6. Pacar?

234 54 41
                                    

Semakin Sashi mengenal Erwin, semakin ia pikir jika laki-laki itu memang lumayan untuknya. Bagaimana Erwin yang selalu ada tiap ia butuh sesuatu, atau ketika perempuan itu ingin pergi ke suatu tempat. Hebatnya, beberapa kali ia bahkan diantar oleh laki-laki itu ke kantornya yang kemudian menciptakan sebuah rumor di kalangan karyawan kantor lain.

"Eh, Sashi udah punya pacar lho sekarang. Ganteng banget, mirip artis Korea Im Siwan."

Sashi sebenarnya agak risih, tapi ia tak berusaha menutup rasa bangganya ketika orang-orang bilang Erwin itu mirip artis Korea. Artinya, ia sungguhan tampan, 'kan?

"Lancar nih sama sepupu gue?" Sebentar lagi jam istirahat siang. Sashi sudah mematikkan laptopnya dan berniat untuk pergi. "Eh, mau kemana? Nggak makan siang bareng gue sama Mima lagi hari ini?"

Perempuan itu menggeleng kecil. Senyumnya masih nampak indah di bibir berpulas gincu berwarna pink cerah. "Gue udah ada janji makan siang di luar."

"Erwin?" Anggukan Sashi seketika membuat Lucas membulatkan matanya dan memasang wajah terkejut yang sangat menggelikan. "Ah gila, kok kalian progress-nya cepet banget? Kayaknya baru seminggu deh kenalan. Sedangkan gue? Nggak maju-maju dari zaman batu."

"Suruh siapa jadi cowok lemot? Lo sih terlalu bertele-tele."

"Bertele-tele gimana? Udah gue coba ajakin keluar tiap hari, ajakin makan, pulang bareng, telponan tiap malem. Apalagi?"

Sashi tersenyum prihatin. Ia sudah menggendong tasnya lalu menepuk sekali pundak fotografer jangkung di hadapannya itu. "Sabar ya, lo kayaknya emang kurang hoki."

"Dih gegayaan lo, kayak yang udah jadian aja sama sepupu gue."

"Ya siapa tau ntar lagi jadi beneran, 'kan?"

"Ngarep?"

"Nggak sih, biasa aja."

Lucas mencibir. "Bohong banget!" Lalu menjentikkan dahi Sashi yang tertutup poninya.

Tapi sungguh, kalau ditanya apa dia berharap bisa berakhir dengan Erwin? Maka Sashi akan jawab, mungkin saja. Sejauh ini, laki-laki itu nampak sangat baik. Dia sangat menghargai Sashi dan menghormati segala hal yang bisa dan tidak bisa, mau dan tidak mau perempuan itu lakukan.

Hanya saja jika dipikir kembali, waktu seminggu perkenalan apa tidak terlalu singkat? Mungkin benar seminggu ini Erwin baik, tapi bagaimana jika pada minggu kedua? Apa dia tetap baik?

Bagaimanapun, Erwin tetaplah orang baru dalam hidupnya. Seseorang yang tidak bisa ia ketahui sifatnya luar dalam hanya pada seminggu pertemuan. Ia butuh mengenal laki-laki itu lebih jauh lagi.

"Udah ah, gue kebawah sekarang." Sebenarnya ponsel Sashi sudah berdering sejak tadi. Menampilkan beberapa pesan dan Erwin yang mengatakan jika dia sudah ada di parkiran bawah. Menunggunya untuk segera turun. "Di-chat mulu sama sepupu lo, nih."

"Awas lho, Erwin anaknya posesif."

Lucas tertawa menggoda. Menepuk puncak kepala Sashi kecil dan membiarkan perempuan itu berlalu. Mengabaikan perkataanya barusan.

Erwin tidak nampak seperti orang yang posesif.

At least, hingga detik ini.

***

"Lucas di kantor?" Adalah bagaimana Erwin berusaha membuka percakapan mereka ketika Sashi masuk ke dalam mobil. Duduk di kursi penumpang depan dan lantas menggunakan sabuk pengamannya.

"Yup, dia bahkan tadi ngajakin gue makan siang bareng di kantin," aku Sashi. Tasnya sudah ia letakkan di bangku penumpang belakang. Memberikan perempuan itu perasaan lengang dan leluasa. "Tapi nggak mungkin gue iyain, kan udah janji sama lo."

The Pisces's Choice✔Where stories live. Discover now