12 ➵ the girl

5.6K 1K 64
                                    

That's the girl.

[]

"OCI!" Sebuah seruan menghentikan langkah gue. Gue berbalik. Jaehyun berlari dengan senyum dimples-nya. Rambut dan jasnya tersapu ke belakang.

Jidatnya bersinar membahana. Ganteng.

Eh, salah. Salah. Salah, pokoknya.

"Gak usah manggil-manggil, Jae!" seru gue tertahan. Beberapa pasang mata melihat ke arah kami. Gue yang menoleh ke belakang, Jaehyun yang lari ke arah gue sambil teriak, coba kalau di-slow-mo

Jadi, sinetron deh.

Jaehyun berhenti di depan gue dengan napas terengah namun dengan senyuman yang tetap stay di sana. "Kenapa memangnya? Lo, kan, temen gue."

Temen, ndasmu. Serah lu dah.

"Malu, tau!" Gue mendelik ke arah dia yang masih senyum. "Gak usah senyum-senyum lo!"

"Galak banget, heran. Lo udah makan?" Jaehyun sempat mencibir, tapi lagi-lagi senyumnya muncul.

"Belum. Ini masih sore buat makan malam," ucap gue, "By the way, gue baru tau kamar lo ada di taman."

Jaehyun cengengesan. "Kalau gue izin mau ngejar lo, ntar pertanyaannya panjang kayak struk belanjaan."

Gue mengangkat alis dan menghela napas pendek. "Cewek yang dijodohin sama lo? Penasaran gue mukanya."

Fun fact: Roseanne Park sedang menggali kuburannya sendiri. Dasar aku.

Jaehyun memutar bola mata. "Jangan bahas dia, dong!"

"Kenapa?" tanya gue seolah-olah everything fine if she came, everything fine even you two married today.

Dasar Roseanne tolol.

Jaehyun menghela napas pendek. "By the way, gue senang lo dateng hari ini. You look amazing with that dress."

"Bisa muji juga lo, Jelangkung." Gue sinis. Setahu gue keahlian dia cuma menghina dan berbangga diri, sekaligus fuckboying.

"Bisa dong! Gue kan baik hati," ujar Jaehyun dengan wajah songong.

"Udah, ah. Gue mau nyari sirup. Lo balik aja nyambut tamu," usir gue ke Jaehyun dan mengibaskan tangan.

Gue berbalik tapi Jaehyun menahan tangan gue. Dia tersenyum lebar. Sementara gue mendelik dan melihatnya dengan tatapan 'apaan-sih-megang-megang'.

"Ayo ikut gue. Gue anterin ke dapurnya sekalian."

[]

Jaehyun benar-benar mengajak gue ke dapur rumahnya. Hiruk pikuk suasana dapur. Namun cowok itu dengan mudah menyelip dengan masih memegang tangan kanan gue dengan tangan kirinya. Gue ikutan nyelip di belakangnya. Dia sibuk menyapa beberapa pelayan.

Gue mau protes atas tindakan 'pegang-pegang' yang Jaehyun lakukan. Dia akhirnya berhenti di depan orang-orang yang sibuk mengaduk sirup dengan air dan menuangkannya ke cup berisi es.

"Nih, Ci. Ada sirup merah, orange, hijau, banyak! Pilih aja!" tawar Jaehyun dengan senyum lebar.

Gue memutar bola mata sebal. "Lo gak tau rasanya, ya?"

Jaehyun mengedikkan bahu. "Enggaklah. Gue kan bisanya minum sama ngabisin."

Gue mendengus. Lalu gue mengambil cup berisi orange syrup dan cup berisi melon syrup. Gue mengucap 'terima kasih' pelan ke pekerja di sana. Lantas gue menyerahkan cup melon syrup ke Jaehyun.

"Buat gue?" tanya dia seraya mengangkat sebelah alis.

"Gak mau?"

Jaehyun terkekeh. "Mau lah! Makasih, Oci! Perhatian banget, sih! Jadi suka, kan, gue."

Gue memutar mata sebal, berusaha menutupi ke ambyaran dalam hati.

"Pacarnya, Mas Jae?" tanya salah satu pekerja.

Jaehyun nyengir. "Doakan ya, Bu. Proses."

Gue mendelik ke arah Jaehyun. Gue hampir protes tapi cowok itu langsung menarik gue ke luar dapur.

"Gak usah ngaco, deh! Dasar ayam warna-warni!"

[]

Gue dan Jaehyun sedang sibuk adu bacot di taman belakang rumah Jaehyun.

Gue mendelik. "Yang salah itu Jerry pokoknya! Siapa juga yang gak kesel kalo digangguin! Mikir!"

Jaehyun balas nyolot, "Salahan Tom lah! Kalo jadi orang tu harus sabar!"

Gue mencibir, "Lah, Tom kan kucing, bukan orang! Nganeh, dasar!"

Perdebatan tidak jelas itu berlanjut lama. Dan terhenti karena kedatangan perempuan ke arah kami. Gayanya high class, dengan maroon dress dan high heels tujuh senti;

Apa dia tantenya Jaehyun?

"Hei, Jae," sapa perempuan itu. Jaehyun terlihat kaget dan segera menghilangkan ekspresi itu. Perempuan itu tersenyum tipis ke gue. "Hai kamu...?"

"Roseanne Park," jawab gue dan menyodorkan tangan, hendak menjabat. Tapi dia segera mengalihkan pandangan ke Jaehyun—seolah-olah gue gak menyodorkan tangan sama sekali.

Sungguh anjir.

Perempuan berduit memang beda; songongnya juga beda.

"Hei.... Lo dateng?" Jaehyun menyapa. Oke, berarti dia bukan tante Jaehyun—ya kali ngomong ke tante pake 'lo', dikutuk jadi keset mall yang ada mah.

"Iya. I got the invitation. Gimana kuliah kamu?" Perempuan itu tersenyum simpul ke Jaehyun. Sorot matanya menyiratkan sesuatu yang tidak gue mengerti.

"Biasa aja. Everything's fine. Ci, ini Mina. Myoui Mina," jawab Jaehyun dan menoleh ke arah gue.

Gue menelan ludah kasar. Informasi yang pernah datang sebelumnya menyerbu tiba-tiba. Merangkai satu fakta; Myoui, Fancy Apparel.

Gue tertawa canggung. "Hahaha. Fancy Apparel, ya?"

Jaehyun mengernyit. "Lo tau?"

"Gue yang ngirim undangannya, Jae. Gue ngirim untuk perwakilan Jakarta. So, I thought she is your...? Gue mau ngambil sirup lagi. Selamat... ngobrol...? Berdua," tutup gue seraya menunjukkan cup kosong. Gue berbalik segera dan menghela napas pendek.

That's the girl.

[]

selamat menunaikan ibadah puasa bagi yang menunaikan! 

hit the star if u enjoy it!

- panda

Alpas ✓Where stories live. Discover now