Kak Alvino gila!

26 10 0
                                    

"Dan kamu Pak Vino! Apa kamu tau resikonya mendukung orang yang bersalah di sekolah ini!?" bentak wanita paruh baya tersebut.

Siapa lagi wanita paruh baya itu bukan lain adalah Bu Enjen?

Pak Vino menatap Bu Enjen datar. Lalu mengangkat sebelah alisnya keatas. Seolah-olah ia bertanya pada bu Enjen 'apa urusan ibu dengan saya jadi asisten?' hanya dengan isyarat alis pun bu Enjen sudah mengetahui hal tersebut.

"Karena saya memiliki peran dan jabatan penting dissekolah ini." jawab bu Enjen lantang.

"Baru peran dan jabatan aja sudah sombong, belum lagi kepala sekolah." cibir Delia

"Hey!! Kamu berani dengan saya?" bentak bu Enjen pada Delia.

"Saya?" tanya Delia menunjuk dirinya sendiri dengan jari telunjuknya.

"Iya! siapa lagi kalau bukan dirimu kamu berani menantang saya?"

"Oh tenang aja bu saya takut dengan ibu, ya ampun... takut sekali" ejek Delia yang membuat bu Enjen emosi di ubun-ubun.

"Dasar! Murid kurang ajar!!" pekik bu Enjen lalu pergi meninggalkan mereka berlima termasuk dengan Erza yang selalu sembunyi dibelLivalpantat emaknya.

Sepergian bu Enjen dan Erza. Kelima manusia itu tertawa lepas.

"Hahahaha pasti malu bat dia, awokawoka" tawa Delia keras sekali.

"Anjirr kalah debat ma murid sendiri,?" sambung Ziya.

"Itu belom karma!" ujar Liva dengan wajah juteknya.

Mendengar kalimat tersebut sontak keempat orang yang ada disampingnya terdiam. Lalu menatap aneh kepada Liva.

"Lo tadi ngomong apa Va?" tanya Fani dengan wajah polosnya.

"Enggak apa-apa!" jawab Liva cepat lalu meninggalkan ketiga kawannya tersebut dengan mulut yang menganga. Demi apapun deh mereka bertiga bingung dengan jalan pikiran Liva. Sedagkan Kak Al hanya memasang muka datarnya.

"Yaudah ah kita pulang aja!" ujar Ziya. Yang membangunkan Delia dari alam shock-nya.

Liva pulang diantar Ziya, sedangkan si Fani dijemput kakaknya. Dan Delia pulang sendiri. Kak Al sih tentunya pulang sendiri lah!

***

Sesampainya dirumah, seorang lelaki tampan membuka jaket yang ia kenakan tadi. Setelah itu ia membantingkan tubuhnya diatas rajang yang cukup untuk berdua, namun ia hanya sendiri saja. Ia mengeluarkan benda pipih dan mengotak atiknya. Dia membuka aplikasi Instagram dan mengetik suatu nama ditemoat pencarian.

Setelah menemukan siapa pemilik nama itu. Dia membuka beberapa foto yang di post cewek cantik yang bernama Liva. Ya.. lelaki itu mencari instagram-nya Liva.

"Cantik" ucap lelaki itu tak sadar.

Lelaki itu tak lain adalah pak Vino, guru sekaligus asisten Liva dan teman-temanya.

Saat sedang asik-asiknya kak Al memandag wajah manis Delia. Tiba-tiba saja panggilan masuk. Dengan segera pak Vino menekan tombol hijau, lalu menggeserkanya ke atas untuk mengangkat telepon itu.

"Hallo?" ucap pak Vano.

"Hallo, kak lo bisa ke alamat ini sekarang enggak?" suara seorang cewek dengan nada khawatir.

"Emang kamu dimana?" tanya kak Al lalu merubah posisinya yang semula tidur untuk bangkit duduk. Karena mendengar suara cewek yang idolakan terdengar panik.

Ya... memang kak Al mengidolakan dengan Liva. Yang menelfon ternyata adalah Liva. Dan ia mau jadi asisten juga gegara ingin dekat dengan Liva. Diam-diam dia jadi fans-boynya. Cewek berusia empat belas tahun ini karena kejutekannya telah membuat lelaki tampan mengidolakannya. Sedangkan hatinya menyukai Delia, ia hanya tertarik denga keberanian Delia saat sidang BK kemaren. Karena dia sudah dua puluh satu tahun. Selisih diantara kak Al dan Delia, tujuh tahun. Dan kak Al menyadari itu, jadi ia berusaha mungkin buat mengubur perasaan itu. Enggak mungkin juga ia memacari muridnya yang duduk dikelas IX SMP.

NK 4 (Nae Kkum)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora