Stay with me✔

212 44 3
                                    

Keluarga merupakan sesuatu harta yang paling beharga, tidak bisa tergantikan juga menjadi tameng untuk saling melindungi. Tapi Bagaimana jika keluargaku jauh dari semua kata itu. Dari kecil ibu selalu sibuk dengan pekerjaan nya, dan ayah? Sama tapi yang jelas waktu ayahku lebih banyak dari pada ibu yang sama sekali tidak ada waktu untuk anaknya. Masa kecilku di hiasi dengan kesunyian tidak ada pelukan hangat sebelum tidur, tidak ada buku cerita jika aku tidak bisa tidur.

Tapi kesunyian ku mulai menghilang saat aku bertemu mereka—Anak-Anak dari rekan bisnis ibu dan ayah. Kami bertemu saat acara makan malam.
Saat itu kami berumur 7 tahun. Dan saat itu Persahabatan kami di mulai, kami sering menghabiskan waktu bersama, bercerita bahkan sering membuat masalah.

Sama seperti hari-hari lain nya hidup kami bahagia bercanda saling menguatkan. Mereka selalu ada saat aku hancur, saat aku kehilangan ayah dan hingga. Satu kata menghancurkan segala nya cinta. Benar kata orang jika persahabatan antara prempuan dan laki-laki itu tidak pernah tulus tampa melibatkan kata cinta. Karna kata itu persahabatan kami hancur. Segalanya lenyap sudah. Persahabatan yang pada awal saling menyayangi berubah menjadi saling membenci.

"Nona, anda sungguh tidak apa-apa?"
Usapan lembut dari bibi Nam menyentakan ku kembali ke dunia nyata.

Sebuah kenangan indah bersama mereka sudah tiada hidupku benar-benar tidak ada artinya sekarang.

"Sudalah aku sungguh baik-baik saja jangan khawatir."

Bibi Nam dia seperti ibu kandungku yang menjagaku saat semua orang pergi. Bahkan saat kondisiku yang mengenaskan dia selalu ada dan selalu mengkhawatirkanku. Terkadang aku berpikir sebenarnya siapa sebenarnya ibu kandungku?

"Makan lah lalu tidurlah nona. Dokter Jung sudah memberi obat untuk mu."

Obat? Obat apa lagi yang akan lebih menghancurkanku, hahaha lucu sekali bibi Jung itu hanya akan membuat ku semakin hancur. Obat ku hanya satu Myungsoo kembali lagi dengan kondisi selamat.

"Tidak! Aku ingin dia...."

Aku benar aku hanya ingin dia maka aku akan menjalankan hidupku dengan senang hati.

"Jiyeon jangan keras kepala."

Ibu? Kenapa dia perduli padaku bukankah dia sedang bersenang-senang dengan calon suaminya itu. Dan baruku sadari bahwa bibi Nam sudah keluar dari kamarku meninggalkan ku dengan ibu dalam suasana yang canggung bercampur ketegangan.

"Bukan nya kau sudah melupakan dia—Pria itu kau sendiri yang mengenalkan nya sebagai kekasihmu?"

Lancar sekali bibir wanita ini mengatakan hal rendan seperti itu, aku menatapnya sembari mengukir seringai mengejek.

"Aku bukan ibu yang mudah melupakan seseorang yang ku cintai."

Perkataan ini jelas membuat raut wajah ibu teekejut, dan juga terlihat jelas dari wajahnya dia sedang menahan kekesalan nya. Mungkin jika aku tidak dalam kondisi seperti ini dia akan menamparku.

"Park Jiyeon!"

"Kenapa? Ahh bukan nya sebentar lagi namaku akan menjadi Jeon Jiyeon?"

Brakk!!!

Suara pintu kamarku yang di tutup dengan keras dan tentu saja pelakunya adalah ibu. Aku tau dia lebih memilih pergi agar tidak melakukan hal yang semakin membuat ku sakit. Seperti menamparku mungkin? Aku lelah sangat-sangat lelah aku ingin bangkit tapi kenapa sangat susah. Aku membutuhkan mereka tapi mereka benar-benar membenciku.

. . .

Di tempat lain Kim Taehyung harus berdebat dengan perasaan nya sendiri dia tidak tau harus melakukan apa. Dirinya semakin bingung dengan kehidupan Jiyeon masalalunya dan keluarganya Jiyeon. Juga Taehyung semakin yakin jika Jiyeon adalah wanita itu.

[1] Me And All The Darkness✔Where stories live. Discover now