4 ➵ action

7.9K 1.2K 90
                                    

Dia minta maaf. Bukan first date.

[]

Malam menjemput. Gue sedang bersemidi dengan pemikiran sendiri. Awalnya gue sempat berniat marathon drama sampai pagi, tapi batal karena mantengin menfess di Twitter lebih seru.

Gue tertawa beberapa kali melihat replies yang sebenarnya gak lucu. Gue juga mencak-mencak saat melihat question tentang cinta padahal jawabannya udah jelas—membegokan diri sendiri.

Gue berhenti main Twitter saat Jihyo mengetuk pintu diiringi seruan. "Oci, ada yang dateng! Mau ketemu lo katanya! Gak tau siapa!"

Gue mengernyitkan dahi. Siapa-siapa yang dateng malem-malem? Papa? Gak mungkin. Mama? Gak mungkin juga. Ryujin—adik gue? Lebih gak mungkin. Ketiganya? Lebih gak mungkin juga. Argh!

Gue habisan opsi. Akhirnya gue beranjak dari kasur saat Jihyo meneriaki 'cepetan!' untuk kedua kalinya. Gue memakai hoodie yang tersampir di gantungan dekat pintu.

Gue ke luar kamar. Speechless. Ini apa, ya? Gue lagi dikutuk atau lagi diazab?

Si Jung setan-songong-ngeselin Jaehyun yang datang.

[]

Gue memutuskan duduk di teras bersama Jaehyun. Gue gak mau Eunha dan Lisa heboh berlebihan. "Ngapain lo ke sini? Nagih laporan? Ngasih gaji?"

Dia memberi cengiran kaku dan menggeleng singkat. "Gue... mau minta maaf."

Gue memutar bola mata kesal. "Gitu doang?"

Dia melotot gak percaya. "Really? Lo bilang 'gitu doang'? Nih ya, gue tegasin, gue mau minta maaf! Gue tau, sikap gue berlebihan. Gue ngatain lo 'jomblo tua'. Asli, itu gak dari hati!"

"Iya, lo kan kalau ngomong gak ngotak."

Dia nyengir lagi. "Sesuka hati lo aja. Jadi, gimana? Permintaan maaf gue diterima?"

Gue mengedikkan bahu. "Tergantung. Kalau 20%, dua tas Gucci. Kalau 50%, tiga tas. Kalau 100%, lima tas. Gimana?" ujar gue tanpa perasan dan wajah datar menyebalkan.

Jaehyun melihat gue dengan tatapan 'what-the-fuck'. "Jangan gitu! Uang jajan gue gak cukup! Starbucks aja gimana?"

"Cih! Gak banget!"

Dia merengut. "Ya udah, lima tahun lagi kalau lo mau lima tas Gucci."

"Kelamaan! Oke, Starbucks!" sergah gue dan berdiri dari kursi yang ada di teras.

"Yey!" Dia berseru kecil. Persis anak kecil yang dibelikan balon helium saat kondangan.

[]

Gue akhirnya duduk di salah satu Starbucks terdekat. Jaehyun datang membawa pesanan gue. Gue langsung minum tanpa basa-basi.

Teringat sesuatu, gue langsung bertanya ke Jaehyun yang minum Starbucks-nya dengan wajah innocent. "Jae, lo beneran gak bisa beliin gue tas Gucci?"

Dia menganga tak percaya. "Really? Itu lagi?"

"Elah, cuma nanya doang," sergah gue santai.

"Gak cukup uang gue. Secara gue anak kuliahan."

"Ooo. But, bokap lo keliatan mudah banget foya-foya. Awal gue masuk aja satu kantor dibeliin t-shirt Supreme, syukuran kucing kalian lahiran. Ampas, sih, sebenarnya." ucap gue masih penasaran dengan kehidupan anak Bapak Changwook yang terhormat.

"Itu Papa. Papa punya uang. Lo tau, Papa Mama gak ngebiasain kami bergantung sama mereka. Uang jajan secukupnya; untuk jajan, bensin, internet, pacaran. Itu doang. Kalau mau lebih, gue harus berusaha," jelas Jaehyun tenang. Dia keliatan jujur dan punya adab.

