan raut wajah terkejut. Sayapnya di punggung melemas lesu. Tidak ada gunanya juga ia menyembunyikan sayap berbeda warna itu. Soobin sudah lebih dulu melihatnya.

Sekarang hanya tinggal waktu sampai Soobin mencemooh dan meninggalkannya. Kai menggigit bibir bawah dengan kepala menunduk, menatap bayang tubuh beserta sayapnya dari timpaan cahaya purnama—indah, namun menyedihkan.

"Maaf..."

Soobin menggeleng kecil. "Kenapa kau meminta maaf, Kai?"

Semakin menundukkan kepalanya, Kai bersuara lirih, "Aku... terlihat sangat jelek saat ini. Aku... aku bukan dewa yang baik, Soobin-ah, aku—"

Dengan langkah lebar Soobin mendekati tubuh Kai, menarik sang kekasih ke dalam rengkuhan di tengah hutan. Ia menempatkan kepala Kai di bawah dagu, dengan sebelah tangan di kepala sang kekasih dan sebelah yang lainnya berada di punggung—mengusap-usap menenangkan.

"—Shh. Aku tidak mau mendengar kalimat itu, Kai. Aku tidak akan menghakimimu, oke?"

Soobin mengecup puncak kepala sang kekasih saat ia mengangguk. "Bagus. Sekarang ayo kita pulang."

___

Meski sekarang hampir tengah malam, Kai dan Soobin masih terjaga. Tanpa suara, tanpa kalimat, keduanya berpelukan. Kai berbaring di atas tubuh Soobin—menempelkan pipi dan telinga tepat di atas jantung Soobin yang bertalu-talu.

Kai bergerak pelan, mendekatkan wajahnya ke wajah Soobin—keduanya bertatapan dalam diam. Entah siapa yang memulai, bibir keduanya berpagutan. Pelan, namun syahdu. Keduanya punya pikiran yang sama, harus mendapatkan kepastian tentang kejadian beberapa saat yang lalu.

Pagutan itu menjadi lebih liar—panas dan basah. Saat Kai menarik wajahnya menjauh, ia mengangkangi perut Soobin, duduk di atas perut Soobin dengan ekspresi yang sangat sulit Soobin baca—sebagian pandangannya tertutup kabut nafsu. Soobin tidak bisa menyangkal, dirinya pun begitu.

"Aku... selalu menganggap kau sangat cantik, Kai. Bahkan dengan sayapmu yang berbeda itu. Kau... terlihat benar-benar berbeda."

Kai menggeleng malu dengan wajah memerah sempurna.

Soobin meraih kedua tangan Kai, menatap kekasihnya lembut. Ia yang berbaring di bawah dengan Kai yang menduduki perutnya benar-benar mengobrak abrik akal sehatnya.

"Apa kau bisa memperlihatkannya sekali lagi?"

Kai menggeleng kecil, "Aku malu, Soobin-ah," cicitnya.

Kedua ibu jari Soobin mengelus punggung tangan Kai. "Jangan malu, Kai. Aku menyukai semua yang ada pada dirimu. Kau cantik."

Barulah Kai berani menatap matanya—masih tersipu namun cukup senang mendengar pujian yang selalu Soobin lontarkan tanpa lelah.

COSMOS | SooKaiWhere stories live. Discover now