10. Double Date

211 51 27
                                    

Satu-satunya yang Sashi ingat, setelah pertemuan mereka siang itu, ia dan Zeno seakan makin mendekat. Benar, mereka memang seperti kembali ke masa saat kuliah dulu. Tapi dibalik itu, ia paham jika kedekatan mereka yang terjalin kini jauh lebih rekat dari apa yang pernah mereka lewati dulu.

Sama halnya seperti saat bersama Erwin, Zeno suka menjemputnya di saat makan siang. Mengajaknya pergi kemanapun tempat yang perempuan itu inginkan. Kadang, adik tingkatnya itu juga menyempatkan diri untuk mengangatarnya pulang. Mengobrol sepanjang malam di telepon, bahkan tertawa bersama hingga nyaris dini hari.

Sesuatu yang jarang Sashi mau lakukan mengingat pekerjaannya menuntut perempuan itu untuk bisa bangun pagi. Tapi dengan Zeno, semua terasa berbeda. Apalagi ketika laki-laki itu menawarkan diri untuk menyanyikan lullaby manis dengan gitarnya yang kemudian akan membawa Sashi terlelap dengan damai.

Mima menyadari itu. Dia tahu jika Sashi kembali menjadi perempuan yang nampak seperti remaja sedang jatuh cinta. Percis ketika awal-awal sahabatnya kenal dengan Erwin. Bahkan menurutnya, ini lebih gila lagi. Karena Sashi tiba-tiba jadi senang melamun sambil senyum-senyum sendiri.

Oke, sahabatnya itu memang punya hobi melamun. Tapi tidak dengan senyum-senyum sendiri. Sampai Mima kadang merinding dibuatnya. Bukan Mima saja, sejujurnya. Termasuk Lucas dan teman satu ruangan mereka yang lain.

Seperti saat ini, ketika Lucas yang lebih dulu menghampiri bilik Mima dan melirik Sashi dengan pandangan ngeri sambil mengusap kedua lengannya. Pura-pura merinding. "Ma asli, ruangan lo akhir-akhir ini kayak ada aura-aura negatifnya gitu. Serem banget, tau nggak? Tiap gue masuk sini, bawaannya merinding mulu."

Sashi dengar itu. Dia juga paham jika Lucas sedang menyindir dirinya. Tapi perempuan itu memilih untuk tak acuh. Kembali tenggelam dalam ingatan tentang bagaimana Zeno menyanyikan sebuah serenade untuknya kemarin malam.

Dia sendiri tidak mengerti, apakah yang ia rasakan ini sebatas baper semata atau ada hal lainnya? Apa iya, Sashi semudah itu untuk jatuh cinta? Meski beberapa waktu lalu Erwin memang sungguh sempat menyentuh hatinya, tapi jujur, perbuatan Zeno terasa lebih tulus dari pemilik gerai The Stars and Magic itu. Apalagi dia sesungguhnya tahu bahwa adik tingkatnya menyimpan rasa yang lebih sejak lama. Dan bahkan bertahan hingga detik ini.

Bagaimana mungkin dia tak luluh?

"Jangan deket-deket dia, Cas. Bentar lagi kayaknya mau kesurupan." Sekali lagi, Sashi tahu Lucas dan Mima sedang memandanginya dengan tatapan selidik. Lontaran ucapan mereka bahkan jadi bahan tertawaan geli karyawan yang masih tersisa di ruangan kala itu. "Asli, kemarin Erwin nggak sampe bikin Sashi jadi nggak jelas begini. Masa iya, si Zeno sedashyat itu pengaruhnya?"

"Emang Zeno-Zeno yang lu ceritain ini gimana, dah? Penasaran gue." Satu tangannya menyapu setengah meja milik Mima. Menumpuk beberapa berkas yang bisa ditumpuk sehingga menyisakannya ruang untuk naik dan mendudukan diri di sana. Tapi tak berselang lama, Lucas menerima satu jeweran di telinga dari perempuan itu. "Aduh, Ma. Apa-apaan sih lo? Kok seenaknya jewer telinga gue?"

"Udah berapa kali gue bilangin untuk jangan sembarangan naruh pantat burik lo di atas meja gue?"

"Kan, gue capek berdiri, Ma. Numpang duduk sebentar nggak boleh apa?"

"Ya jangan di meja gue lah!" sungutnya sebal lalu melepaskan jeweran itu. Tersenyum puas melihat Lucas yang mengelus telinganya dan turun dari meja. "Cari kursi lain apa, kek! Atau noh, ngeleseh juga boleh."

"Ngeleseh? Enak aja."

Fokus keduanya yang sedang adu mulut terganggu oleh suara ponsel Sashi yang nyaring. Mereka serempak mengalihkan pandangan ke arah perempuan itu yang kembali tersenyum dengan sendirinya.

The Pisces's Choice✔Where stories live. Discover now