Gue sempat kehilangan kata-kata tapi gue melanjutkan sesi kepo tingkat man-leb, "Berarti banyak cewek kena zonk kaya gue dong?"

Dia mendelik kaget. "Lo ngincer harta gue ya?!"

"ENGGA, LAH. Gue cuma mikir lo itu kaya yang wow banget. Ternyata gue salah. Gue tebak, cewek yang kemarin bareng lo itu gold-digger, ya?"

Dia mendecak. "Udah putus."

"Ups, sorry."

"Biasa aja kali. Gue cuma jalan sebulan kok sama dia," terangnya tanpa dosa.

"Sebulan?! WAW. Santai tanpa burden," ujar gue kaget. YA IYALAH, PACARAN GA PAKE FEELING INI MAH. "Mantan lo banyak?!"

Dia menerawang. Jari-jarinya sibuk menghitung. "Alhamdulillah, cuma delapan."

"CUMA DELAPAN, NOBITA NYUNGSLEP! DASAR FAKBOI!"

[]

Gue asik carpool alay di mobil Jaehyun. Sesekali cowok itu ngikutin. Dia cuma ketawa-ketawa pas gue izin mau carpool, karena gue gak punya mobil pribadi di Jaksel.

"Rose, lo main IG?" tanya Jaehyun di saat gue masih asik nyanyi Payphone.

"That shit—apa? Oh, iya, gue main. Napa? Mau follow?" Gue menjawab diiringi rap gagal.

"Iya. UN-nya apa? Sini gue follow."

"Rosesaintrosie. Private."

Jaehyun tersenyum, gue dapat melihatnya karena melirik singkat. "It's okay. Tapi inget, kalo ada orang ganteng yang traktir lo Starbucks malam ini, langsung accept, okay?"

Gue mengangguk kencang. "Kalo ada fakboi yang traktir gue Starbucks gue malam ini langsung accept, okay?"

Jaehyun tertawa keras dan gue tetap mengangguk penuh ejekan. "Okay," sambung gue akhirnya.

[]

"YANG BARU JALAN, TUUUH!"

"MUKANYA BERSERI, GAISE!"

"ADUUH, HATIKU... BERBUNGAA~"

"BACOOOTTT!!!"

Gue gagal senang. Setelah puas mengejek Jaehyun di mobil tadi, gue kembali dihadapkan dengan Barbie terkutuk; Lisa dan Eunha. Dua manusia itu diam dari bacotan, ganti jadi cekikikan.

"Gimana first date-nya, Mbak?" Lisa bergaya seolah-olah dia presenter acara gosip setajam samurai.

"JA-E-HYUN. Aku tahu sekarang!" Eunha bersorak.

Gue menatap mereka berdua bergantian dengan wajah datar. Jihyo gak kelihatan. Dengan wajah datar menahan marah gue cuma bisa berkata, "Dia minta maaf. Bukan first date."

"ACIAAA~ First date pokoknya!"

"FIRST. DATE."

Gue mendengus kesal. Hendak beranjak masuk ke kamar. Tapi Lisa menahan tangan gue. "Keren juga calon boyfie lo. Action-nya no kaleng-kaleng."

Gue memutar mata jengah. "Normal kali. Dia manusia. Udah seharusnya dia punya rasa bersalah."

Eunha menggeleng. "Enggak gitu cara mainnya, Roseanne! Baru kenal aja dia mau langsung datengin lo buat minta maaf. Pakai treat lagi! Apalagi kalo udah jadi! Aduhhh, uwu sekali!"

Gue menghela napas jengah. Sekarang Eunha dan Lisa malah tinju-tinjuan manjah. Geli.

"Bodo amat. Yang jelas, gue gak bakal jadian sama bekantan Afrika itu!"

"Emang di Afrika ada bekantan?"

"Tau, tuh. Gaje emang, Bocah Kasmaran."

"GUE ENGGA KASMARAN, CACING YUPI!"

[]

okay, semoga chapt ini normal pas kelen buka :"

hit the star if u enjoy it!

-panda

Alpas ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang