28☀️

3 1 0
                                    

☀️☀️💙

Ini adalah kelegaan sekaligus kesedihan karena itu artinya sebentar lagi aku akan meninggalkan sekolah ini. Iya, ujian akhir yamg dilaksanakan seminggu kemarin sudah selesai hari ini. Aku sudah harus menyiapkan diri untuk melanjutkan hidupku lebih dewasa lagi. Dan yang paling membuatku tak sabar adalah Prom night. Ku dengar Johnny mengajak Nichole meski gadis itu masih di year 10 tapi hal itu bukan masalah. Sedangkan Lauren memilih untuk tidak ikut karena memang tidak ada yang mengajaknya. Tapi kutahu, Lauren sebetulnya sedang dekat dengan seorang bernama Steve. Johnny yang mrmberitahuku tentu saja.

Benar saja, dari ujung koridor aku melihat Lauren berjalan dengan seorang laki-laki berambut blonde. Ah, manis sekali. Aku tak mau mengganggunya karena ingin bertemu Will yang sudah menungguku di depan sekolah. Karena dia akan mengantarku pulang.

Aku mempercepat langkahku menuju gerbang dan mobil Will sudah terlihat di sana karena memang sudah banyak murid yang pulang.

"Hai," sapaku.

Will membalasku dengan senyuman dan mencium keningku singkat. Oh kupu-kupu di perutku dengan bebas berterbangan.

"Bagaimana ujian sejarahmu?"Tanyanya. Ujianku terakhir adalah sejarah sekaligus sebagai penutup ujian akhir.

"Not bad, aku bisa menjawabnya. Bagaimana denganmu?" Tanyaku.

"Yeah, not bad," balasnya mengangkat bahu dan terkekeh.

Will menuntunku menuju mobil dan kami akan ke Orlandos kafe hari ini. Dalam beberapa menit kami sudah sampai dan memasuki kafe yang selalu ramai itu.

Will menggandengku menuju salah satu meja yang terletak di ujung dan dekat kaca sehingga kita bisa melihat jalanan di luar. Beberapa double decker terlihat lalu lalang menambah suasana London yang pekat.

"Hai Grace," sapa seorang pelayan Kafe. Namanya Marieta. Dia sudab bekerja di sini sejak Kafe ini di buka. Begitu kata Uncle Dale saat mengenalkanku dengan Marieta dulu.

"Hai Marie, apa kabar?" Aku memeluknya. Wanita berusia kurang lebih 40 ini sangat ramah pada siapapun terutama pada orang yang ia kenal. Marie membalas pelukanku hangat.

"Aku baik, bagaimana denganmu?"

"Yeah, as you can see." Aku membalas terkekeh.

Belakangan ini Marie tidak terlihat karena ia mengambil cuti dan mengunjungi keluarganya.

"Kalian mau pesan apa?"

Aku melihat ke arah Will dan dia mengangkat bahu menyerahkan keputusan padaku. Marie hanya menatapku dengan tatapan menggodaku.

"Milk tea dan kentang goreng saja."

Marie mengangguk namun sebelum sempat membisikkan sesuatu di telingaku.

"Pacarmu tampan," bisiknya mengedipkan mata sebelum pergi. Aku hanya tersenyum merona.

Marieta kembali dengan membawa nampan berisi pesananku dan Will. Kami mengucapkan terimakasih dan Marie lagi-lagi melirikku dan Will lalu mengedipkan matanya menggoda kami berdua. Aku menatapnya kesal dan Will hanya terkekeh.

"Kenapa semua orang suka sekali menggoda kita," ucapku kesal.

"Itu artinya kita pasangan yang serasi." Will berucap lalu memasukkan kentang goreng ke dalam mulutnya.

Akupun ikut menyeruput Milk tea pesananku yang sama dengan Will. Sebuah tangan menyentuh tanganku lembut. Siapa lagi kalau bukan Will. Aku mengerutkan dahi bingung.

"Well, aku tau ini  sangat klise dan tidak romantis sama sekali, tapi.." Will menghela nafas pelan. "Will you be my prom date?"

Aku merasakan pipiku menghangat dan aku yakin wajahku memerah sekarang. Memang klise, karena kami sudah berpacaran dan tentu  saja Will yang akan menjadi pasanganku saat Prom nanti tapi kenapa dia begitu gugup? Bahkan lebih dari ketika dia menembakku waktu itu meski aku tau dia susah payah menyembunyikan kegugupannya.

Summer BlueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang