21

1.4K 232 118
                                    

Vee melirik Soobin yang tampaknya tak tahu apapun. Udara di luar semakin dingin, salju semakin lebat, dan dengan tubuh manusianya itu, Vee yakin Soobin diam-diam menggigil kedinginan.

Meski hanya sekilas, Vee benar-benar seolah merasakan Yeonjun ada di sana. Tersenyum mengejek di belakang tubuh Soobin dan cengiran khasnya yang menyebalkan. Sepersekian detik, Vee seolah kembali ke masa lalu.

"Kau senang?"

Yeonjun tak menoleh saat Vee tiba-tiba saja muncul di sampingnya, ikut melemparkan batu pipih hingga memantul tiga kali di atas permukaan air danau yang tenang—lalu kemudian tenggelam. Sinar matahari merah di ujung langit memantul di permukaan danau yang kini beriak oleh batu yang dilempar.

Yeonjun tertawa mengejek, "Aku bisa memantulkan batunya lima kali sebelum tenggelam."

Tak memedulikan pameran tidak penting Yeonjun, Vee mengambil tempat di samping sang adik. Ikut memandangi matahari merah yang kini setengahnya sudah tenggelam.

"Cantik?"

Yeonjun mengangguk, "Sangat cantik."

Vee mendengus. "Kau 'kan tahu hubungan kalian terlarang."

Yeonjun menoleh, "Itulah gunanya saudara. Kau pasti akan membantuku kan?" Vee mengangkat bahu seolah tak peduli. "Aku tak akan mencampuri urusan percintaanmu dengan dewa yang bahkan tidak pernah menginjakkan kakinya di dunia kita. Aku hanya... menyayangkan hubungan kalian. Aku mungkin memakluminya karena kau adalah adikku, tapi iblis lain? Kurasa tidak demikian."

Yeonjun menggembungkan pipinya. Vee tahu, Yeonjun pasti sadar kalau hubungannya dengan dewa bunga itu tidak akan pernah bisa berjalan mulus. Bukan lagi rahasia kalau hubungan diplomat antara dewa dan iblis selalu berujung pada permusuhan dan peperangan di atas tanah manusia. Dan akan selamanya begitu.

Lagipula, dari semua jenis makhluk yang ada di dunia, Vee bertanya-tanya kenapa adiknya malah menyukai dewa yang terbuang dari dunianya? Padahal ada banyak iblis lain yang menyukai Yeonjun—Yeonjun tahu itu—dan malah mengabaikan mereka semua.

"Aku akan mengubah pemikiran mereka tentang dewa. Perlahan-lahan."

Vee mendengus kasar. "Kau tak akan bisa, Yeonjun-ah! Sudah beribu-ribu tahun kita selalu berselisih dengan mereka. Dan apa rencanamu tadi? Membawa dewa itu tinggal disini? Di sarang iblis yang seumur hidupnya membenci klan dewa? Kau gila, Yeonjun-ah!"

Yeonjun menoleh, dengan senyum kecil yang terpasang di wajahnya, ia menyahut pelan.

"Kalau memang tidak ada tempat untuk Kai disini, hm... maka aku yang akan keluar."

Mata Vee melebar. "A-apa kau bilang? Yeonjun, sadarlah! Kau penerus klan iblis ini!"

"Aku sadar. Aku benar-benar sadar. Tapi Hyung, kau lebih pantas atas tahta daripada aku."

Plak!

"Aw, sakit Hyung!"

Yeonjun mengelus belakang kepalanya yang dipukul kuat oleh Vee, lalu menatap Vee dengan raut bersungut-sungut.

"Coba katakan sekali lagi tentang tahta dan aku akan mencabut gigi dan kukumu."

Sang adik memutar bola mata kesal, "Seperti aku takut saja. Dan hei, gigi dan kuku itu bisa tumbuh kembali hanya dalam beberapa detik. Dan sama sekali tidak sakit."

"Aku akan melakukannya berulang-ulang sampai kau bosan."

Yeonjun memeletkan lidahnya. "Aku tidak takut!"

COSMOS | SooKaiWhere stories live. Discover now