30☀️

10 1 0
                                    

"A-aku.."

Grace menunggu apa yang ingin di ucapkan Will tanpa berniat memaksanya.

"A-aku akan kembali ke Dublin." Will seperti menghela nafas yang sejak tadi ia tahan setelah mengatakan itu. Grace sontak membulatkan matanya.

Grace terdiam berusaha meresapi setiap Kata perkata yang di lontarkan Will.

"Apa maksudmu adalah menetap di sana dan tidak kembali lagi? Bisa kau jelaskan kenapa?"

Will tertunduk berusaha mencari kata-kata yang tepat.

"Alice, aku janji akan kembali." Will meraih tangan Grace menggenggamnya.

Grace melepaskan genggaman Will pelan dan berusaha tersenyum meski air matanya sudah ingin tumpah sejak tadi.

"Kau belum menjawab pertanyaan kedua Will, apa yang membuatmu harus kembali ke sana?" Tanya Grace.

"Grandma yang memintanya, beliau sedang sakit dan membutuhkan kami di sana, tapi aku juga bingung kenapa kami harus pindah."

Will menangkup wajah Grace dan menatapnya lekat. "Aku janji akan kembali lagi jika urusan apapun di sana sudah selesai."

"Aku tidak akan melarangmu kemanapun kau pergi, pergilah! Semoga grandma-mu segera sembuh," ucap Grace berusaha tersenyum tapi air matanya tidak bisa berbohong. Grace merutuki air mata yang tanpa seizinnya jatuh begitu saja membahasi pipinya.

Will yang melihat hal itu merasa di tusuk ribuan jarum tepat di jantungnya. Dia tidak ingin melihat gadisnya menangis tapi situasi ini juga membuatnya tidak tenang sekaligus bingung.

Will mengusap air mata di pipi Grace dengan lembut.

Hati Grace seolah teriris sejak Will mengatakan akan pergi tapi dia sadar kalau dia tak memiliki hak untuk sekedar melarang Will. Gadis itu berdiri dan berusaha menjauh meninggalkan Will. Panggilan laki-laki itu tak di hiraukannya. Grace melepas heels yang karena kesulitan berjalan dan memaksa kakinya yang sakit agar menjauh dari Will. Tapi tangan seseorang melingkari pinggangnya dan memeluknya dengan erat dari belakang.

"Alice, maafkan aku, aku tidak bisa berbuat apa-apa, aku harus menuruti perkataan Mom." Will membenamkan kepalanya di leher Grace.

Grace menghela nafas dan berbalik menghadap Will. Tangan kecilnya menangkup wajah Will dan berusaha tersenyum walau sebenarnya ia rapuh.

"Hei, aku tidak melarangmu kemanapun, dan kau memang harus menuruti ibumu, keluargamu lebih penting dari apapun." ucap Grace tulus.

"Apa kau tidak tau kalau kau juga sama pentingnya untukku?" Grace hanya terdiam tak bisa menahan air matanya.

Will memeluk Grace dengan erat begitupun dengan Grace yang membalasnya tak kalah erat. Air mata yang berusaha ia hentikan kini jatuh lagi. Kemeja yang di kenakan Will basah karena air matanya.

Will menarik dagu gadisnya pelan dan menatapnya dengan pandangan sulit di artikan. Will mulai menempelkan bibirnya di bibir Grace yang selalu membuatnya tergoda dan menciumnya lembut dengan gerakan lambat. Grace tak kunjung membalasnya sampai akhirnya Will melepas ciumannya dan menatap Grace tepat di matanya.

Grace mengigit bibir berusaha menahan air matanya agar tidak tumpah kembali.

"K-kiss me!" Perintah Grace dengan suara serak akibat tangisnya.

Will mengangguk pelan dan mencium Grace sekali lagi. Kali ini gadis itu membalasnya. Ciuman lembut dari bibir Will semakin membuat hatinya teriris mengingat ini bisa saja menjadi ciuman terakhir mereka sebelum Will akan meninggalkannya negara asalnya.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Aug 16, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Summer BlueWhere stories live. Discover now