21 ➵ feel n fall

5K 932 48
                                    

first we feel, then we fall

[]

"Mau pulang bareng, gak? Yang ini ikhlas, ga disuruh Mama."

Gue menoleh ke asal suara. Jaehyun dengan cengiran khasnya berdiri di depan ruangan gue. Gue tertawa kecil. "Berarti yang kemarin ga ikhlas. Oke, siap."

"Gak gitu, Oci. Sekali lagi gue tanya, mau pulang—"

Gue menggeleng dan memotong, "Enggak. Gue udah pesan Grab."

Jaehyun otomatis merengut. "Really? Cancel aja, gitu."

Gue menggeleng lagi. "Setan mana punya hati."

Dia merengut, gue tertawa lepas. "Iya sih... pulang sama lo gratis, tapi lo gak tau perasaan driver yang gue cancel."

"Yaa.... Tapi, Ci, lo beneran ga mau pulang bareng gue?" tanya Jaehyun lagi dengan nada pengharapan tapi tau bakal gagal.

"Enggak, Jaehyun. Mendingan lo pulang sekarang, deh." Gue mengusir secara tidak halus.

Jaehyun cemberut. "Oci, gue bela-belain dateng ke sini, loh. Kampus gue jauh. Tapi lo dengan teganya bilang gak mau pulang bareng gue? Tega, Oci. Tega."

"Drama bener. Dih. Udah, sana. Pulang. Siapa suruh gak chat dulu," ucap gue enteng.

"Kan surprise, Oci. Lo juga kaget, kan?" Jaehyun masih dengan tingkat kegigihan maksimal.

"Lumayan. Kaget ada setan datengnya kecepatan. Masih sore ini," ledek gue dengan wajah datar.

"Hobi banget sih ngatain gue setan, iblis, dan sebagainya! Emang gue mirip sama mereka?"

"Iya. Gak ngaca emangnya?"

"Tega, Oci. Tega." Jaehyun merengut. Lucu tapi agak najis, sih. "Tentang chat kemarin itu..."

"Yang mana? Lo chat ga satu-dua," potong gue cepat.

"Judes. Yang 'love me, then let's run away'. Itu—"

"Kenapa? Gue juga gak mau. Untuk 'love you' aja gue ogah."

"Nah, itu, Oci. Gue belum kerja, masa nanti anak kita dikasih makan komenan netizen? Kan kasian." Jaehyun meringis.

Gue berdecih. "Nyadar juga kan lo. Masih bocah udah banyak lagak."

"Emang lo lahir tanggal berapa, sih? Perasaan tua banget."

"Bilang gue 'tua' sekali lagi, lo jadi geprek!"

"Iya, maap."

[]

Akhirnya gue pulang naik Grab. Jaehyun masang muka melas yang gue balas dengan ledekan limitless. Cukup gigih juga tu bocah satu.

Gue lagi duduk di couch ruang tengah sembari menonton TV bareng Eunha. Tiba-tiba Lisa datang dan mencengkram kepala gue. Gue kaget, dong.

"LISA! LO KENAPA?"

Gue mau noleh tapi Lisa menahan kepala gue lebih cepat. "Sebentar! Gue lagi ngecek keadaan otak lo!"

"Sinting!" seru gue dan melepas cengkramannya dengan sedikit anarkis. "Kesurupan apa sih, lo?"

Lisa cengengesan. "Gue denger... lo pulang bareng—"

"Grab," potong gue cepat.

"Loh, si Jaehyun-nya ga dateng?!" Lisa bertanya heran.

Alpas ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang