15☀️

10 1 0
                                    


Keesokannya aku harus kembali sekolah. Meski kejadian kemarin tak pernah bisa kulupakan dan Mom hampir sepuluh kali menyuruhku untuk tetap di rumah saja tapi aku bersikukuh untuk tetap bersekolah. Lagipula aku sudah cukup tidur nyenyak semalam.

Aku menyelesaikan ritual pagi dan segera turun untuk sarapan bersama Mom dan Dad.

"Kau yakin akan sekolah hari ini?" Tanya Mom.

Aku memutar bola mata.

"Mom.. kau sudah sebelas kali menanyakan itu," kataku.

Mom menghela nafas. Dad menepuk pundak mom dan menggumankan 'sudahlah-biarkan dia'

"Grace, kau sebaiknya cepat berangkat, seseorang menunggumu di luar." Dad berkata sambil menahan senyumnya.

"Siapa Dad? Dan aku bahkan belum sarapan."

"Will menunggumu di luar, kau sarapan di sekolah saja ya." Mom menyerahkan kotak bekalku.

Mataku langsung berbinar. Will tidak bilang akan menjemputku pagi ini. Rasanya ribuan kupu-kupu sudah berterbangan di perutku sekarang.

"Baiklah Mom, Dad aku berangkat." Aku mencium pipi Mom dan Dad bergantian dan segera berlari keluar.

Setelah sampai di ambang pintu aku melihat mobil Will sudah terparkir di sana. Aku yakin dia pasti ada di dalam.

Aku mengetuk kaca mobilnya yang membuat si empunya menoleh.

Will membuka pintu mobil dan tersenyum padaku, tentu saja aku membalasnya tak kalah lebar.

"Kau tidak bilang mau menjemputku," kataku.

"Kejutan!"

Aku memukul bahunya pelan dan tertawa. Aku melihat Will yang berbeda sejak aku mengenalnya. Dulu kukira dia adalah seorang yang kaku dan tidak pandai bergaul tetapi aku salah. Dia bahkan bisa bersikap manis padaku dan aku beruntung untuk itu.

Dia menarik kepalaku dan mencium puncak kepalaku lembut.

"Good morning," ucapnya.

Astaga Will berhentilah membuatku melayang seperti ini.

"Kita bisa terlambat kalau begini Will," potongku.

Dia tertawa dan hendak membukakan pintu mobil untukku tapi aku menarik lengannya sebelum ia melakukannya. Aku bukan tipe gadis yang suka di layani layaknya seorang putri.

"Aku bisa sendiri," kataku tersenyum.

Will mengerutkan dahi bingung.

"Bukankah setiap gadis selalu senang jika di bukakan pintu mobil?" Tanyanya.

Aku mengangkat alis.

"Tapi gadismu ini bukan salah satu dari gadis-gadis itu, Will." Aku tersenyum padanya. Pipi Will memerah dan aku tidak tahan untuk tidak tertawa.

"Kenapa kau tertawa?" Tanyanya.

"Bukan apa-apa, ayo kita berangkat." Aku segera masuk ke mobilnya dan Will masuk dari sisi kemudi.

"Kau di kelas apa pagi ini?" Tanya Will membuka percakapan saat kami dalam perjalanan.

"Sejarah, bagaimana denganmu?" Tanyaku.

"Mungkin musik?"

"Hei, kau bahkan tidak tau pelajaranmu?" Tanyaku keheranan.

"Jadwalku ada di loker," jawabnya.

Aku menghela nafas tak habis pikir. Semoga saja memang benar pelajaran musik, karena Mr. Harold memang jarang memberikan tugas dan Will tidak perlu dihukum jika pelajaran nya selain itu dan ternyata ada tugas yang di berikan.

Summer BlueWhere stories live. Discover now