Peristiwa Keduapuluhempat

29 4 0
                                    

Aku mengernyitkan dahi,

Sementara Minchan tersenyum bangga!


"jadi kamu pacarnya Mina?!" ayahku mengamati Minchan.

"bukan!" aku berteriak.


Ayahku mendekati Minchan...

Lalu menjabat tangannya.


"terimakasih telah membawanya kemari, anakku!" ayah tersenyum.


ANAKMU?!

SEKARANG MINCHAN DIANGGAP ANAKMU?!

AYAAAAH!!!


"tolonglah! Minchan-ssi ini bukan pacarku!"

aku menggelengkan kepala.


"ah anak zaman sekarang malu-malu sekali..." ujar ibuku.


Aku hanya menatap Minchan dengan marah.

"Minchan-ie sebaiknya kamu pulang, Nak. Sudah jam tujuh malam, besok kamu sekolah." Ujar ibuku.


"oh, ternyata sudah jam tujuh ya, Tante... tidak terasa..."

"Oh iya, ini surat izin sakit Mina. Tolong sampaikan ke wali kelasnya, ya!" pesan ibuku.


"baik, Tante!" Minchan mengangguk.


"kalau begitu, saya permisi om, tante, dan Mina-ya! Lekas sembuh!" ujarnya sembari keluar kamar inapku.


"Ibu, aku akan tidur. Jika seseorang bernama Yongseung datang, tolong suruh dia untuk tanda tangan dan menulis pesan di gips-ku, ya!" pesanku.


"haduuuh... kau ini punya berapa banyak pacar, sih?!" canda ayahku.

"ayah... Minchan itu bukan pacarku, tahu!" aku bernada kesal.

"tapi nampaknya dia baik padamu." Tukas ayahku.


Aku berfikir sejenak.

Siapa yang lebih baik selama ini?

Minchan atau Yongseung?!

Tentu saja Yongseung!!!


Kenapa ayah bisa demikian mudahnya menyimpulkan?!

Ayah tak tahu perjuangan Yongseung!


Ayah tak pernah menghitung berapa senyum yang ia paksakan hanya demi menularkan senyumnya padaku! Ayah tak pernah tahu sakitnya hati Yongseung saat dia ikut di-bully karena mencoba melindungi aku!


Akh, tanpa aku sadari,

Air mataku jatuh.


Tess...


"aih, Mina-ya, mengapa kamu menangis?!" ayahku mendekatiku dengan langkah panik.


Aku tetap memikirkan Yongseung.

"omo, sayang, apa tanganmu semakin sakit?" ibu khawatir.


Aku sangat ingin menceritakan Yongseung.

Tetapi sepertinya ada yang menahanku.


"Pokoknya... suruh Yongseung tanda tangan di gips-ku saat dia datang!"

Aku lantas tertidur setelah ayah membersihkan air mataku.

[01] Semua Peristiwa Pada Kehidupan PertamaWhere stories live. Discover now