2☀️

31 1 0
                                    

Part 2


Aku menuruni tangga dengan terburu-buru padahal tidak ada yang perlu dikejar. Aku akan memburu novel incaranku yang menurut informasi sudah tersedia di toko terdekat. Aku menelpon Lauren tapi katanya ia sedang menemani Aunt memasak makan malam untuk tamu Uncle Dale.

Aku memutuskan naik bus karena jaraknya cukup jauh.

Sampai di toko buku aku langsung menuju rak dimana novel itu berada. Tapi sudut mataku menangkap sesosok. Tidak. Bukan hantu atau semacamnya. Tapi seseorang yang kukenal. Aku bertanya-tanya dalam hati, kenapa aku sering sekali bertemu cowok ini untuk ukuran orang yang baru kukenal dan baru pindah ke kota ini.

Baiklah aku ingin bersikap ramah sekali-sekali.

"Hai, Will," Sapaku riang bagai matahari pagi.

"Oh, Hai Alice sedang apa disini?"

"Aku ingin membeli ini." Aku menunjukkan novel yang kupegang kepada William. Ia menatap seksama.

"Kau mau beli buku juga?" Itu pertanyaan paling norak selama hidupku. Jelas saja. Dia kan sedang di Toko buku, mana mungkin mau beli bikini.

"Aku akan membelikan hadiah untuk ibuku, Mom suka sekali membaca, Alice. Apa kau mau membantuku mencarikan novel yang bagus?"

Mata biru lautnya menusukku. Menarik. Oke, Grace kau mulai ngelantur. Sepertinya ia memang butuh bantuan.

"Tentu saja." Aku tersenyum manis.

Kami berkeliling ke setiap rak buku dan menemukan novel bagus. Sebuah novel romantis dan mengusung tema kuno seperti kisah Romeo dan Juliet. Tentu, setelah kubaca Sinopsisnya. Kupikir sepertinya orangtua menyukai buku seperti itu daripada buku kisah cinta remaja zaman sekarang.

"Sepertinya Ibumu akan suka ini." Aku menunjukkan buku itu kepada William yang sibuk memilih buku di jajaran Novel Teenlit. Astaga apa ia mengira ibunya masih remaja? Meski tidak ada salahnya sih, seorang ibu dengan anak yang sudah remaja membaca novel Teenlit.

William menoleh dan memeriksa buku itu.

"Kau benar. Di rak buku koleksi Ibuku, banyak sekali buku-buku kisah kuno dengan sampul yang, yeah... Sedikit membosankan seperti ini."

Aku mengernyitkan dahi lantas terkekeh.

"Kau norak sekali Will, novel sepertinya ini justru antik dan menarik," kataku.

William hanya tersenyum. Astaga ada apa dengan jantungku?

Setelah membayar novelku dan William membayar novel hadiah untuk ibunya lengkap dengan dibungkus kertas kado nan cantik.

"By the way Alice, terima kasih sudah membantuku memilih hadiah untuk Ibuku." William membuka suara saat kami melangkah keluar dari toko buku.

"Tidak masalah. Semoga Ibumu suka."

"Ya, kuharap mom menyukainya," katanya seperti bicara sendiri .

Kami menaiki bus bersamaan namun William berhenti tepat di dekat jalan menuju rumahnya.

"Apa kau mau mampir kerumahku, Alice? Humm... sekedar mencicipi kue buatan Ibuku? sebagai ucapan Terimakasihku ." William masih berdiri di dekat tempat dudukku.

"Hmm sepertinya tidak sekarang Will, mungkin nanti-nanti," kataku tersenyum.

"Oke, aku duluan. Bye!" Aku balas melambaikan tangan dan William sudah turun dari double decker.

***

Besok adalah hari pertama musim panas sekaligus hari dimana Band Asher akan tampil sebagai pengisi acara. Ah, tak sabar rasanya. Lagipula kenapa juga aku haru se-tidak sabar ini? Bukankah aku hanya sebagai penonton kebanyakan? tapi, siapa peduli? aku tetap senang karena untuk pertama kalinya melihat pujaan hatiku menyanyikan lagu terbaiknya untuk mengawali musim panas ini. Apa yang sudah ku katakan?.

Summer BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang