14 ➵ chat aja terus

5.7K 1K 62
                                    

Chat-an aja sampe puas.

[]

Di taman kota, gue sama Jaehyun cuma duduk di bench. Kondisinya mengingatkan gue dengan kejadian di taman komplek. Temenan? Hh, childish tapi lucu.

Eh. Salah. Childish doang.

"Jadi... ngapain di sini? Gak mungkin kan kita diem-dieman doang?" tanya gue ke Jaehyun yang sekarang sibuk menggesekkan sepatunya ke rumput taman.

Jaehyun menoleh sesaat. Lalu telunjuknya mengarah ke sepeda sewaan yang berada agak jauh dari kami. "Mau naik sepeda? Lo kayaknya butuh olahraga."

Gue mendelik. "Gue gendut gitu?"

Jaehyun terkekeh dan tidak menjawab pertanyaan yang mengandung amarah itu. Dia menarik tangan gue. "Ayo, naik sepeda aja."

Gue merengut namun tetap mengikuti langkahnya. Gue melepas paksa tautan tangan gue dan dia. Gue berdecak. "Jalannya jangan kecepatan! Satu lagi, jangan pegang-pegang gue!"

Jaehyun menoleh ke belakang saat mendengar seruan marah gue. Dia tertawa lebar. "Galak," komentarnya singkat.

Gue mendengus. Sedetik kemudian gue berjalan mendahului dia. Ngeselin banget sih jadi orang. Untung anak atasan, kalau gak udah ilang itu nyawa.

"Jae, lo mau bonceng gue atau naik sendiri-sendiri?" tanya gue seraya menunjuk sepeda biru yang udah gue sewa.

"Lo bonceng gue."

"LAH?! Kok ngaco? Di mana-mana tuh ya—"

"Jung Jaehyun telah berkata. Bonceng gue. Gue mager. Pleaseee?" Dia menunjukkan puppy eyes-nya. Kedua tangannya ditangkupnya di depan dada.

Gue melengos kesal. "Cepetan."

"Beneran, Ci?" Jaehyun berbinar. "Padahal gue mau joking doang."

Gue yang udah menaiki sepeda langsung meneriaki anak songong itu, "Jadi atau enggak si, Bambang?!"

Jaehyun meringis. "Iya, iya. Ini gue naik. Oci, jalan!"

"BUSET! BERAT BANGET LO, ANJIR! BAYI GAJAH INI, MAH!"

[]

Setelah kejadian bonceng-membonceng salah fitrah itu, gue berniat memaki Jaehyun sepuasnya. Tapi, boro-boro gue bisa maki dia, gue sekarang malah ngos-ngosan dan cowok itu ketawa puas di depan gue.

"Udah gue bilang cuma nge-joke! Kenapa diturutin? HAHAHAHA." Jaehyun tertawa puas sembari memegangi perutnya. Mata dan suaranya sampe ilang.

"Ampas abis lo." Gue berdesis dan menatap dia sinis. Baru aja gue jalan, tiba-tiba gue kehilangan keseimbangan. Serasa di-slow motion, kaki gue gak berpijak ke tanah dan menurut prediksi, gue bakal jatuh ke tanah.

Di saat kayak gini, harusnya Jaehyun nahan pinggang gue dan kita bakal tatap-tatapan.

Tapi... kenapa gak ada tangan yang nahan?

BRUKKK!!!

"Aduuuh!"

"BWAHAHAHAHA. OCI JATOH! SIAL BANGET LO HARI INI, CI! HAHAHAHA!"

"MATI AJA LO, JAEEE!!!"

[]

Gue merengut dalam waktu yang lama, sementara Jaehyun masih dengan sisa tawanya. Gue dengan mata sedikit berair sibuk mengelus bokong yang terasa nyeri. "Mendingan gue rebahan hari ini, Jae. Jalan sama lo ga ada benefits-nya, anjir!"

Jaehyun berusaha menghentikan tawanya. "Maaf. Gue minta maaf, nih. Beneran. Gue minta maaf untuk sepeda tadi, sama ngetawain lo. Tapi masalah jatoh, itu kan bukan karena gue, Ci."

"HEH. SEHARUSNYA LO NOLONGIN GUE."

Jaehyun cengengesan. "Mana gue tau lo bakal jatoh. Kalau gue tau, gue pasti nolong elo, Ci."

"KALAU GUE TAU, GUE JUGA GA BAKAL JATOH, SETAN."

"Maaf. Lain kali kalo lo jatoh gue tolongin, deh," sesal Jaehyun.

"LO BERHARAP GUE JATOH LAGI GITU?! IYA?!"

"Enggak, Ci! Astaga!" Jaehyun menggelengkan kepalanya. "Makan aja, yok. Gue laper."

"Gue yang ngebonceng lo, gue yang jatoh, gue yang sakit, terus elo yang ngeluh laper gitu? Iya? Ga ada ahlak, Bocah!" Gue mendelik tajam.

Jaehyun meringis lagi. "Maaf lagi, Ociii.... Lo sensi banget, deh."

"Gue berekspektasi hari ini bakal seru, nyenengin, dan... amazing! Tapi realitanya? Gue berharap ada adegan ala drama Korea gitu, tapi nyatanya?" Gue merengut kesal.

"Lo mau ada adegan kayak drama Korea, Ci?"

"Hah? Enggak. Engga jadi."

"Ayo," ajak Jaehyun dengan senyum lebar, lantas dia menarik tangan gue. "Couple di drakor, mereka pegangan tangan, pelukan, ciu—"

"ENGGA!!! MUSNAH LO, JUNG SETAN JAEHYUN!"

[]

"Selamat menikmati!" ucap Jaehyun dengan senyum lebar.

Gue mendengus. "Ga usah sok baik lo, Kampret. Ngeselin banget asli."

Gue berusaha makan dengan santai. Dia ngajak gue makan ke warteg. Ini jarang gue lakuin setelah kerja. Terakhir kali gue ke warteg pas gue masih kuliah. Oya, sekarang gue juga bareng anak kuliah.

Setengah piring gue udah tandas. Tangan gue meraih ponsel dan mengecek notifikasi. Ternyata bejibun.

real__chanyeol
Lama banget balesnyaaa
Ociii
Lo masih idup kan
Ga mau spam tapi terpaksa
Oci lo ga latihan meninggal kan?
Oci bangunnn
Elah
Perawan ga boleh bangun siang
Oci dibales atuh
Neng geulisss
Boleh gaaa
Serasa orang gila beneran
Meni ngeselin si oci
Ociii
Ci
Ga jadi deh
Gue ga butuh maneh lagi
Ciii
Ga jadiii
Masi butuhhh
Bantuinnn
Bolehh yaa

Rosesaintrosie
Bachot anda caplang
Iya boleh
Dateng weh
Gue temenin lo keliling jakarta
Gue jabanin
Apa yang engga buat ceye
Lah ga dibales

Gue meletakkan HP di atas meja. Jaehyun melirik gue sesaat. "Kayaknya seru banget tuh."

Gue balas melirik sesat. "Hehe, emang orangnya seru."

"Gantengan mana sama gue?" tanya Jaehyun tiba-tiba.

Gue salah tingkah. "Apaan sih! Emang cowok?"

"Iya," jawab Jaehyun pede. Dia menjawab dengan sudut bibir terangkat namun tetap menikmati makanan.

"Kok lo tau?" Gue bertanya dengan tololnya.

"Tuh, kan, bener gue."

Gue memutar bola mata malas. Terjebak gue ternyata. "Terus kenapa? Masalah di elo?"

"Y-ya... Enggak! Chat-an aja sampe puas. Gue tungguin!"

[]

-hit the star if u enjoy it!

-panda

Alpas ✓Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu