17☀️

11 1 0
                                    

👆
👆
👆

Mulmed: David

☀️☀️☀️


Sudah seminggu sejak peristiwa itu dan itu artinya sudah seminggu aku berpacaran dengan Will. Kami tetap menjaga jarak saat di sekolah. Lauren dan Johnny sudah mengetahui hubungan kami.

"Kau keterlaluan baru memberitahu kami sekarang, Grace." Lauren memasang tampang kesal saat aku memberitahunya di Kafetaria. Johnny menepuk-nepuk bahu Will mengucapkan selamat. Will hanya menggaruk tengkuknya terkekeh.

"Aku sudah memberitahumu sekarang, oke? Jadi tak perlu marah-marah." Aku membalasnya.

"Terserah kau saja, omong-omong sejak kapan?" Tanya Lauren.

"Sejak malam aku di culik?" Aku berkata ragu.

"Astaga? Benarkah? Kalian sudah gila?" Kali ini Johnny yang berseru.

"Memangnya kenapa?" Tanya Will.

"Itu sama sekali tidak romantis, dude!" Johnny menatap Will tak percaya. Will hanya memutar bola mata jengah.

"Terserah kau saja, Jhon." Aku membalas.

Back to the currently.

Itu kejadian beberapa hari lalu dan sekarang aku menunggu Will untuk menemuiku di halte. Kami hendak menaiki bus untuk ke rumah sakit.

Aku melihat ke arah kiri dan melihat Will berlari seperti habis di kejar makhluk gaib.

"Ada apa?" Tanyaku bingung.

"Aku takut kau terlalu lama menunggu jadi aku berlari," jawabnya masih mengatur nafas.

Aku tak habis pikir dia sampai berlari seperti itu hanya karena takut aku terlalu lama menunggu.

"Astaga Will, aku baru beberapa menit lalu sampai di sini kau tak perlu berlari seperti itu."

Aku mengeluarkan sapu tangan dari dalam tasku dan menghapus keringat di wajahnya.

"Thanks," ucapnya tersenyum.

Will menggandeng tanganku saat kami hendak menaiki bus bertingkat. Hanya ada beberapa penumpang di dalam Bus itu. Seorang pria dan seorang wanita muda mengenakan pakaian kantor.

Kami turun dari Bus dan masuk ke halaman rumah sakit. Tujuan kami adalah menjenguk David. Dia harus di rawat karena tembakan Will malam itu.

"Kau duluan saja aku mau ke toilet sebentar," ucap Will.

Aku mengangguk dan dia segera berlalu. Aku menuju kamar David setelah bertanya pada  perawat. Aku mengirim nomor ruangan David pada Will agar dia bisa menyusul.

Aku membuka pintu ruangan itu pelan. Aku seperti dejāvu saat menjenguk Will dulu. Ini benar-benar kebetulan yang tak di sangka.

"Hei David," sapaku.

David yang sedang berbaring di ranjang menoleh dan memasang wajah terkejut melihatku tapi senyum nya seketika mengembang.

"Hei." Aku membalas senyumnya.

"Bagaimana keadaanmu?" Tanyaku sambil meletakkan keranjang buah yang ku bawa dari rumah.

"Lebih baik," jawabnya. "Kau sendiri?"

"Aku bersama Will, tapi dia akan menyusul sebentar lagi."

Kami hanya diam.

"Kenapa kau mau menjengukku?" Tanya David.

Summer BlueWhere stories live. Discover now