1☀️

80 2 0
                                    

Aku tau akan terlambat tapi aku sengaja tidak mempercepat langkahku. Kelas hari ini Matematika dan aku benci itu. Baiklah, mungkin mengawali pagi dengan terlambat dan omelan Mrs. Maddie mungkin akan menyenangkan. Mungkin.

Sampai di depan kelas Matematika, Aku memegang kenop pintu sambil mengumpulkan nyali dan berusaha menyingkirkan kemungkinan buruk kalau --Nyonya dengan mata yang hampir keluar ketika marah itu--melemparkanku keluar jendela karena keterlambatan ku kali ini.

"Kau terlambat lagi Grace?" tanyanya sambil menarik kacamatanya sampai hidung. ciri khas guru killer di film-film.

Aku hanya mengangguk sebagai jawabannya. Seharusnya orang tua ini tak perlu bertanya.

"Berapa kali.."

"Hanya tiga kali," jawabku enteng.

"Aku bahkan belum selesai, Miss Jhonson!" tegasnya. "Berapa kali sudah kukatakan kalau kau jangan terlambat lagi karena nilai Matematika mu bisa membuatmu harus mengulangi pelajaran lagi tahun ini?"

Oh God, aku melupakan itu.

"Miss Grace Alicia Jhonson, do you hear me?!"

"I do, Ma'am ," jawabku.

***

"Hahaha"

"Aku tidak bisa membayangkan bagaimana wajah wanita setengah abad itu memarahimu."

Lauren.Sahabatku sejak kepindahanku ke London dari Kansas yang artinya sudah 5 tahun.

"Diamlah Orlandos!" kataku memutar bola mata jengah.

"Tapi kau seharusnya bersyukur sweetie, Mrs. Maddie tidak menyuruhmu mengerjakan soal matematika Sepuluh halaman," katanya masih tertawa. Menyebalkan.

Aku semakin menekuk wajah sampai seseorang menepuk meja kami. Ah, iya kami sedang di Kafetaria.

Dia Johnny Orlando. Laki-laki gila basket yang juga berstatus sahabatku.

"Hi, Jhons," sapaku malas.

Tanpa permisi dan mengabaikan sapaanku ia mendudukkan bokongnya di dekat Lauren. Tidak. Mereka bukan sepasang kekasih. Lebih tepatnya sepasang saudara.

"So, apa rencana kita untuk liburan musim panas ini?" tanya Jhonny dengan mengedipkan mata pada kami membuka percakapan.

"Kita?" Tanyaku menegaskan. Sejak kapan aku merencanakan liburan musim panas dengan kembar tak siam ini? Baiklah, meskipun Mom belum memberitahuku kemana kami akan berlibur mengingat kakakku Jane belum pulang dari kuliahnya . Ia selalu sibuk dengan tugasnya meski baru tahun pertama. well, itu pemikiran kuno. Lagipula perjalanan dari Paris ke London tidak semudah menjentikkan jari dan aku sangsi kalau Jane berniat pulang. Aku hanya khawatir bisa-bisa aku menghabiskan musim panas dengan bantal dan guling serta boneka panda kesayanganku dirumah jika ia tidak pulang (alasan keadilan antar keluarga -Mom-) . Ah, tidak seru sekali.

"Memangnya kau tidak mau berlibur dengan kami Grace Jhonnson ?" Tanya Jhonny.

"Tidak. Maksudku aku belum membicarakannya dengan Mom."

"Tinggal bicarakan setelah pulang sekolah. beres." Lauren mengangkat bahu dengan gaya santainya. Ingin sekali aku menimpuknya dengan kentang goreng didepanku.

"Atau kau saja yang bicara dengan Mom, Lauren?"

Lauren langsung terdiam dan cukup membuatku tersenyum puas penuh kemenangan.

"Aku mau," katanya kemudian.

Senyumku langsung berubah 180° menjadi seringai macan betina yang siap mencakar wajahnya.

Summer BlueWhere stories live. Discover now