2 ➵ pamer

10.4K 1.4K 136
                                    

Biar bisa pamer.

[]

Dia mengerjapkan matanya lagi. "Hah? Apa? Oh ya, ayo pulang. Tapi tunggu... lo siapa ya, btw?"

Haduhh, pakai acara amnesia lagi!

"Gue, Roseanne, sekretaris bokap lo! Bisa dimengerti, Mr. Sleepy Head? Dan, for your information, Asus ROG yang menjadi nyawa lo malam ini telah disita!" Gue berseru keras di telinga gantengnya.

"LATOP GUE?! LO NGE-JOKE, YA?!" Dia balas berseru. Dua kali lebih keras, serasa ngomong sama toa masjid gue.

"Emang. Gak mungkin juga gue jujur."

Gue melanjutkan seraya menatapnya sebel, "Lo, mau nginep di ruangan gue yang suci atau pulang?"

Dia mengerjapkan mata dan menghembuskan napas lega. "Huft, gue kira laptop gue beneran disita. Ayo, pulang. Gue anter."

Gue berjalan lebih dulu, meninggalkan dia yang masih ngumpulin nyawa.

[]

Gue awalnya berniat mencak-mencak kesal selama duduk di mobil dia. Biar dia tau semua kekesalan gue terhadap dia.

"Lo tuh, ya! Tau gak, gue yang ngejagain elo malam ini! Bukan lo! Jadi seharusnya lo bersyukur dan berterima kasih ke gue, karena gue gak ngelaporin perbuatan inpolite lo itu ke Bu Yoona alias nyokap lo! Juga, lo itu seharusnya tau, sofa di ruangan gue itu putih! Jadi, sneakers lo yang bagus itu gak seharusnya menginjakkan kaki tanpa adab di body-nya. Terus juga, lo tadi liat karpet gue yang glowing itu, kan? Pasti lo liat, karena kalau lo gak liat, mata lo gak ada akhlak. Itu baru di-laundry, tau! Lo gak harus lepas sepatu, sih, tapi gue kesel! Gue capek harus lembur, dan lo seenaknya udelnya menginjak furniture mahal gue! Gue bukannya gak ikhlas, tapi tadi sinyalnya gak bagus. Jadi buffering ikhlasnya. Intinya tuh, lo ngeselin!"

Tapi semua itu hanya khayalan gue.

Realitanya? Gue duduk mingkem kayak kena lem Korea di pantat. "Makasih untuk tumpangannya. Btw, kita belum kenalan."

Dia berdeham singkat. "Jung Jaehyun. Dua puluh enam tahun. Ganteng sejak lahir. Kaya sejak lahir. Prince charming sejak lahir."

Gue menganga tak percaya saat mendengar bentuk percaya diri kelebihan yang dia punya. "Oke, itu berlebihan. Banget."

"Nama lo? Oh iya, Roseanne Park," sahutnya santai.

Gue mengernyit. "Kok lo bisa tau?"

Dia mengedikkan bahu. "Ada di ruangan lo. Tadi juga lo nyebut. Lupa boleh, bego jangan."

What?! Dia ngatain gue bego?! Sembarangan banget, Upil Kuda Nil!

Gue mendecak. "Umur kita sama. Tapi kelakuan kita beda. Lo lebih cocok jadi... bocah SMA yang hobinya main PUBG."

"Whatever. Gue gak peduli dengan tanggapan lo tentang bocah SMA karena itu artinya gue muda. PUBG? Itu emang game favorit gue. And, lo aja yang ketuaan."

Gue makin tak percaya dengan kata-kata yang dia lontarkan. "Wah, emang gak ada akhlak. Gue ini glowing, gak cocok buat tua!"

Dia menukas, "Nenek-nenek juga glowing kalau ketumpahan minyak."

Gue hampir aja menabok dia dengan tas Prada gue, tapi gue tahan. Secara gue sadar, tas gue terlalu berharga untuk menyentuh pipi berdosanya dia. Juga, kalau gue tetap mendaratkan tas ini ke muka dia, bisa-bisa gue kehilangan penghasilan untuk beli tas keluaran terbaru bulan depan.

"Oke, fine. Terserah lo mau ngatain gue apa. Lo kerja di mana? Jung Enterprise kayaknya kebagusan nerima orang kayak lo."

Dia mendengus. "Gue lagi kuliah pasca sarjana. Bisnis. Gue penerus Papa. Asal lo tau, gue itu calon bos lo."

Gue mendecih dan mengedikkan bahu. "Bodo amat. Lo masuk, gue resign. Susah amat."

"Lo yakin gak mau punya bos seganteng gue?" godanya dan menaik-turunkan alis.

"Asal lo tau, pantat panci gue lebih ganteng dari lo!" seru gue galak dan dibalas dengan tawa Jaehyun—si manusia ganteng ga ada akhlak.

[]

Gue turun dari mobil dia setelah sampai di depan rumah gue. "Makasih buat tumpangannya. Asus ROG lo selamat kali ini."

Dia mengedikkan sebelah bahu. "Yah, makasih udah menyelamatkan salah satu nyawa gue."

Gue terkekeh tak percaya. "Lebay lo! Emang lo punya berapa nyawaa?"

"Lima..?" jawabnya seolah tak yakin, "Yah, segitu. Lima."

Dia menunjukkan lima jarinya ke gue disertai senyum lebar.

Gue tertawa. "Ya udah, gue masuk dulu. Hati-hati nyetirnya. Lo tau, orang songong lebih cepat kena azab."

Setelahnya gue menutup pintu mobil. Gue berjalan masuk ke rumah. Gue bawa kunci cadangan.

Gue mendorong pintu dan meregangkan badan. Gue mengucap salam. "Gue pulang, Gurls!"

Lisa, Eunha, dan Jihyo yang terlihat fokus dengan TV. Eunha di tengah sibuk makan popcorn—gue tebak, buatan Jihyo.

"Lembur lagi lo?" Lisa bertanya seraya menoleh singkat. Gue berdeham singkat sebagai jawaban.

Selesai melepas high heels yang pengen gue kutuk seribu turunan tapi butuh, gue akhirnya bisa ikutan chillax di samping Jihyo. "Hari ini gue gak pulang naik Grab," ucap gue sambil mencomot popcorn yang mangkoknya masih di Eunha.

"Terus?" tanya Jihyo curious.

"Dianter anak Pak Changwook," jawab gue merasa bangga.

"BUSYED! LUCKY BANGET LO, ANABELLE SALONAN!" seru Lisa heboh, dia mengalihkan pandangan dari TV.

"BAWA JIMAT LO, LIDI PEDES?!" Eunha ikutan lebay.

"Namanya juga Rose, hoki lima turunan," timpal Jihyo santai. Dia mengambil segenggam popcorn dan makan kalem.

"Tapi... beneran deh, kok bisa?" Lisa masih kepo, dia mengernyit heran.

"Ganteng, gak, Ci? Harum? Apa bau duitnya kecium juga?"

"Bacot kelen semua!" sergah gue, "Ganteng? Iya. Kaya? Iya, mobilnya Rolls Royce yang sempet adek gue minta tapi takut dicoret dari KK. Harum duitnya kecium? Ya enggaklah, Goblok!"

Lisa dan Eunha melengos. "Ngegas."

Gue tertawa keras-keras dalam hati. Songong dan kelakuannya gue simpen sendiri dulu.

Biar bisa pamer.

[]

apdet malem itu seru :") biar bahagia di pagi hari

hit the star if u enjoy it!

-panda

Alpas ✓Where stories live. Discover now