Extra

1.9K 221 106
                                    

Extra ini adalah sesuatu yang ada di dalam cerita tapi tidak dituangkan ke dalam chapter, sehingga bersarang di kepala reader sebagai tanda tanya. Semoga terjawab dengan adanya extra ini, ya.

Ps : Rangkaian adegannya acak, jadi tolong dipahami sendiri ini nyambung ke bagian yang A, ini nyambung ke bagian yang B. Selama kalian fokus bacanya pasti semua akan jelas~

.

.

.

Kai tidak pernah merasa sekosong ini. Langit cerah yang ada di atas kepalanya bahkan tidak bisa mengusir mendung yang terpatri dalam hati. Manis yang ada di dalam bunga tak bisa mengusir pahit di dalam lidah, dan hari-hari yang terlewat setelah sang kekasih pergi, tak ada bedanya dengan neraka tanpa akhir.

Semuanya sulit, benar-benar sangat sulit.

Seharusnya Yeonjun tidak akan mati semudah itu. Yeonjun adalah keturunan dari klan iblis yang terkuat, pemilik darah murni. Kalau saja jika Yeonjun tak dikeroyok oleh lima orang oposisi yang juga kuat, dan salah satu diantaranya adalah pengkhianat, maka Yeonjun pasti masih hidup sampai sekarang. Yeonjun dijebak, dan mati di tangan pengkhianat yang kejam.

Sang Antheia berkali-kali pernah berpikir untuk mati, karena sudah tak ada lagi yang ia tunggu di dunia ini. Tapi peraturan tetaplah peraturan. Dewa-dewi yang bunuh diri tak akan terlahir kembali. Berbeda dengan mereka yang mati di tangan orang lain, akan terlahir kembali sebagai manusia yang penuh kekurangan. Jadi, yang harus Kai lakukan adalah menunggu sampai sang kekasih terlahir kembali.

Tapi sampai kapan? Berpuluh tahun? Ratusan tahun? Atau bahkan ribuan? Bahkan untuk sehari lagi bertahan saja Kai tidak sanggup. Raganya hidup, tapi jiwa dan hatinya telah lama mati.

Kai menoleh dengan gerakan pelan saat sadar ada sosok yang mendekat ke kastilnya. Sosok yang jelas-jelas bukan manusia, karena tak akan ada manusia yang mampu menembus pertahanan kastil tak kasat mata miliknya.

Kai menurunkan kaki memijak lantai, berjalan tertatih-tatih menuju ruang utama, tempat sosok itu kini diam berdiri, seolah menunggu sang empu kastil keluar. Saat ia tiba di sana, yang Kai temukan adalah seorang laki-laki ringkih berbibir pucat dengan kedua sayap hitam melayu di punggungnya. Saat mereka bertatapan, laki-laki itu tersenyum sedih, lalu bergumam dengan suara lirih, "Maafkan aku karena tidak bisa melindungi Tuan Yeonjun."

Laki-laki itu jatuh bersimpuh, lalu dengan bibir bergetar dan mata yang memerah ia mengulang-ulang permintamaafannya.

Itulah kali pertama Beomgyu datang ke kastil dan menetap di sana, meski Kai berulang kali mengusirnya. Satu hari ke satu bulan, satu bulan ke satu tahun, hingga sampai di mana Kai malas menghitung waktu yang telah ia lewati bersama Beomgyu yang keras kepala untuk meninggalkannya.

"Aku tidak bisa meninggalkanmu, Tuan. Aku merasakan kekuatan Tuan Yeonjun yang melekat di dalam tubuhmu. Dan kau sudah kuanggap seperti Tuanku sendiri karena hal tersebut."

Pernyataan yang tidak masuk akal bagi Kai. Tapi Beomgyu benar-benar urung pergi. Hubungan yang canggung itu terjalin selama lingkar waktu berpuluh-puluh purnama, sampai akhirnya kecanggungan itu terhenti sebab munculnya seorang bayi manusia di antara mereka.

.

.

.

.

.

Kala itu adalah musim dingin terburuk yang pernah terjadi. Salju bergulung-gulung di sisi jalan, terlalu banyak untuk bisa dihalau oleh manusia. Karenanya, sampai setidaknya salju tidak selebat yang sekarang, orang-orang memilih untuk tetap tinggal di dalam rumah dan mempersiapkan banyak bahan makanan.

COSMOS | SooKaiWhere stories live. Discover now